Menyambut hari yang baru, Hilman bangun dengan malasnya. Hari ini ia sudah berjanji akan mengantar Laila kepada kakeknya. Memang mereka sudah berpisah sudah hampir tiga minggu. Pramono juga sudah merindukan cucunya satu-satunya. Yang merupakan satu-satunya keluarga yang tersisa.
"Laila? Kamu kenapa sudah bangun? Oh, kenapa kamu manyun-manyun begitu padaku, hemm? Kamu marah apa mau dicium, heh?"
"Taulah, Mas. Hari ini kamu sudah janji mau anterin aku ke kakek. Tapi kamu masih tidur saja. Ini sudah hampir jam tujuh, Mas. Aku nungguin kamu bangun dari jam setengah enam. Tapi aku–"
"Ssstt! Kamu jangan begitu pada suamimu! Ya sudah, Laila. Kalau kamu mau berangkat sekarang, aku mau mandi dulu, yah. Kasih aku waktu lima belas menit untuk mandi dan berganti pakaian, oke?"