Marlyna menelan makanan yang ada di mulutnya, memang ada benarnya juga dengan apa yang dikatakan Andra. Pakaian mahal ini tidak cocok jika dikenakan oleh gadis yang berprilaku buruk sepertinya. Tapi memang beginilah sikap asli Marlyna! apa adanya tanpa jaim-jaim seperti wanita lainnya, dan jujur saja itu yang membuat Andra begitu tertarik.
"Aku memang begini adanya! jika kau tidak suka ya sudah!" tegas Marlyna.
"Siapa yang tidak suka?!" tanya Andra melotot.
"Kau!"
"Kau itu gadis sex yang menarik, dan jujur saja aku sangat suka padamu." ucap Andra lantang.
"Jangan membual, aku benci mendengar kata-kata manis dari lelaki brengsek!" ucap Marlyna sembari meneguk es jeruk di hadapannya.
"Hey aku serius. Jika tidak kenapa aku terus melakukan ini hah? kau pikir hubungan semalam itu tidak ada artinya untukku? ahh dasar gadis bodoh!" celetuk Andra.
Uhukkk !
Marlyna tersedak biji jeruk, dia langsung menepuk-nepuk dadanya dengan ekspresi syok. Kenapa lelaki ini terus membahas hal yang begitu ingin dia lupakan?! lagi pula bukankah itu hanya cinta satu malam? atau lebih tepatnya hanya sebuah kesalahan teknis dari otak Marlyna.
"Boss, kenapa kau terus membahas hal itu? bukankah kau bilang aku yang memaksa padamu? tapi kenapa kau selalu mengingatnya?!" tanya Marlyna penasaran.
"Sudah aku katakan, aku itu tertarik pada gadis sepertimu!" tegas Andra.
"Hm, jangan bercanda! bukankah kau tengah menjalin hubungan dengan wanita bernama Sarah itu? wah dasar playboy!" celetuk Marlyna dengan muka julidnya.
"Sudah aku katakan, aku hanya tertarik dengan kalian. Jadi jangan berfikiran jika aku akan mengencanimu juga," ucap Andra.
"Lalu yang kita lakukan sekarang apa jika bukan kencan? jaga lilin? atau kerja? oh aku lupa jika semua ini hanya tentang pekerjaan. Bukan begitu Boss?!" tanya Marlyna.
Andra menatap sinis gadis didepannya. "Kenapa kau kecewa?"
"Tidak sama sekali, aku bersyukur jika ini adalah pekerjaan. Karena kau hanya menganggap hubungan ini adalah sebuah pekerjaan. Itu saja!" ucap Marlyna.
Entah mengapa Marlyna telihat kesal karena ucapan dan juga tatapan Andra, dia merasa dipermainkan dengan semua sikap manis itu. Lalu dijatuhkan begitu saja seperti barang tak berharga, akan tetapi memang itu kenyataannya. Karena Andra sendiri masih bingung dengan perasaan yang dia rasakan saat ini, apa itu cinta atau hanya ketertarikan semata saja? lelaki tampan ini masih terus mencari jawaban dengan melakukan perjanjian kencan yang dia buat.
"Heh aku akan bertanya serius padamu!" ucap Andra.
"Apa?!" tanya Marlyna dengan mata melotot.
"Jika kau disuruh untuk memilih, siapa yang lebih baik? aku atau Jino?" tanya Andra serius.
"Jino!" ucap Marlyna cepat.
"Hah apa?! heh kenapa kau memilih orang itu? dia itu licik, jahat dan senang sekali mengganggu kehidupanku! kau tidak boleh memilih dia. Pilih saja aku!" ucap Andra.
"Loh, bukankah Boss yang menyuruh aku untuk memilih? kenapa sekarang jadi terkesan memaksa? lagi pula menurutku Jino lebih baik darimu Boss. Maaf saja, tapi wajah tampan, senyum manis dan tentu saja sikapnya yang lembut sangat berbeda jauh denganmu. Semua wanita pasti sangat menyukainya hehe," ucap Marlyna dengan senyum kecil diwajahnya.
Brakk !
Andra memukul meja yang ada dihadapannya, dia sangat marah ketika gadis ini lebih menyukai sang adik daripada dirinya sendiri. Apa ini rasa cemburu atau hanya ketidaksukaan Andra pun tidak tahu?! yang jelas situasi ini sangat dia benci.
"Boss! kau membuatku kaget!" ucap Marlyna.
"Acara makan selesai, aku akan mengantarmu pulang!" tegas Andra.
"Hah selesai? tapi kenapa? tunggu aku belum menghabiskan ayamku!" rengek Marlyna.
Andra membersihkan tangan mungil yang penuh dengan minyak dan bau daging itu dengan tisu basah. Lalu menyeret Marlyna pergi dari resto milik ayahnya, berkendara seperti orang yang hendak buang air. Andra juga hampir menabrak beberapa mobil yang melintas serta pejalan kaki yang menghalangi langkahnya. Konyol sekali.
Pukk pukk !
Marlyna memukul-mukul bahu kekar Andra. "Boss kau ingin membawaku ke akhirat?! pelankan mobilmu!" bentak gadis itu kesal.
"Diam dan duduk manis saja!" tegas Andra.
"Bagaimana aku bisa diam? kau hampir menabrak orang tadi astaga! sekarang hentikan mobil ini aku akan turun dan jalan kaki saja!" bentak Marlyna.
Mendengar itu Andra langsung menghentikan mobilnya secara tiba-tiba dipinggir jalan, dan sontak membuat kepala Marlyna terbentur ke depan. Dia merengek kesakitan karena ada sedikit luka yang menimbulkan darah keluar dari jidatnya. Tetapi Andra masih memasang wajah kesal, dia menarik kemudian mendorong gadis itu agar duduk dengan benar. Tak lupa lelaki ini memasangkan sabuk pengaman yang lupa dikenakan oleh Marlyna.
"Dasar gadis ceroboh, tidak bisakah kau bertindak benar sekali saja? sudah aku katakan untuk duduk kenapa tidak menurut!" omel Andra.
"Aku takut! bagaimana jika kau menabrak sesuatu!" bentak Marlyna dengan mata yang berkaca-kaca.
"Tentu saja tidak! aku sudah ahli dalam menyetir!" tegas Andra.
"Pembalap saja bisa mengalami kecelakaan jika dia ceroboh dan tidak menuruti intruksi, kau pikir siapa?!" bentak Marlyna kesal.
Andra melihat air mata berlinang dikelopak mata Marlyna, seketika emosinya mereda. Dia memang terlalu berlebihan dalam mengekspresikan rasa marahnya, terlebih pada seorang gadis. Andra mengusap kepala yang berdarah itu dengan ujung kemeja miliknya, kemudian mengecup kening Marlyna sekilas.
"Maaf." ucap Andra singkat.
Marlyna tidak berkata apa-apa, dia masih diam dengan air mata yang mulai menetes. Wanita itu memang gampang sekali untuk menangis, walau pun hanya dengan hal atau masalah yang dianggap spele. Hati mereka terlalu rapuh untuk disakiti, apalagi dibentak.
"Hey sudah jangan menangis seperti itu, aku tidak menamparmu!" ucap Andra dengan nada sedikit meninggi.
"Kau itu kasar! arogan! aku benci. Kenapa juga aku harus berhubungan denganmu! ah sudahlah hikss...."
"Jangan menangis lagi aku mohon, orang-orang yang melintas pasti akan salah paham padaku. Aishh sudah kemarilah aku akan memelukmu!" ucap Andra sembari menarik tubuh Marlyna ke pelukannya.
Gadis ini malah menangis semakin histeris, entah apa yang harus Andra lakukan sekarang. Dia juga benar-benar bingung. Sebenarnya Marlyna sangat takut jika dibawa kebut-kebutan, apalagi dengan ekspresi Andra yang menakutkan itu. Dulu dia pernah hampir celaka karena dibawa kabur oleh seorang penculik dan mobil yang mereka tunpangi menabrak seorang wanita pejalan kaki hingga tewas. Sampai sekarang, kejadian mengerikan itu masih terus terngiang dipikiran Marlyna. Sesuatu yang berhubungan dengan gelap, kekerasan dan juga situasi ini dia sangat takut.
Tangan mungil itu tanpa sadar memeluk erat lelaki bertubuh kekar yang ada dihadapannya, dia gemetar karena kenangan buruk yang kembali melintas dipikirannya. Namun berbeda dengan Andra, jantungnya kini berdegup kencang sekali. Perasaan canggung dan tidak nyaman memenuhi pikiran lelaki ini, tunggu! apa Andra merasakan benih-benih cinta pada gadis dihadapannya?! itu sangat mustahil karena selama ini dia tidak pernah ingin merasakan hal memuakkan itu!
Andra kendalikan dirimu. Dia itu hanya mainan, tidak lebih dari itu!