Beberapa menit membujuk Adri membukakan pintu, akhirnya disinilah Theo berada. Kamar Adri, berdua dengan si pemilik yang tampak urak urakan; rambut dicepol, mata sembap, tempat tidur berantakan. Adri duduk di pinggir kasurnya, sementara Theo bersila kaki di atas kursi belajar.
"Hmm, laper kan Lo? Nih!" Theo kembali membukakan snack bar sereal coklat yang Ia beli di minimarket sebelum menemui Adri.
Adri menerimanya, memakannya dengan ekspresi letih, lesu, lelah. Mirip pasien anemia. Tapi beruntung, Ia sudah tidak menangis seperti tadi, meskipun masih sesegukan.
"Gue gak mau nanya kenapa terus. Gue pengen Lo yang cerita," ujar Theo, memperhatikan Adri dengan pandangan iba, marah, dan sayang yang menjadi satu. Pikiran Theo saat ini mengarah pada Januar, karena Ia tahu Adri menemuinya tadi, dan sedikit melihat interaksi keduanya di auditorium setelah latihan.
Tapi tenang, Theo tidak ingin terburu buru menyimpulkan.