Kania membaringkan tubuhnya di kasurnya. Namun matanya masih belum bisa terpejam. Ia hanya berguling ke kanan dan ke kiri. Ia masih saja memikirkan Miko yang besok akan bertunangan. Belum sempat ia menyatakan perasaannya bahwa dia benar-benar mencintai Miko. Ingin rasanya Kania mengutarakan semua isi hatinya sebelum Miko akan bertunangan dengan Viona. Namun entah mengapa Kania merasakan akan ada hal yang aneh menimpanya. Tiba-tiba Kania membuka selimutnya. Ia beranjak dari kasurnya, dan pergi menemui Willy.
Tok tok!
"Masuklah!" teriak Willy yang saat itu sedang membersihkan beberapa pistolnya. Pistol peninggalan ayahnya, yang dulu digunakan saat mengawal Pak Wijaya. Dan sekarang pistol itu menjadi milik Willy.
"Kau sedang apa?" tanya Kania.
"Kania, bukankah kau bilang akan tidur?" tanya Willy penasaran.
"Aku benar-benar tidak bisa tidur. Entah lah!" kata Kania sembari memanyunkan bibirnya.