Chereads / THE ROLE OF NIGER / Chapter 3 - Bab III : Niger

Chapter 3 - Bab III : Niger

Udara dingin seakan memeluk tubuhku, rasanya menusuk hingga ke tulang. Perlahan aku membuka mata yang sembab karena air mata yang tak henti-hentinya ku keluarkan semalam. Tak ku sadari aku masih di tempat yang sama sejak semalam. Aku melihat kearah ranjang pengantinku tidak ada yang berubah, masih seperti sebelumnya. Ingin aku lupakan apa yang terjadi semalam tapi, itu bukan mimpi yang mudah untuk dilupakan itu adalah kenyataan yang harus aku terima. Albus Heber, dia adalah suamiku sejak kemarin. Kini aku bukan milik orang tua ku lagi tapi milik suamiku, itulah takdirku mulai saat ini.

Beberapa pelayan tengah membantuku berpakaian, salah satu dari mereka adalah pelayan setiaku yang ku bawa dari kediaman Niger. "Nyonya sarapan pagi sudah siap" ucap salah satu pelayan yang berada diambang pintu. "Baiklah" sahutku dengan datar.

Dengan langkah yang pelan aku menuruni tangga satu persatu, di sana aku mendapati suamiku yang duduk dengan tenang di meja makan seakan tidak terjadi apapun. Aku tau kalau hal itu hanya aku yang tau, tapi tak bisakah dia sedikit berpura-pura menyambutku.

"Selamat pagi Ibu, Ayah" sapaku sopan dengan senyuman di wajahku. "Silahkan duduk kakak" ucap seorang wanita yang berdiri di belakangku. Kakak? Sejak kapan dia memanggil ku kakak.

Hatiku seakan sakit sekali saat melihat wanita yang bernama Garnet itu tersenyum kearahku. "Terima kasih" ucapku sembari membalas senyumannya. Tak ingin aku perlihatkan rasa marahku padanya, aku harus cukup mempertahankan harga diriku.

Meja yang begitu luas, makanan yang elegan dan mewah tertata dengan rapi dan cantik. Satu persatu aku masukkan makanan itu ke mulutku. Namun, rasanya sama sekali tidak ada semua rasanya sama bagiku. Tidak ada seorang pun yang berbicara, mereka hanya serius memasukkan makanan ke mulutnya, tak terkecuali laki-laki yang duduk di depanku. Aku melihat kearahnya dengan harapan dia melihat kearahku. Namun, bagaikan menangkap angin, dia sama sekali tidak melihat bahkan melirik kearahku. Makan bersama pagi ini berlangsung biasa-biasa saja.

Kini aku hanya berdiam diri di kamarku, "Nyonya, anda baik-baik saja?" tanya Aya padaku. "Tidak" jawabku yang membuatnya mendekat padaku."Anda sakit?!" tanya Aya khawatir. "Tidak ..." jawabku singkat.

"lalu anda kenapa Nyonya?!" tanya Aya sedikit bingung dengan jawaban yang ku jawab. "Aya, apa Ibu dan Ayah bahagia melihatku menikah?". "Tentu saja Nyonya! Bahkan Tuan besar sampai menangis saat melihat Nyonya memakai pakaian pengantin, dia bigitu bahagia!" jawab Aya dengan penuh semangat. "Baiklah kalau begitu".

Mendengar kebahagian orang tuaku aku memiliki sedikit kekuatan kembali. Aku harus menghadapi semua ini, jika tidak aku tidak bisa melihat kebahagiaan orang tuaku lagi. Kini aku tau apa yang harus aku lakukan, aku akan mulai dari wanita yang bernama Garnet.

Albus Garnet adalah nama yang diberikan keluarga ini untuk wanita itu. Sejak kecil Albus dan Garnet sudah bersama. Garnet adalah anak adopsi dari keluarga ini, terjadi kebakaran besar yang menyebabkan kedua orang tua kandung dari Garnet meninggal dunia. Dia hidup sebatangkara. Keluarga Albus mengangkat Garnet sebagai anak adopsi karena dia menyelamatkan nyawa Albus yang hampir tenggelam di sungai.

Sejak saat itu Albus yang merupakan putra tunggal keluarga ini berhutang nyawa pada Wanita yang bernama Garnet. Garnet juga sangat dekat dengan keluarga kerajaan, bahkan ada rumor yang mengatakan kalau putra mahkota mencintai Garnet. Namun, Garnet tidak mencintai putra mahkota, sampai saat ini tidak ada yang tau siapa yang dicintai oleh Garnet, tapi aku tau kalau dia mencintai Albus. Cinta segitiga antara putra mahkota, Garnet, dan Albus cukup untuk membuat Albus menjadi pionnya.

Semakin hari Garnet dan Albus semakin dekat, hingga sampai ketahap saling mencintai satu sama lain. Namun, dengan adanya pemberitahuan tentang pernikahan ku dengan Albus membuat Garnet tak dapat berkutik. Garnet wanita yang baik, dia suka membantu orang lain, dia juga sopan kepada siapapun, bahkan dia sangat menjaga nama baik dari keluarga Albus.

Padahal jika dia ingin, dia bisa mengambil Albus untuk dirinya sendiri. Namun, karena terkengkang tali keluarga ini, dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima pernikahanku dengan Albus. Disini dia yang lebih banyak berkorban, tapi apa dia menyesal telah melakukan hal ini? Aku belum paham dengan jalan pikiran dari wanita itu tapi, setidaknya aku tau apa peran wanita itu di keluarga ini.

Bersambung...