"Jino sakit!"
Marlyna terus mencoba melepaskan jambakan yang begitu menyakitkan kepalanya itu, dia menjerit sejadi-jadinya seperti orang yang kesurupan. Untung saja suasana disekitar rumah itu jauh dari penduduk jadi Jino tidak terlalu mengkhawatirkan semuanya, tapi perasaan lelaki ini sedang sangat kesal sekarang. Bagaimana mungkin Marlyna tidak mengatakan jika dia tengah mengandung, dengan begitu mungkin Jino tidak akan memperlakukan dia sekasar ini.
"Hey, kenapa kau tidak memberitahuku jika kau hamil?" tanya lelaki itu sembari melepaskan jambakan di rambut Marlyna.
Gadis itu langsung membulatkan matanya. "Untuk apa aku memberitahumu brengsek? lagi pula ini bukan anakmu jadi berhenti menggangguku!"
Lagi-lagi Jino hanya tertawa keras, dia mencengkram kedua lengan Marlyna dengan sangat kencang sampai membuat gadis itu ketakutan. "Kau lupa? aku juga ikut bagian dalam hal membuat bayi ini. Jadi kemungkinan 50% dia adalah anakku."
Cuihhhh !