Shin berlatih pedang miliknya. Ekspresi pemuda itu terlihat tenang dan konsentrasi penuh terhadap ayunan pedangnya. Kedua pedang digenggam erat. Merasakan pembuluh darah mulai naik. Mengayunkannya secara vertikal sembari merasakan sinar terik matahari. Dipenuhi banjir keringat di sekujur tubuhnya. Hanya mengenakan celana pendek disertai baju dapat dilepas. Sabuk warna hitam dieratkan. Mengayunkan pedang tersebut sampai membelah kayu di depan mata.
"Lega rasanya," gumam Shin.
Di atas meja, smartphone miliknya bergetar. Shin menoleh pada bunyi tersebut. Kemudian, dia mengangkat telponnya. Lupa membaca dari siapa penelepon.
"Moshi-moshi!"
"Moshi-moshi gundulmu! Ini sudah jam berapa? Sebentar lagi pak Wahyu akan mengajar lho."
"Reno kah? Bisa sabar sedikit kenapa sih. Aku lagi selesai bersihkan kamar ini." ucap Shin berbohong.