Chereads / Labirin (Dimensi Misteri) / Chapter 13 - Angin

Chapter 13 - Angin

Lelaki itu menatap Angga dengan sangat tajam dan bersamaan dengan itu, lumpur yang mencengkram kedua kaki mereka pun kini semakin terasa mencengkram dengan semakin kuat, hal itu membuat Angga menghelakan napasnya untuk mencari jalan keluar.

Syuhh …

Angga dengan segera menoleh menatap lengannya yang terasa baru saja diterpa oleh angin yang lembut, yang pada akhirnya membuat dirinya teringat akan ucapan dari Eiji beberapa waktu yang lalu.

'kekuatanmu adalah elemen yang membawamu.'

Itulah yang diucapkan oleh Eiji, yang membuat Angga menyunggingkan senyuman kepada lelaki yang menatapnya dengan cukup sinis di hadapannya.

Jika kau benar-benar kekuatanku, maka bantulah aku untuk bisa melepaskan diri dari orang ini. Gumam Angga di dalam hatinya, dan seperti apa yang pernah ia lihat ketika Eiji mengendalikan semak-semak, Angga pun dengan segera mengayunkan pergelangan tangan kanannya yang sedari tadi merasakan hembusan angin untuk kemudian menggerakkannya seolah dirinya mengenyahkan lelaki itu.

Woshhh!!

Terpaan angin yang kencang mendorong tubuh lelaki itu hingga terpental cukup jauh dari tempat Eiji dan Angga saat ini. Hal itu tentu mengejutkan bagi mereka semua dan termasuk dengan Angga sendiri.

Ditolehkannya pandangan Angga kepada Eiji yang kini juga menolehkan pandangannya ke arah Angga dengan cepat. "Kita harus segera pergi!" ajak Angga kepada Eiji yang kemudian menganggukkan kepalanya menanggapi ajakan tersebut. Mereka dengan sengaja melepaskan sepatu mereka yang kala itu masih terjebak di dalam lumpur itu dan Eiji segera menarik mereka berdua dengan semak yang merambat ke arah mereka, akhirnya mereka terangkat dari genangan lumpur tersebut. Mereka berdua berlari sebelum lelaki itu mendekat dari kejauhan sana.

Melihat keduanya menghilang dari pandangan lelaki itu, membuatnya kini menggeram dengan cukup kencang dan juga berteriak-teriak karena kesal, "Eiji!! aku akan membunuhmu dan membunuh temanmu nanti!!" geram lelaki itu seraya melompat-lompat dengan kesal di tempatnya, seolah-olah dirinya baru saja melewatkan hal penting yang ingin sekali di lakukan oleh dirinya.

Lelaki itu kini kembali berjalan meninggalkan sepatu yang sudah kering dari lumpur yang di bawa olehnya, dan sepatu-sepatu itu adalah sepatu milik Angga dan Eiji yang tertinggal. Lelaki itu berjalan meninggalkan lorong lainnya setelah merasa kesal karena Eiji dan Angga berhasil lolos.

Layaknya orang gila yang tengah kehilangan sesuatu, ia kembali pergi begitu saja tanpa ada niat untuk mencari Angga dan Eiji, yang ternyata tengah bersembunyi di antara semak yang menutupi.

Angga dan Eiji pun keluar dari tempat persembunyiannya setelah mereka meyakini bahwa lelaki itu sudah pergi dari lokasi tempat mereka bersembunyi.

"Angin"

Pergerakan Angga yang kala itu tengah memakai sepatu miliknya pun seketika terdiam dan kemudian menolehkan pandangannya untuk menatap Eiji yang baru saja berucap demikian. Kedua pandangannya kini menatap Eiji yang juga menatapnya dengan tatapan yang sangat penasaran. Seolah Eiji ingin sekali Angga menjawab atau menanggapi ucapan yang baru saja ia lontarkan.

"Apa maksudmu?" tanya Angga kepada Eiji, saat ini Angga tengah mengenakan sepatu miliknya kembali yang sempat mereka tinggalkan di tempat kejadian, dan setelahnya Angga pun berdiri dari tempatnya dan berhadapan dengan Eiji.

"Angin lah yang membawamu kemari bukan??" tanya Eiji kepada Angga yang menghela napasnya, terlihat dengan jelas bahwa Angga enggan untuk membahas yang seperti itu, namun karena Eiji sangat mendesaknya, pada akhirnya Angga pun menganggukkan kepala untuk menjawab pertanyaan dari Eiji.

"Ya … Angin adalah elemen yang membawa tubuhku sampai ke sini." jawab Angga kepada Eiji, mendengar hal itu membuat Eiji pun menghelakan napasnya. Seolah bersyukur karena Angga memiliki senjata yang cukup untuk membuat musuh-musuh mereka terhempas cukup jauh seperti tadi, dan itu pun diucapkan langsung oleh Eiji kepada Angga.

"Syukurlah … setidaknya, kita bisa menjauhkan musuh dengan anginmu seperti yang kau lakukan kepada dia" itulah ucapan yang dilontarkan oleh Eiji kepada Angga.

Mendengar hal itu, membuat Angga teringat dengan lelaki yang dirasanya mengenal Eiji, dan perasaan itupun cukup janggal menurut Angga. "Eiji … ada hal yang ingin aku tanyakan kepadamu." ucap Angga kepada Eiji yang kini berdiri dari duduknya dan menepuk celananya yang kotor, kemudian di tatapnya Angga yang berdiri di hadapannya saat ini.

"Apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Eiji kepada Angga.

"Apakah kau mengenali laki-laki lumpur itu sebelumnya?" tanya Angga kepada Eiji yang kini mengerutkan dahinya dan seolah bahwa dia enggan untuk menjawab hal tersebut, "Aku yakin kalian pernah bertemu sebelumnya, karena kurasa dia sudah mengenali namamu" sambung Angga kepada Eiji yang pada akhirnya menghembuskan napasnya dan menganggukkan kepalanya menjawab hal itu.

Namun, dari raut wajah yang Eiji tampakkan saat ini, Angga yakin bahwa Eiji tidak ingin membahas lebih jauh mengenai lelaki tersebut yang pada akhirnya membuat Angga pun berdeham dan berucap, "hmm! Jika kau tidak ingin menceritakannya, maka tidak perlu kau ceritakan, aku tidak akan mempermasalahkan hal tersebut."

Penjelasan Angga pun membuat Eiji menggelengkan kepalanya, yang kemudian segera menjawab hal itu dengan berucap, "Tidak … aku bukan itu maksudku!" penjelasan yang diucapkan oleh Eiji saat itu membuat Angga yang sempat menolehkan kepalanya ke arah lain, kini kembali menoleh kepada Eiji, "Ya … kami saling berkenalan dan mungkin kami bisa di anggap sebagai teman di masa lalu." sambung Eiji kepada Angga, mendengar jawaban itu membuat Angga yang mendengarnya pun pada akhirnya mendapatkan sebuah tanda tanya yang besar di dalam benaknya.

"Tunggu … sama lalu?? kenapa bisa pertemanan kalian hanya berada di masa lalu?" tanya Angga kepada Eiji lagi, yang kala itu berjalan terlebih dahulu untuk meninggalkan tempat tersebut, dan karenanya, Angga pun berjalan mengikuti langkah anak tersebut.

"Semua orang bisa saja berubah bukan?? dan itulah yang dialami oleh Peter." terang Eiji kepada Angga yang kini mengerutkan dahinya dan kemudian menganggukkan kepalanya.

"Jadi … nama anak itu adalah Peter?" tanya Angga seraya menunjuk ke arah belakang dengan jemari jempolnya, dianggukannya kepala Eiji untuk menjawab hal tersebut.

"Ya … Aku dan Peter bertemu ketika aku pertama kali datang ke dalam labirin ini, dan bersama dengannya kami berusaha untuk mencari kunci keluar … sama seperti aku dan kamu saat ini" jelas Eiji kepada Angga, mendengar hal itu membuat Angga merasa penasaran akan satu hal.

"Eiji … bagaimana bisa kau sampai di bawa kemari oleh semak-semak?" tanya Angga, membuat Eiji menoleh menatapnya dan mulai untuk bercerita.