Chereads / Bosku Mantan Gebetanku / Chapter 5 - PL dari pusat

Chapter 5 - PL dari pusat

Pantry yang biasanya sepi mendadak jadi ramai, aku, Mbak Rere dan Mbak Lita yang menyulapnya jadi begitu. Ini hal langka, jarang sekali kami makan di pantry. Biasanya juga makan di ruangan. Tapi kalau sudah datang orang pusat maka kami pasti menyingkir ke sini.

"Jadi Pak Arya itu mau di mutasi ya Mbak?" tanya sambil mulai menikmati makan siangku hari ini.

"Aku baru tahu tadi dari Pak Sajid. Pantesan kok ada Bu Endah ke sini"

Plakk ..

"Waduhhh,, " teriakku cukup nyaring, reflek dari pukulan keras di lenganku dari Mbak Rere

"Hadeghh,, jadi kamu dari kemarin itu nggak dengerin aku sama Bu Yeni heboh itu. Kamu nggak baca WA grup?" kata Mbak Rere kesal.

"Nggak sempat aku mbak yang mau buka grup. Grup ku itu banyak centang centing teros jadi males aku yang mau maen HP."

"Hisss, kok gemes sih aku sama kamu Lun. Pengen tak cubit loh."

"Lho, kan udah barusan di keplak (pukul)."

"Makanya sempatin tuh buka HP biar nggak ketinggalan info. Biar nggak kayak tinggal di hutan" sewotnya lagi.

"Enak aja tinggal di hutan. Aku lo tinggal di Apartmen." sanggahku nggak mau kalah

"Jadi bener ni Mbak Pak Arya mau mutasi?" tanyaku memastikan

"Iyo lah, iku Bu Endah wes teko siap ngaudit dan sertijab"

"Oh, , Eman ya Mbak. Padahal enak lo ya Pak Arya. Orangnya baik."

"Ya biasalah Lun, kalau orangnya berprestasi ya pasti cepat di mutasi." Mbak Lita yang dari tadi diam saja tiba-tiba menyahut.

"Emang udah tahu gantinya dari mana Mbak?" tanyaku sambil mulai membereskan piring makanku.

"PL katanya. Jadi belum dapet info sama sekali orangnya gimana."

"Oh, ya mudah-mudahan gantinya sama baiknya kayak Pak Arya." putusku kemudian yang diiringi anggukan kepala dua mbak-mbak itu.

Aku mencoba merengangkan badanku yang sedikit sakit, mengambil gelas dan menuju dispenser di luar. Jam pulang masih kurang 2 jam lagi dan tadi aku baru aja mengumpulkan bahan yang di minta Bu Endah untuk memulai auditnya.

"Lun, HP mu bunyi tuh." teriak Mbak Rere dari jendelanya. Mau tak mau aku segera kembali ke meja kerjaku dan mengangkat panggilan di handphone ku.

"Ya Sil ada apa?" Sila teman SMP ku yang juga merangkap tetanggaku tiba-tiba menelpon

"Aku WA dari kapan hari kok nggak ada respon. HP mu rusak? apa kamu masukin lemari?" sindirnya kemudian

"Hehee,, nggak sempat pegang HP aku Sil."

"Aduhh, emang repot kalau musuh orang sibuk ya" celanya lagi yang ku balas dengan suara tawaku

"Aku cuma mau ngasih tahuin aja kalau bulan depan tanggal 20 ada reuni SMP. Kamu datang ya. Usahain. Aku jemput. Nggak ada alasan."

"Tapi Sil, , "

Tut tut tut tut...

Kenapa sih punya temen-temen yang hobinya mutusin telepon sepihak. Nggak Bundaa, Mbak Rere ini di tambah Sila juga kok ya hobbi.

"Kenapa muka di tekuk?" Mbak Rere dan tingkat keponya yabg tinggi mulai beraksi

"Itu Sila nelpon, ngasih tahuin acara reuni SMP. Tahu sendiri kan Mbak aku paling males kumpul-kumpul gitu."

"Lagian kamu juga aneh Lun, kan enak kumpul ketemu temen. Siapa tahu ketemu jodoh." ejeknya

"Atau jangan-jangan ada mantanmu ya disana." ledeknya lagi dengan wajah super nyebelin

"Mantan opo to Mbak. Pacar wae gak pernah duwe kok (pacar aja nggak pernah punya kok)." jawabku sinis yang diiringi gelak tawanya.

"Bu, Bu gantinya Pak Arya orang mana Bu?" Bu Endah yang baru keluar dari ruang meeting sudah di todong pertanyaan dari detektif Rere.

"Pengen tahu banget ta Re?" aku nyengir mendengar balasan pertanyaan Bu Endah.

"Ya Kepo lah Bu." sahut Mbak Lita nggak mau kalah.

"PL dari pusat cuma dia orang dari kota ini. Masih Muda, ganteng pisan jelas e"

"Wuiiihhh,, ya sipp di gebet." Mbak Rere langsung kena gaplokan dari Bu Yeni

"Ojo macem-macem ileng sama si abang Dani." perkataan Bu Yeni langsung tepat sasaran.

"Kayak e sing isa ngebet cuma Luna, Siska, sama Della aja yang single-single. Tapi kabarnya sih idah punya tunangan."

"Ya iyalah Bu, mana ada cowok ganteng, kerjaan bagus tapi single ya pasti punya gandengan lah. Hari gini lo Bu nggak ada pasangan. Luna aja kali." hmmm Mbak Rere ngajak perang beneran ini.

"Nggak apa-apa Mbak aku nggak punya gandengan ntar aku mau taaruf aja biar langsung nikah."

"Taaruf. Emang ada yang mau? "

"Wah, ngajak perang ini." aku sudah siap menyerang ketika Ibu Suri mengehentikan perdebatan.

"Udah, ayo kerja lagi nanti perangnya di lanjut kalau kerjaanya udah kelar."

Aku dan Mbak Rere itu memang duo rame di kantor ini, berlawan sifat dan sering adu mulut. Hampir tiada hari tanpa debat. Tapi sebenarnya kami saling peduli kok. Dan kita nggak pernah benar-benar sampai perang. Yaitu sebelum perang meletus kita pasti udah gencatan senjata duluan.

Setelah menyelesaikan kerjaan hari ini dan mematikan komputer aku bersiap pulang. Jam setengah lima. Aku dan MMbak Lita turun dari lantai dua menuju parkiran kendaraan. Begitu sampai di bawah kami disambut dengan Bakwan Mang Hari yang bau kuahnya mengusik perut.

"Wah ada Mang Hari nih, mau makan lun. Apa bungkus?" ajak Mbak Lita.

"Makan aja Mbak,"

"Dua mangkok ya Mang."

Dengan cekatan Mang Hari segera menyiapkan pesanan kami dan lima menit kemudian semangkung Bakwan sudah berada di depan kami. Tanpa menunggu lama aku dan Mbak Lita segera menikmatinya.

"Lihat drakor baru nggak Lun. Itu yang lagi booming."

"Oo,, yang maen Mbak Suzy itu ta mbak?"

"He em"

"Aku nggak pernah lihat drakor mbak. "

"Kenapa nggak suka?"

"Bikin baper lo Lun kisah percintaannya." lalu meluncurlah cerita isi drama dari bibir Mbak Lita dan sedikit memaksaku kembali ke masa lalu. Masa dimana aku pernah tergila-gila dengan drama korea. Yang sering mengisahkan gadis yang biasa-biasa saja kemudian jatuh cinta pada tokoh pria yang selaly di gambarkan dengan karakter sempurna. Ganteng, kaya, pintar dan bisa segalanya. Lalu si gadis akan mengejar-ngejarnya sampai akhirnya sang cowok takluk.

Sebelum adzan Magrib aku sudah sampai di apartmenku, beberapa orang tampak sibuk keluar masuk dari kamar sebelah. Sepertinya mereka petugas kebersihan.

"Kenapa pak?Mau pindahan?" tanyaku pada salah satu orang yang ada di sana.

"Oh, ini mbak ada yang mau nempati mulai minggu depan. Jadi kita disuruh bersihkan.

"O, gitu. Ya udah pak semangat kerjanya saya tak masuk dulu." pamitku

"Siap mbak."

Akhirnya setelah hampir mau dua tahun aku akan punya tetangga baru lagi. Yah meskipun belum tahu penghuni sebelah cewek atau cowok. Semoga saja orangnya enak dan bisa bersahabat.