Lee Jeon Si menatap foto dirinya dan sang ayah yang ada di atas meja kerja ayahnya. Tak banyak barang- barang pribadi sang ayah. Bahkan, beliau tidak meninggalkan catatan dan pesan apapun sebelum ia meninggal.
"Jeon Si, makanan sudah siap. Ayo kita makan dulu nak. Go Eun juga sudah menunggu di meja makan. Ibu memasak makanan kesukaanmu," ujar Park Nam Kyu menyadarkan Lee Jeon Si dari lamunan.
"Maafkan aku, bu. Ayo kita makan sekarang," jawab Lee Jeon Si.
"Kau teringat akan ayahmu?"
Lee Jeon Si menganggukkan kepalanya. Ia memang sangat merindukan kehadiran ayahnya. Ayah yang selalu menjadi panutan.
"Terkadang, aku tidak percaya bahwa ia sudah tiada. Saat ia di kremasikan, aku sangat berharap ia bangkit dari kematian sama seperti dulu. Tapi, ternyata tidak," ujar Lee Jeon Si.
"Sudah takdir. Kau tidak bisa merubah itu semua."
Lee Jeon Si tersenyum ketir. Ia sungguh merindukan sang ayah.