Chereads / seventh reincarnation / Chapter 3 - Reuni

Chapter 3 - Reuni

Pagi itu pukul 12 lebih 5 menit darwine sudah sampai di terminal bis kota. Darwine damantha, berjalan hanya ditemani bayanganya kemanapun ia pergi. Di usianya yang menginjak 18 tahun ia harus pergi ke kota besar untuk mencari pekerjaan, sebab hanya di kota ia mendapatkan pekerjaan dan fasilitas yang lebih baik. Ia marantau juga karena sebuah mandat dari neneknya.

Pukul 12 lebih 13 menit darwine keluar dari area terminal bus dan mencari angkutan kota, menengok kiri kanan untuk memastikan adanya angkutan kota lewat. Tak lama angkot lewat di depannya dan berhenti setelah ia melambai-lambaikan tangannya ke arah angkot tersebut. Darwine masuk dan duduk sembari memegangi kopernya, setelah itu supir tancap gas mengemudikan minibus tersebut mengatar para penumpangnya.

Gling!_

Tanda notifikasi pesan masuk di posel darwine berbunyi, pesan pop-up bertuliskan nama nenek mengapung pada layar hitamnya.

"Sudah sampai?, jika sudah menemukan angkutan kota dari terminal bus berhentilah di dekat pasar ikan lalu cari angkutan kota berikutnya, dan jika sudah sampai di perempatan tugu kamu bisa cari becak,hanya butuh waktu 25 menit untuk sampai kerumah lama mu,dan juga satu hal lagi, kunci rumah bisa kau mintakan di tetangga sebelah rumah lama mu, kamu masih ingat kan? Jika lupa namanya " bu tutu" ingat dan jika sudah sampai hubungi nenek lagi." -Nenek-

Darwine hanya bisa menghela nafas sambil tersenyum kecil ketika membaca pesan nenek yang sangat mengkhawatirkannya.

"Iya nek,aku aku akan hubungi nenek jika sudah sampai"-Darwine-

Darwine menutup kembali layar utama ponselnya dan mengalihkan padangannya ke jendela minibus dan melihat hal yang ada di luar mini bus, seperti gedung bank, gedung pengadilan, kantor polisi, sekolah dasar, super market, pujasera dan sebagainya yang dibatasi oleh trotoar pinggir jalan.

10 menit kemudian darwine sampai di depan area pasar ikan, ia mengetuk langit langit minibus sebanyak 3 kali untuk memberi tanda pada si supir, darwine memberikan uang sepuluh rupiah pada sang supir dan turun dari minibus tersebut dan berjalan menuju pasar ikan.

"beli ikan dulu deh buat jadi temen di rumah "

Darwine berbicara dengan batinnya sendiri lalu berjalan memasuki area pasar ikan,lebih tepatnya ikan hias.

Ia menyusuri pasar ikan dengan menyeret koper silver kecil-nya sembari melihat-lihat ikan yang di jajakan oleh pedagang ikan hias. Dan akhirnya pandangan darwine terhenti pada dua ikan koki gendut berwarna silver dan gold yang di pajang di akuarium kecil.

" Bang berapa ini ikannya? "

darwine sambil menunjuk ke akuarium yang berisi dua ikan koki yang menarik pandangannya tadi.

" dua neng "

jawab abang penjual ikan.

" ish, tanya harga nya bang,bukan jumlah ikannya"

darwine mendesis pelan mendengar jawaban abang penjual ikan yang menjawab darwine dengan gurau.

" Oh kalo itu harga satu ikannya sepuluh rebu neng tapi saya kasih sekalian ikan satunya lagi buat bonus,kasian neng kalo sendirian"

abang penjual ikan menunjuk kan jari ke arah akuarium ikan.

" Cewe cowo nih ikannya bang? "

tanya darwine

" Iyak, yang siver cewe, yang emas cowo "

" Tau dari mana bang,gimana bedain nya? "

" Sebenernya sih saya juga kurang tau neng cara mbedainnya, tapi klo di liat-liat neng, yang silver kalo akhir bulan agresif banget,banyak gerak,yang jadi korban yang emas,tapi klo mereak berdua di pisah nih neng,mereka kaya saling nyariin gitu,kaya orang LDR gitu "

" Ngelawak bang? "

" Niatnya sih gitu,tapi gajadi "

jawab abang penjual ikan dengan pasrah.

" Yaudah bang bungkusin ya dua-duanya, sama makanannya juga "

"okeh neng"

Abang penjual ikan mengambil saringan dan memindahkan kedua ikan tersebut ke kantung plastik bening berukuran sedang dan membungkusnya lagi dengan kantung kresek hitam beserta pakan ikannya dan menyerahkannya ke darwine.

" Ini bang uang-nya "

darwine memberikan uang dengan jumlah pas ke penjual ikan tersebut.

" Makasih neng "

Darwine melanjutkan perjalananya dan berjalan menuju gerbang selatan pasar ikan dan mencari angkutan kota berikutnya. Beruntung tak lebih dari 2 menit darwine mendapatakan angkutan kota, ia segera masuk sembari mengangkut kopernya. Lagi-lagi ia melihat keluar jendela dan mengingat kembali keadaan jalan sebelas tahun yang lalu sebelum ia pindah ke rumah neneknya.

Di perempatan jalan darwine melihat toko kue yang dulu sering ia kunjungi bersama ayahnya setiap hari kamis dan juga toko bunga disamping nya yang sering di datangi ibu darwine. Mengingat dan mereka ulang hal tersebut dalam benak darwine, membuat pernafasan darwine sedikit berubah,tekanan emosi dari memori lama membuat nya sedikit sedih,namun ia mampu mengendalikannya sehingga tidak membuatnya hanyut mengenang kenangan lampau.

Darwine sudah sampai di pemberhentian terakhirnya,dia memutuskan untuk berjalan kaki sendiri untuk mencari tumpangan becak. Sementara menungu becak datang ia memilih berteduh di kios kecil di pingir jalan, darwine yang juga kehausan memutukan untuk membeli minuman di kios tersebut. Darwine mebuka kulkas kaca dan mengambil teh botol yang tertera harga 3.000 pada labelnya.

" Teh botolnya satu buk, sebentar buk uangnya "

Darwine sibuk merogoh isi dompet selempangnya untuk mengambil uang,setelah menemukan uang yang pas darwine menyerahkan uang nya ke ibu kios dan menenggak teh tersebut.

" Oh iya buk,kira-kira ibu tau tidak tempat disini yang lagi cari karyawan? "

tanya darwine.

" um,lowongan kerja?,waduh ibuk kurang tau,tapi kalau pertokoan di daerah sini jarang banget untuk butuh karyawan,"

Ibu kios tersebut memberikan uang kembalian darwine.

Mendengar jawaban dari ibu tersebut darwin hanya bisa menghela nafas sambil menerima uang kembalian yang ibu tersebut berikan.

"terimakasih buk infonya"

Darwine menyeret kembali kopernya keluar kios tersebut dan berjalan menuju trotoar yang panas mencari pangkalan becak. Ternyata tak jauh dari kios tersebut ada pangkalan becak, darwine segera menghampiri pak becak tersebut dipangkalannya.

" Pak,becak ke kompleks griya merpati "

darwine memanggil salah satu tukang becak.

" Langsung naik neng,"

tukang becak tersebut menyahuti panggilan darwine.

Darwine duduk dengan santai, meletakkan kopernya di samping dan memangku kresek ikannnya. Dia menikmati perjalanaan, menyusuri kota dengan becak dan menenggak kembali teh botolnya.

Dari pemandangan jalanan besar, beralih ke kompleks perumahan. Darwine mengingat kembali kejadian-kejadian dimasa kecilnya saat masih menjadi warga di komplek tersebut.

"Dua gang lagi belok ya pak, di plang nya ada tulisan blok perkutut "

jelas darwine kepada tukang becak.

" Depan neng?"

"Iya pak"

jawab darwine

Roda becak terus menggelinding hingga berhenti disebuah rumah ber-cat abu-abu dengan plat bertuliskan A8 yang menepel di dinding.

" Dua puluh lima ribu ya pak?"

"Iya neng"

pak becak mengipas-kipaskan kain lap yang yang terselempang di lehernya sambil sesekali menyeka kringatnya.

" Ini pak, pas ya uangnya"

"iya neng makasih"

Pak becak pun pergi meninggalkan darwine yang sedang menatap rumah peninggalan orangtuanya,dengan menarik nafas dalam dalam dan membuangya diikuti kakinya yang melangkah diatas setapak rumahnya. Di tiap langkahnya darwine di kelilingi gambaran masalalu diman ia masih 5 tahun kala itu, bermain di halaman yang kecil, Papa dengan kacamatanya sedang membaca koran di teras, mama yang yang menyirami anggrek bulan kesayangannya, semua itu tergambar jelas dan terhenti saat darwine menatap pintu kayu rumahnya. Sambil memegang daun pintu darwine mengucap,

" Ma, pah, darwine pulang"

Cklek

.

.

.

Cklek,cklek,cklek

"lupa klo dikunci, hiks" (membenturkan dahi ke pintu)

Dan darwine melupakan kunci rumah yang di titipkan ke bu tutu tetangga sebelahnya. Darwine berjalan keluar pagar dan menghampiri rumah bu tutu yang tepat berada di samping rumahnya.

Tok, tok, tok, tok

"Permisiiiii, Buuu TUUuutuuk"

darwine memanggil nama Bu tutu sambil sesekali mengetok pintu.

Tok, tok, tok, tok

"Permisi.."

...

"iyaa... sebentar"

(suara dari dalam rumah)

Akhirnya ada respon dari dalam rumah,sesorang terdengar melangkah mendekati pintu dan terdengar gemrincing kunci.

Ckrek

"Inggih sinten?"

trnslt** "iya siapa?"

Muncul seorang wanita paruhbaya mengenakan daster motif batik ikat celup dengan kuncir cemol khas ibu-ibu, membukan pintu hanya seper empat saja.

"Saya Darwine, putri mendiang pak Dito dinimas dan bu Damantha,saya mau ambil kunci rumah"

" alm. Pak Dito yang punya rumah di sebelah?,nak darwine? ini beneran darwine?,subhanallah ayu tenan, wis gedhe toh sampian nduk, pangling aku"

"hehe iya buk,"

"eh, ayo masuk dulu masuk, kamu pasti capek to nduk dari desa ke kota habis oper sana oper sini, dah yuk masuk dulu ibuk ambilkan minum sama camilan, kamu pastine yo laper kan nduk"

dengan sedikit tergesa-gesa Bu tutu langsung mempersilahkan darwine masuk ke ruang tamunya.

"eheh,anuu..,nggak usah buk jadi ngerepotin saya mah, saya mau ambil kunci saya terus mau langsung beberes"

jawab darwine

" dah ayo masuk, nggak baik nolak rezeki, ibuk juga udah di pesenin sama nenek kamu untuk bantu keperluan kamu selama tinggal di sini, nanti masalah beberes biar ibu sama bapak bantu "

"sudah bu terimakasih, tapi saya belum laa..."

Kruyuuuuu--kkkk

"....Per.."

Diantara perdebatan tiba-tiba terdengar gemuruh dari perut darwine yang sontak membuat hening sesaat.

"Tuhkan,mana mungkin abis perjalanan jauh engga lapar toh nduk,dah ayo masuk, di rumah kamu kan belum lengkap semua."

kata Bu tutu

"ehehe (menahan malu) yaudah buk, permisi"

darwine pasrah mengingat apa yang dikatakan bu tutu ada benarnya jika masih banyak keperluan rumahnya yang belum di urus.

Darwine pun dipersilahkan masuk dan duduk di sofa ruang tamu, ia meletakkan koper dan ikannya di sebelah nya.

"sebentar ya, ibu ambilkan camilan sama minum di belakang, oh iya ibu juga punya anak yang sepantaran sama kamu, inget nggak?"

"engg..."

darwine hanya mendengung pendek mendakan jika ia berusaha mengingat tapi tetap tidak ingat.

"pasti lupa ya,ibu panggilin dulu,.rikooo.. sini nduk, ada tamu ini loh, temanmu sebelah rumah duluuu,"

"iya buk sebentar,"

terdengar suara laki-laki dari ruang dalam rumah

"ibu kebelakang dulu ya, ngambi makanan buat kamu sekalian ambil kunci mu"

"oh, iya buk, iya"

darwine menjawab sambil meringis

Darwine melihat kesekeliling ruang tamu, melihat ornamen-ornamen berbau jawa yang menepel di dinding, tampak antik dan rapi tersusun. Tak lama ada anak perempuan kecil berkisar 4 tahunan keluar dari ruang dalam rumah yang tertutup tirai dari tali temali. Anak itu berjalan menghampiri darwine dengan senyum polos dan tertawa kecil seolah-oleh meilhat hal menarik pada darwine.

"whaa....mbak cantik,rambut putih,telinga panjang,kaya peri..hihihi..cantik,cantik"

ucap bocah perempuan itu sambil menunjuk darwine lalu berputar putar keriangan.

Darwine terkejut dengan ucapan bocah perempuan itu, pendeskripsian fisik oleh bocah tersebut terdengar asing bagi darwine. Darwine mengira jika anak bu tutu tersebut indigo dan mampu melihat sosok yang ada di dekat darwine sekarang.

"indigo ni bocah,kok jadi merinding yha"

batin darwine,dan refleks tangan kiri darwine mengusap pelan lengan kanan atas nya.

"mbak, kemarin aku lihat mas-mas kaya mbak, ganteng banget, tinggi, rambutnya pirang kriwul, telinga nya panjang kaya mbak, mas nya baik banget ngusir anjing yang ngejar ara"

"eehhh...."

darwine mulai etakutan mendengar cerita gadis kecil itu.

"terus-terus..masnya.."

"hayoo kiara ngaco lagi yaa..dah dah masuk, jangan ngaco di siang bolong ra "

Dari belakang bocah tersebut berdirilah anak pertama bu tutu, si Riko.

"ihh, mas..ara nggak boong, ara liat mas-mas ganteng kemarin magrib, luih ganteng timbang mas riko, weee' "

gadis kecil tersebut meledek Riko kakaknya.

"hallah, dah-dah...jangan gangguin mbaknya sama cerita mu yang kadang ngawur ,kalau mbak nya kepikiran gimana hayo"

balas riko.

"hih, dibilangin nggak percaya, audah lah"

Anak kecil bernama Kiara berjalan masuk kembali ke dalam rumah dengan wajah sebalnya yang imut.

"Maafin kiara ya, dia suka halu gitu, maklum masih bocahlah"

"ah iya nggak apa,"

"oh iya apakabar?"

Riko mengulurkan tangannya sambil tersenyum.

"baik"

Darwine menjabat tangan riko dengan sedikit gagu.

"masih inget aku kan?"

Riko yang duduk di sebelah darwine menyondongkan badannya sedikitke depan darwine.

"mm..masih,riko kan"

Darwine tersenyum sambil mendengus kecil, ia masih terlihat canggung bertemu teman lamanya. Ia juga lupa-lupa ingat dengn profile riko di kehidupan masa kecilnya semasa ia masih tinggal di komplek ini.

"oh iya kabar nenek kamu gimana?"

"baik,nenek sehat"

"syukur kalo begitu"

"hm"

Mereka berdua tidak memiliki topik pembicaraan lanjutan menjadikan suasana rauang tamu menjadi hening.

"Nah,ayo dimakan nak darwine, dihabiskan ya"

Tak lama ibu tutu datang membawa nampan yang membawa seporsi rawon dan segelas air minum untuk darwine,juga meletakknanya di meja tepat di depan darwine.

"terimakasih buk,maaf jadi ngerepotin"

darwine menerima piring dari bu tutu.

"nggak papa nduk, dulu orang tua mu dulu juga sering bantu ibu dari ibu pertama kali pindah ke sini, sesama tetangga kudu saling bantu kan"

"iya buk"

Darwine tersenym kecil menatap piring yang disajikan bu tutu.

"dah, dimakan gih, biar nggak laper, abis itu ibu sama bapak bantu kamu beberes rumah kamu"

"iya buk"

Darwine memakan rawon yang disajikan ibunya riko tersebut.

"loh buk, bapak kan ke bengkel mbetulin sepeda"

Sahut riko

"oh iyo le, ibuk lali, yawis karo awakmu ya le,ngewangi ibuk noto omahe darwine, sakno nek dekne dewe sing noto"

"injih buk"

jawab riko dengan bahasa jawa

Bu tutu masuk kembali ke dalam, untuk mengambil beberapa alat untuk bersih-bersih.

"bentar ya aku mau ke gudang"

Riko bangkit dari kursi tempat ia duduk meninggalkan darwine yang sedang makan di ruang tamu.

"iya"

jawab darwine.

"duh,baik banget" (batin darwine)

Darwine melahap sajian bu tutu hingga tak tersisa, ia merasa sungkan jika menyisahkan hidangan yang disajikan bu tutu dan terbuang sia-sia.

**********************************************

14.20

Bu tutu, riko, darwine, kiara berdiri tepat di depan pintu rumah darwine.

"nduk, ini kunci rumahmu, kamu ahli waris rumah ini dan kamu yang paling berhak membuka pintu ini untuk pertama kali setelah lama tidak dihuni"

"ah, ibuk aja, ibu kan yang jagain rumah ini sejak aku pindah, hehe"

"ah,kamu aja nduk"

Bu tutu menyodorkan kunci ke darwine.

"ibu,ibu kan yang paling sepuh"

"tapi ini kan rumah kamu,ini kuncinya"

Bu tutu dan darwine nampaknya takut untuk masuk ke rumah. Jika darwine takut masuk kerumah karena cerita kiara tadi, bu tutu takut kalau ada tikus keluar duluan ketika membuka pintu.

"ibuk sama mbak ngapain sih, kalo gak dibuka gimana bersihinya"

gerutu kiara.

"tau tuh"

sahut riko

Kiara dan riko hanya melihat kelakuan ibunya dan darwine saling mengoper kunci.

"siniin kuncinya, biar ara aja yang bukak"

Kiara mengambil kunci yang di pegang ibunya dan menyematkanya ke lubang kunci dan memutarnya .

Cklek..

"Assalamualaikum, ara masuk yaaa hihi"

Daun pintu terbuka lebar, kiara lah yang pertamakali melangkah masuk ke dalam rumah yang nampak hangat, terlihat ventilasi yang dilalu cahanya surya merambat hingga menyantuh lantai. Interior yang tertutup kain,lantai dengan debu tebal tidak menghalangi imaji akan memori masalalu darwine dengan orang tuanya.

"nah akhirnya kebukak, skoy bersih-bersih"

Dengan semangat riko membawa alat bersih-bersih masuk ke dalam rumah. Darwine termenung sejenak melihat isi rumahnya.terlintas dimatanya bayangan darwine orangtuanya masih utuh,tersenyum menyambut darwine dari depan pintu.

"darwine pulang..."

Darwine menapakakan langkah pertamanya kedalam rumah penuh kenangan.********

"nah,nduk darwine ibuk sama kiara bersihkan dapur sama ruang yang ada dilantai atas,riko bersihin kamar mandi sama ruang tamu,nah kamu tata aja kamar ibu bapakmu sama kamarmu sendiri ya,takut nggak sopan kalo ibu,kiara,riko masuk ruang paling pribadi dalam rumah,nggak apa akan nduk?"

"iya buk nggak apa,saya terimakasih banyak ibuk sama yang lain mau bantu saya buat berish-bersih rumah"

"sudah kewajiban nduk"

Mereka membagi tugas dan mengerjakan bagian masing-masing. Darwine kebagian kamar orang tuanya dan miliknya, ia mengambil sapu dan dan kemoceng.

*

*

*

*

*

*

*

Krieett...

Decit engsel pintu kamar terdenganr nyaring merambat hingga ke telinga dariwne. Darwine melangkah masuk kedalam kamar, menginjak ubin-ubin penuh debu ditiap langkahnya.

Ia melihat sekeliling ruangan yang hanya berisikan lemari baju, rak buku milik ayah nya, meja rias yang tertutup kain putih milik ibunya, dan kasur size king yang menjadi tempat istirahat ayah dan ibunya saat masih hidup.

"huft,"

Darwine menghela nafas dan menyisingkan lengannya bersiap untuk membersihkan kamar mendiang orangtuanya tersebut. Ia memulainya dengan mengambil kain-kain putih yang menutupi furnitur yang ada di kamar tesebut, lalu ia lanjutkan dengan menyingkirkan debu pada benda-benda tersebut dengan kemocengnya dan terakhir ia menyapu endapan debu tersebut degan sapu.

"Selesaiii, huft..tinggal nge-pel sama lap jendela pakai kain basah "

Darwine menyeka keringat nya dengan lengannya, ia pun keluar dari kamar orang tua nya menuju kamar miliknya tepet disebelah kamar orangtuanya.

"Next, kamarku"

Darwine melangkah masuk dan mulai bersih- bersih dengan tata urutan yang sama. Hanya butuh waktu 2 jam untuk membersihkan kamarnya beserta furniture yang tedapat dikamarnya.

"Nduk darwine, sudah selesai mbersihin kamar-kamar tidurnya?, kalo belum sini ibu bantu"

Bu tutu menawarkan bantuan ke darwine yang nampak baru selesai menata kamarnya.

"sudah kok buk,barusan selesai"

"yawis kalo begitu,oh iya jangan lupa baju-baju kamu yang ada di koper kamu masukan ke lemari"

"iya buk"

Pandangan bu tutu teralihkan ke pada buntalan kresek hitam yang tergeletak diatas meja.

"nduk itu apa?, jajan mu?"

tanya Bu tutu sambil menunjuk ke arah buntalan plastik hitam.

"oh bukan buk, itu ikan, tadi aku mampir dulu kepasar ikan"

"oh, cepet taruh akuarium atuh, nanti stres ikannya kalo kelamaan ditaro tempat sempit"

"em.., saya dulu punya akuarium waktu kecil bu, tapi saya nggak tau mendiang mama dulu nyimpenya dimana."

"ibuk-ibuk, liat ara jadi asronot!"

tak lama dari percakapan antara darwine dan bu tutu dari belakang muncul kiara yang memasukkan kepalanya kedalam akuarium bola milik darwine seolah-olah ia menggunakan helm astronot.

"haduh kiara, jangan dipakai gitu nduk akuriumnya, nanti kebentok pecah akuriummya gimana?,dah-dah lepas akuarium nya."

Bu tutu heboh sendiri melihat putrinya memasukkan kepalanya kedalam akuarium kaca.

"iya-iya..ara lepas."

ara melepas akurium yang ia pakai dan memberikanya pada bu tutu.

"ara dapet darimana akuriumnya?"

Dariwne bertanya pada ara

"tadi ara nemu ini dibelakang pas nemenin mas riko bersih-bersih, terus ara bersihin pake air, terus ara jadiin helem asronot deh."

Jelas ara dengan bahasa nya.

"nah masukkan ke sini ikannya."

bu tutu menaruh akuarium di lantai.

"ikan?,mana-mana?!"

Ara dengan penuh antusias mencari ikan yang dimaksud ibunya.

"ini"

Dariwne mengeluarkan kantung plastik berisi ikan dari kresek hitam.

"Hwaaa,ikannya gendut!"

Mata ara berbinar-binar menatap kantung plastik bening berisi sepasang ikan koki yang berenang didalamnya. Darwine membuka simpul ikatan plastik lalu menuangkan ikan kedalam akurium.

Ara memalingkan pandangannya menuju ibunya dengan muka memelas.

"ibukkkkkkkk, ara mau ikaannnn."

dengan wajah memelasnya sambil menarik daster ibunya ara memohon untuk dibelikan ikan.

"haduh ara, kamu kalo beli ikan akhirnya pasti dikubur sebelum ikannya mati-mati sendiri, paling awet juga satu minggu"

bu tutu sudah paham betul akhir dari hidup ikan ikan yang kiara pelihara.

"tapi buuuuu..."

kiara mendekatkan wajah memelasnya ke wajah ibunya yang bejongkok di depanya.

"Hadeh.., minta bapak aja kalo bapak dah pulang"

Ucap bu tutu dengan wajah pasrah.

"YAAAAYY!!"

Kiara kegirangan seteleh diperbolehkan ibunya memelihara ikan.

Darwine hanya menetap tingkah kiara yang kegirangan dan ibunya yang nampak pasrah.

Brummmm....

Terdengar dari luar, suara deru sepeda motor yang tak terdengar asing bagi kiara yang sudah paham betul jenis sepeda dari suara mesinnya.

"bapaaaaakkkkk!!!!!"

Kiara bergegas lari keluar dari rumah darwine dan berlari menuju bapaknya yang baru tiba.

"Nah, kebetulan bapaknya riko da pulang, nanti ibu minta bapak untuk masang gas masaknya ya, ibu ngggak berani kalo ibu sendiri yang masang, riko juga gak bisa masang, ibu panggil bapak dulu ya"

sambil tersenyum Bu tutu meninggalkan darwine dan pergi menghampiri suaminya yang baru kembali dari bengkel.

"em,iya bu"

Darwine meletakkan akurium di atas meja dan mengambil sejumput pakan ikan lalu ia taburkan ke permukaan air. Kedua ikan koki dengan lahap menyantap pakan ikan yang diberikan darwine.

"huftt ,selesai juga, loh ibu mana?"

Nampak riko muncul setelah menyelesaikan bagiannya dan mencari ibunya.

"ibu barusan keluar buat manggil bapak,habis ini pasti balik lagi."

Jelas darwine.

"oh,okelah aku balik dulu bagian ku dah selesai."

Riko pamit sambil membawa alat kebersihan yang ia bawa tadi, riko berjalan melewati darwine.

"riko"

"....ya?"

langkah riko terhenti,ia menoleh kearah dariwine.

"terimakasih banyak."

Ucap darwine dengan senyum hangatnya.

"s,sama-sama"

Melihat senyum darwine, muka riko memerah, ia segera memalingkan wajahnya dari darwine agar wajah merah nya tidak dilihat darwine.

Riko berjalan melwati gawang pintu rumah darwine, memakai sandalnya dan kembali pulang kerumahnya.

Tak lama kemudian bu tutu kembali dengan membawa suaminya untuk memebantu darwine memasang regulator tabung dan membenahi antena tv.

"oh ini toh nak darwine nya, dah gedhe rupanya"

"e, iya pak"

darwine tersenyum canggung

"dulu sebelum pindah masih sekecil kiara kan pak, wajahnya cantik kaya bu damantha"

ucap bu tutu.

"oh iya,memangnya nak darwine udah punya kompor gas nya sama tabung nya?, terus tv nya?"

tanya pak priyatno.

"sudah pak, tiga hari yang lalu sebelum saya datang, nenek kesini untuk beli perlengkapan buat saya untuk tinggal di sini"

jelas darwine.

"oh iya-ya,lah terus kenapa nenek nggak ikut tingal disini nemenin kamu nduk?"

tanya bu tutu.

"e,nenek nggak bisa ikut saya untuk tinggal disini, soalnya kalo nenek ikut darwine ke kota, sawah sama kebun nggak ada yang merawat dan mengawasi, kakek juga nggak ada yang menemani nantinya."

"owalah begitu toh, kalo begitu nak darwine nggak usah merasa sedih dan takut kesepian, anggap saja bapak sama ibu ini sebagai wali kamu disini."

pak Priyatno nampak tulus dan menganggap darwine seperti putrinya sendiri, karena sedari kecil pun darwine sering bermain dengan riko.

"iya nduk,kalo ada apa-apa bilang ke kami ya"

timpal bu tutu.

"terimakasih pak buk ,oh iya mari masuk"

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

(sore)

"nah nak darwine, tabung gas sama tv nya sudah kepasang, sekarang bapak sama ibuk mau balik pulang dulu, kalo ada apa-apa langsung datang ke rumah aja"

"iya pak,bu,terimaksih banyak sudah bantu darwine, maaf ngerepotin"

"halah gak apa nduk,masa kami tega ngebiarin kamu ngurus semua sendirian, oh iya habis ini setelah magrib ibu kirim makan malam ya, nanti ibu suruh riko buat nganter."

"h,ndak usah buk, darwine nanti masak sendiri,"

darwine merasa sungkan karena sudah banyak dibantu oleh keluarga pak Priyatno hari ini.

"hayo,nggak boleh nolak rezeki, lagian kamu belum masak nasi kan, dah pokoknya nanti ibu anterin makan malam mu, besok baru nak darwine boleh masak sendiri"

"h, iya deh buk,"

darwine teringat jika dia belum memasak nasi, dan tidak ada bahan makanan termasuk stok mie sama sekali di dapur.

"yaudah bapak sama ibu pamit dulu ya"

"iya pak,bu,terimaksih"

darwine tersenyum sambil sedikit membungkuk sebagai ucapan terimakasih.

Pak priyatno dan bu tutu kembali pulang ke rumahnya meninggalkan darwine seorang diri di rumahnya.

"mandi ah, dah sore"

Darwine berjalan masuk kedalam rumah dan menutup pintu rumahnya.

Ia berjalan menuju kamarnya dan mengambil pakaian ganti untuknya. Setelah itu ia berjalan menuju kamar mandinya yang didesain minimalis oleh ayah darwine.

Terdapat westafel dengan cermin, bathub dan closet duduk di sebelahnya. Darwine menginjak ubin toilet yang dingin dan berjalan menuju bathub yang berisi air, melepas pakaiannya dan merendam tubuhnya denagn cairan bening tersebut.*

*

*

*

*

*

*

30 menit kemudian ia selelsai dari mandinya. Darwine berpakaian rapi dan merias wajahnya dengan bedak bayi.

"haaaa, seger banget rasanya."

katanya,sembari melepas gulungan handuk yang membalut rambut nya.

Darwine menatap jam yang menandakn pukul 6.40, lalu ia berjalan ke arah kamar nya untu mengambil ponsel pintarnya, ia menggambar pola untuk membuka menu ponselnya, dan setelah dibuka yang benar saja, 14 panggilan tak terjawab dari neneknya terapung pada bar notifikasi.

"haduh nenek"

Darwine beranggapan jika neneknya sangat menghawatikana cucu satu-satunya yang tinggal sendirian di kota. Ia mencoba membanggil balik nenek nya.

Tuut.....

Tuuut.....

"Krzkk...halo, darwine, kamu ngapain toh nak,nenek telfon kok nggak diangkat-angkat, nenek khawatir sama kamu,oh iya gimana udah slelesai beres-beres nya,udah makan apa belum,udah mndi kan?" nenek langsung melontarkan banyak kata kepada darwine yang hanya terdiam mendengar ucapan neneknya dari telefon.

"udah nek, udah semua kok, darwine tadi mandi, hp darwin darwine tinggalin di kamar,"

darwine merubah panggilan dari mode phone ke speaker agar dia bisa lebih leluasa bergerak dan tetap bisa mendengar suara neneknya.

"owalah, pantesan,nanti malam kamu makan apa?"

"um,nggak tau nek, bu tutu yang masak, darwine belum bahan buat masak dirumah, belum sempet beli juga nek ,darwie juga baru selesai beres-beres."

"hum yaudah kalo gitu, kalo bisa kamu bantu bu tutu masak, biar bisa praktekin juga pas kamu masak sendiri dirumah"

"enggak deh nek,aku malu."

"hadeh, yaudah, nanti kalo uang saku kamu habis bilang nenek ya, jangan dijajanin sembarangan, darwine kudu belajar mengatur pengeluaran sendiri mulai sekarang"

"siap nek"

"yaudah nenek tutup, jaga diri ya nduk"

"iya nek,nenek juga"

Nenek mengakhiri panggilan, lalu darwine beralih menuju google untuk mencari resep makana yang mudah ia buat untuk besok.

"um, uang 2 juta untuk seminggu, kayanya sisa banyak."

darwine memperhitungkan sambil bernadai-andai dalam benaknya. Lalu ia membuka google untu mencari resep makanan,Begitu ia menemukan resep yang cocok di laman google ia menggambil tangkapan layar dengan tiga jarinya.

"okey,besok ayam pok-pok,tinggal beli ayam ,telur sama tepung"

"um apa aku beli persediaan beras sekarang aja ya, biar pas pagi-pagi gak bingung belum masak nasi"

Darwine bergegas mengambil dompet dan jaketnya, ia berjalan menuju pintu dan mengambil kunci yang tergantung.

Cklek..

Darwine membuka pintu dan melangkah keluar dan mengunci kembali pintu utama.

"dah sore bangat nih, kudu cepet cepet."

batin darwine sambil melihat lingkungan yang semain gelap.

*******************

5 menit setelah darwine meninggalkan rumah muncul seseorang yang berusaha masuk rumah darwine lewat taman belakang rumah.

Snif... Snif..snif..(mengendus aroma)

"disini rupanya" ucap sosok bayangan hitam.