Tiba-tiba sebuah langkah berat berlari mendekat.
Sebuah serangan dengan cepat diarahkan kepada Tuan baruku.
Namun, dia dengan gesit menghindari setiap serangan yang diberikan oleh Orc yang memanggilku tidak berguna tadi. Kemudian dia menjaga jarak dari kami.
Meskipun memiliki tubuh yang kecil. Tuan baruku ini cepat dan kuat!
Dia menghindari serangan-serangan itu bahkan tidak tergores sedikitpun.
" Apa yang kau lakukan! Dasar tidak berguna! Cepat bangun!!"
Orc itu membentak ke arahku.
" Kau memalukan bagi bangsa Orc! Bangun!! "
Dia kembali membentakku.
Aku kemudian bangun dan mengambil tombak yang aku jatuhkan di bawah tadi.
Setelah melihatku bangun, Orc itu kembali melihat ke arah Tuanku.
" Manusia! Aku tidak tahu kenapa ada manusia disini! Tapi kau akan menjadi santapan yang lezat untuk pagi hari nanti! "
Dia bergumam sendiri sembari mengeluarkan air liur dari mulutnya.
" Aku memberimu satu kesempatan lagi! Cepat tangkap manusia itu atau aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri! "
Tanpa melihat ke belakang dia memerintah dan mengancamku.
Aku berdiri di belakang Orc itu yang terus-menerus menatap ke arah Tuan baruku.
Tuanku itu menatap ke arahku dan menguatkan pegangan pedang pendeknya.
Dia mengarahkan pedangnya seperti sudah sangat siap untuk menyerang kapan saja.
Antara menuruti Orc yang terus-menerus merundungku dan mengabdi kepada Tuan baru yang baru saja menerimaku.
Tentu, jika diberi kesempatan untuk memilih aku akan memilih untuk..
Dengan cepat aku menancapkan tombakku ke belakang betis kiri dari Orc di depanku.
Aku tahu seranganku tidak cukup kuat. Namun, walau serangan itu lemah, tapi paling tidak serangan itu mampu menembus daging betis Orc itu dan membuat dia berlutut dengan satu kaki.
Sebagai balasan, sebuah hantaman kayu mengenai perut sebelah kananku dan menghempaskan diriku.
Aku terhempas dan menghantam pohon.
Sekilas aku tidak merasakan sakit, tapi lama-kelamaan rasa sakit itu mulai muncul menimpa perutku, "Guahh " dan darah keluar dari mulutku.
" Dasar tidak berguna- "
Dengan lemah aku memandang ke arah Orc yang menghantamku.
Samar aku melihat sebuah tubuh yang sudah tanpa kepala.
Kesadaranku perlahan mulai hilang dan pandanganku menjadi hitam. Namun yang kutahu, sepertinya pilihanku sudah sangat tepat.
•••
" Hei! Kau masih hidup? "
Allsbert menendang-nendang seekor (?) orang berkepala babi dan tubuh babi. Yah, dia memang manusia babi sih.
Dia masih bernafas, namun tidak sadarkan diri.
Allsbert kemudian memindahkan dan menyenderkan tubuh pria babi itu ke pohon.
Allsbert tidak menyangka bahwa babi ini akan benar-benar menyerang temannya sendiri. Tetapi, berkat serangannya itu tadi Allsbert menjadi lebih mudah untuk mengalahkan babi besar itu.
Sebenarnya Allsbert ingin memanfaatkan dia untuk memancing babi-babi yang lain. Tapi kontribusi nya saat ini dengan menyerang babi tadi tidak bisa dianggap enteng juga. Terlebih setelah terhempas sekeras itu.
" Tunggu disini! "
Allsbert kemudian mengambil kepala babi yang di kalahkannya dan berjalan pergi.
•••
Sesampainya di tempat para babi-babi yang tersisa itu, Allsbert melihat mereka kini tengah tidur dengan lelap.
Allsbert segera melempar kepala dari babi yang dibawanya ke arah babi-babi yang tertidur itu.
Salah satu babi terkena kepala yang dilemparkan itu dan membuatnya terbangun dari tidurnya.
Baru bangun dari tidur, masih dengan rasa kantuk dimatanya, tiba-tiba dia melihat benda bulat di bawahnya sedang menatap dirinya dengan mata kosong. Sontak dia terkejut setengah mati.
Makhluk itu terjerembab dan segera membangunkan babi-babi yang lainnya.
Mengetahui bahwa ada kepala dari salah satu anggota mereka yang telah terputus dari badannya seperti itu membuat mereka semua kebingungan dan bertanya-tanya apa yang terjadi?
Di tengah kebingungan mereka itulah Allsbert kemudian muncul dari balik pohon menunjukkan sosoknya.
" Hai Babi! Maaf menganggu tidur nyenyak kalian! "