Chereads / delete 8416 / Chapter 4 - Tamu Asing sang Raja

Chapter 4 - Tamu Asing sang Raja

Teya menatap heran pada Gia yang kegirangan. Dalam pikirannya, Gia tak lebih dari anak polos, rumahan, dan tentunya sikap Gia itu dinilainya lucu.

"Heii, tahan dulu heboh-hebohnya. Masuk dulu, ganti bajumu." Teya melangkah menuju ruangan wardrobe yang berisi deretan lemari serba putih. Di dalamnya terdapat ragam pakaian miliknya juga milik Raja. Koleksi sepatu, tas, kacamata, aksesoris pelengkap, juga lemari khusus tempat menyimpan hadiah dari para penggemar mereka.

"Kamuuu ... pakai ini aja." Teya menyerahkan baju jumpsuit biru muda dan handuk bersih pada Gia. "Kamar mandi di pintu sebelah sana." tunjuknya dengan jari terarah.

Gia masih dengan mata berbinar hanya dapat mengangguk senang. "Iya kak, Gia mandi dulu. Setelah itu, Gia tidurnya di sebelah mana?"

"Ya tidur di situ, silahkan! Ini kamarku kok, tapi ... aku jarang sih pake kamar ini."

Gia kebingungan sekilas, alisnya mengernyit. Ternyata dia betul-betul anak yang lugu.

"Kenapa? Ada yang aneh? Butuh apalagi?" tanya Teya memastikan.

Gia menggeleng cepat, menyisakan tanya menggelitik yang ia tahan dalam pikirannya sendiri. Dia kemudian berjalan menuju kamar mandi dan mendengar suara pintu kamarnya ditutup dari luar. Seketika Gia membungkam mulutnya sendiri, "Masak iya kumpul kebo!" pekiknya sedikit pelan.

//TEYA : Model papan atas, besutan Leopard Agency. Owner sejumlah cafe dan waralaba makanan cepat saji. Didikan orang tuanya mengajarkan dia untuk tetap rendah hati dan tak pernah kikuk untuk bergaya apa adanya. Fisiknya sempurna dan sifatnya yang dewasa semakin membuat Raja bucin karenanya.//

***

Pukul empat dini hari begitu hening masih sama dengan beberapa jam yang lalu. Gia belum juga terlelap, dia sibuk memainkan ponselnya. Dibukanya laman sosial media yang menampilkan akun Raja sang selebgram. Dia nyaris tamat melihat 5000 foto postingan idolanya.

Kini ia berganti menuju akun milik Teya. Tak seperti Raja, pacarnya itu lebih memilih pengaturan private untuk sosial medianya.

Sedikit sesal di benak Gia, dia tak mengikuti akun Teya sejak lama sebab dia merasa jengah melihat kedekatan idolanya dengan sang model itu. Situs Lambekutah sempat memberitakan bahwa keduanya hanya teman dekat.

Namun Gia justru mendapat fakta mengejutkan yang mungkin jarang diketahui banyak orang. Kenyataan yang didengarnya langsung, terucap dari mulut Teya. "Aku Teya, pacarnya Raja, sepupu Bram." Kalimat itu terngiang-ngiang di kepalanya.

"Aaargh! Ternyata Raja sudah punya pacar. Mana beneran pacaran sama Teya, pula. Mana kumpul kebo, pula. Aaasshhh! Jadi ilfil aku sekarang. Unfol aja kali ya.. arggh!!"

Gia bangun menyibak selimutnya. Matanya mendadak mengawasi ke seluruh sudut langit-langit kamar khawatir ada kamera pengintai yang merekamnya juga mendengar monolognya barusan.

"Eh.. enggak. Gak jadi unfol. Lagipula aku sudah diberi tumpangan menginap malam ini. Kamarnya mewah banget. Sprei dan selimutnya lembuutt ... harumm, hhmm ..." Gia sampai harus menutup matanya demi menikmati wanginya.

"Bajunya kak Teya juga, kainnya enak banget dipake. Kalo model papan atas, bajunya mahal-mahal, pasti ini jutaan, belinya di Paris atau London ... ah, aku harus bisa seperti kak Teya. Besok-besok aku gak akan ijin sakit lagi. Demi karir, aku harus kerja keras!"

Gia memeluk dirinya sendiri, merapatkan kedua tangannya menyilang di dadanya. Dia seperti memeluk boneka beruang yang super empuk dan berbulu halus.

"Eh, tapi, gara-gara aku bohong ijin sakit, aku jadi bisa jalan dengan Bram. Naik mobil sport, gak taulah mobil apa itu tadi. Trus party sama temen-temennya yang hits itu ... wahhh ... sepertinya ini adalah hari keberuntunganku."

Lagi-lagi Gia terhenyak. Dia kembali mengawasi seluruh ruangan. Kali ini dia sampai harus menengok hingga bawah tempat tidur dan mengintip celah belakang nakas. Dia masih khawatir jika ada kamera pengintai yang mengawasi gerak-geriknya.

"Huft, sepertinya aman. Memang beneran gak ada cctv di sini, hehe. Ayo Gia, tidur ... bentar lagi subuh," ucapnya sendiri.

Matahari sedikit naik. Gia rasanya baru saja tertidur, kemudian dia dikejutkan oleh suara perempuan dan laki-laki yang sedang membicarakan sesuatu. Matanya menyipit, secercah sinar menyilaukan masuk dari tirai yang sedikit terbuka, apakah ada komet mendekat, pikirannya masih sepuluh persen.

"Konsepnya gimana, Beb? Kan gak bisa asal take video. Ini endorsement-nya paket gold, bukan?" suara perempuan terdengar dengan seretan malas alas kakinya.

"Iya, paket gold selama empat bulan, Beb. Kalo sesuai naskah punyamu, berarti kita butuh satu orang lagi buat jadi pemeran pembantu," kini laki-lakinya yang berujar.

"Nah, siapa, kita gak bisa sembarangan karena ini brand gede loh."

"Ntar deh aku tanya-tanya ke temen-temen dulu kan masih ada waktu seminggu sebelum ..."

Tatapan Raja terhenti dan terpaku pada tempat tidur besar di ruangan sebelah kamar wardrobe yang ia masuki bersama Teya. Belum bergeser, dia menyerahkan beberapa pakaian yang ia pegang begitu saja pada kekasihnya. Sempat Teya menahan bahunya namun ia abaikan dan terus berjalan perlahan memasuki kamar tidur yang Raja tahu, tak ada seorang pun seharusnya di sana.

"Siapa dia?" ucapnya perlahan, kemudian menoleh sekilas pada Teya yang mengekornya sedari tadi.

Orang di balik selimut itu masih membelakangi mereka dan belum juga sadar bahwa Raja si empunya rumah sedang penasaran dengan tamu asingnya.

"Beebbb ... sstt, dia masih tidur, jangan diganggu," bisik Teya tepat di telinga Raja yang spontan membuat Raja meremang.

"Siapa memangnya dia?" tanyanya sekali lagi, Raja sedikit menoleh ke arah bibir Teya mengarah. Di rumah pribadi miliknya, Raja bebas melakukan apapun termasuk mencium Teya kapan pun dia mau meski ada orang lain di hadapannya.

Cup! Sesuai dugaan, Raja tak akan mengabaikan bibir Teya yang sedekat itu dengan dirinya. "Sssh, Beb, dia bisa bangun kalo kita berisik di sini," tarik Teya menjauh.

Teya melemparkan baju-baju yang tadi dia pegang begitu saja ke sofa panjang di depan pintu kamar. Lagi, Raja menariknya hingga tubuh Teya jatuh menimpa dada Raja tepat di sofa yang sama. Aktivitas yang serupa dengan tadi malam terulang kembali tanpa peduli ada orang lain di sisi lain dinding pemisah ruangan.

Kasak kusuk Gia mendengar suara desahan dan kecipak yang tak asing menurutnya. "Seperti suara air yang ditepuk-tepuk," gumamnya, sudah mendekati seratus persen.

Gia benar-benar turun dari tempat tidur untuk melipat selimut, mematikan pendingin ruangan, dan menata ulang letak bantal tidurnya. Untuk menuju kamar mandi, dia harus berjalan mendekati ruangan wardrobe terlebih dahulu, dan itu artinya dia harus keluar dari kamar yang anehnya pintunya sudah sedikit terbuka.

"Apa ada yang masuk kemari saat aku tidur? Sepertinya, ughh, aku cuma tidur dua jam saja," dia mengucek matanya sebentar lalu menilik pada layar ponsel yang kemudian ia letakkan di sebelah nakas. Nyaris ia menyenggol jatuh kacamatanya, dia rabun jauh.

"Gak mungkin ada maling masuk deh, ah mungkin kak Teya masuk mencoba membangunkanku," Gia meraih handuk yang semalam ia sampirkan di meja rias dekat nakas. "Tak ada orang," pikirnya. "Disini hanya lemari pakaian dan kamar yang ditinggalkan," kekehnya geli sendiri.

Satu persatu kancing atas pakaiannya ia lepas, lalu Gia melepas shoulder jumpsuitnya hingga pakaian pinjaman Teya itu turun ke bawah. Gia membebatkan handuk melingkupi tubuhnya lalu berjalan gontai menuju kamar mandi.

***