Chereads / THE ROLE OF NIGER / Chapter 6 - Bab VI : Kecewa

Chapter 6 - Bab VI : Kecewa

Setiap hari berlalu tanpa adanya Albus di sisi Niger. Rasa putus asa kini memenuhi jiwanya, ia tak lagi berharap laki-laki itu berada di dekatnya. Dengan langkah yang pelan Niger berjalan kearah kamarnya. "Besok Ibu mengajakku ikut bersamanya, ahhhh...." keluh Niger sembari membuka pintu kamarnya.

Deg! Tubuh Niger mematung di tempat, Albus Heber kini tengah duduk di atas ranjangnya. "A_a..Albus!?" ucap Niger tidak percaya. "Kenapa lama sekali?" tanya Albus pada Niger yang masih mematung di depan pintu. Niger mencoba mengembalikan kesadarannya. "Tunggu dulu, Anda sedang apa disini? Perlu sesuatu?" tanya Niger mencoba mencairkan suasana.

Tiba-tiba Albus berdiri dari ranjang dan berjalan kearah Niger. "Kenapa dia kemari?" gumam Niger. Albus semakin dekat berjalan kearah Niger, "Apa yang ingin dia lakukan?" gumam Niger. "A..Albus?" Niger sudah kehabisan kata-kata. Secara tiba-tiba Albus mengangkat tubuh Niger dan membawanya ke atas ranjang. "H..hei..kau ini kenapa?!" tanya Niger dengan wajah khawatir.

Albus tak menggubris sama sekali, dia melakukan apa yang harus dia lakukan. Perlahan Albus mendekatkan wajahnya ke wajah Niger yang memucat. Entah mengapa Niger merasa sangat takut melihat sikap Albus seperti saat ini. Wajah Albus dan Niger hampir tidak ada celah. "Albus ...!!!"

PLAK!!!

Satu tamparan mendarat diwajah Albus.

Kini suasana antara Niger dan Albus sudah sedikit lebih tenang. "Katakan padaku, kenapa kau lakukan itu?" tanya Niger yang duduk di atas ranjang sembari melihat kearah Albus yang berdiri di depan jendela kamar yang terbuka. "Kenapa kau di sini malam ini?" tanya Niger kembali.

Tidak ada jawaban yang diberikan oleh Albus, dia hanya berdiri tegak di depan jendela. "Aku tidak tau apa permasalahanmu, tapi jika kau tidak mengatakannya aku mungkin akan salah paham denganmu" ucap Niger. "Lupakan saja" jawab Albus dengan nada yang cukup datar. "Baiklah jika itu yang kau inginkan tapi, apa ini karna Garnet?" pertanyaan yang di lontarkan oleh Niger berhasil membuat Albus melihat kearah Niger.

"Aku rasa iya, ini ada sangkut pautnya dengan dia" ucap Niger dengan nada yang pelan. "Apa maksudmu?" tanya Albus dengan wajah yang penuh tanda tanya. "Aku tau semuanya, bahkan dari A sampai Z sekalipun" ucap Niger ambigu. "Perjelas ucapanmu" tekan Albus. Niger bangun dari duduknya dan berjalan mendekati Albus. "Kau mencintainyakan?" tanya Niger yang membuat Albus bungkam tanpa kata.

"Tuan Albus Heber, saya tau semuanya, bahkan saya juga melihatnya, saat kau memeluknya, menciumnya, bahkan mengatakan cinta padanya, semua saya tau tapi, saya tidak ingin ikut campur karna itu tidak ada gunanya, sekalipun saya katakan kalau saya mencintaimu pasti akan langsung kau tolak, saya tidak ingin berbohong rasanya ingin sekali saya menampar wajahnya tapi, itu tidak akan berhasil membuat Tuan Albus Heber melihat kearah saya, mungkin kau akan semakin membenci saya, Tuan, saya tidak mempermasalahkan hubungan kalian, saya cukup tau bagaimana rasanya mencintai seseorang, tidak mungkin orang asing seperti saya bisa masuk diantara kalian berdua, jika kau dan Garnet punya masalah, selesaikan baik-baik jangan mengambil keputusan saat kepala sedang panas dan jangan imbaskan hal itu pada orang lain itu akan menyakiti mereka, untuk malam ini saya akan melupakannya. Oh! Maaf soal tadi." Niger segera meninggalkan Albus yang bediri tanpa kata.

Setelah menjauh dari kamarnya Niger tak dapat membendung air matanya lagi. Isak tangis memenuhi jiwa dan raganya, rasanya ingin sekali dia menghilang dari sana. "Kenapa jadi sesakit ini" Niger menggenggam erat kerah bajunya. Air mata terus mengalir tanpa henti, hati yang hancur tidak mungkin dapat di perbaiki lagi.

Albus Heber hanya berdiri mematung di depan jendela kamarnya. "Kapan dia tau?" gumam Albus. "Sejak kapan?"gumam Albus. "Tapi, jika dia sudah tau, kenapa dia diam?" ucap Albus pada dirinya. "Apa dia bodoh? AKHhhh...aku tidak peduli, terserah apa yang ingin dia lakukan" putus Albus.

Albus berjalan menuju ruang kerjanya, seketika langkahnya terhenti melihat Niger berjalan di depannya. Saat Niger melihat Albus di depannya ia hanya tersenyum singkat kearah Albus "Selamat malam." Ucap Niger dan langsung berjalan mendahului Albus yang berdiri tegak tanpa sepatah kata.

Bersambung...