Suara gemuruh petir semakin terdengar mengerikan, hujan pun sepertinya turun semakin deras saja. Kedua orang ini masih terus menatap satu sama lain, membaca pikiran masing-masing dengan getaran hati yang mereka rasakan. Jantung Marlyna berdegup kencang sekali karena tatapan membunuh yang Jino berikan, belum lagi dengan belaian yang hangat dari tangan kekar itu. Rasanya benar-benar menggairahkan.
"Jino jangan lakukan itu...." ucap Marlyna pelan.
Jino terlalu sibuk untuk menjawab, dia terus memainkan bibir seksi itu dengan jari-jarinya. Sampai tangan Marlyna pun ikut menepis karena merasakan sensasi yang aneh sekali.
"Jino!" bentak Marlyna.
"Kenapa? bukankah kakakku selalu melakukan hal yang lebih buruk dari ini? lalu kenapa kau menolak ku?!" tanya Jino dengan nada sedikit meninggi.
"Itu berbeda! aku dan Andra itu saling men--!"
"Mencintai? lalu bagaimana dengan diriku? bukankah kau juga menyukaiku Marlyna? jangan lupakan itu." ucap Jino dengan tatapan tajamnya.