Mengapa sang kebenaran selalu datang terlambat seolah sudah tak ada waktu lagi untuk ku bisa mengubah segala yang telah terjadi.
(Dear Ruby)
***
Winner duduk di samping ranjang sambil melihat wajah ku dengan ekspresi wajah yang tak ku pahami. Mungkin aku memang bukan wanita yang bisa memahami dirinya. Mungkin akan lebih baik kami berpisah tapi meski Winner sudah tahu kenyataan ini namun ia masih tak ingin melepaskan aku. Ku rasa ini sangat aneh sekali.
"Ruby, apa ini sakit?" Suara Winner ku dengar agak bergetar namun aku tidak ingin terlalu memikirkannya.
"Gak sakit." Jawab ku singkat karena apa yang ku rasakan pada wajah ku tak sesakit apa yang ku rasakan di dalam hati. Aku hanya ingin segera beristirahat dan melupakan semuanya.