"Iya.. iya sorry. Bukan maksud ngetawain."
Rafael menangkap bantal yang sasya lempar kearahnya. Dia mendekati sasya dan mengembalikan bantalnya ke tempat yang semula, disamping sasya. Rafael berlutut didepan sasya dengan senyuman setengah menggoda tapi seperti mengejek bagi sasya.
"Jadi udah percaya aku cinta mati sama kamu. Sampai nanti aku mau minta lagi."
"Gak percaya."
Sasya membuang muka. Dia berusaha melirik jam di ruangannya, sudah jam delapan lebih, jam sarapan biasanya kan kmupul sekitar jam itu dan ayah, ibu, mama dan papa pasti mencarinya. Terlebih iqbal, dia khawatir Iqbal mungkin kehabisan susu atau nangis sejak malam? Sasya mencoba berdiri tapi rasanya sakit dibawahnya.
"mau aku bantu? Mau mandi atau gimana? Atau mau aku gendong aja?"