Sembari terus memegani tali tambang tipis yang dirangkai panitia lurus menuju satu tujuan yang entah kemana, Adri berjalan gemetar. Sekelilingnya gelap gulita, Ia tidak tahu apa yang Ia injak, Ia hanya mendengar jejak langkah keempat mahasiswa lain di depan dan dibelakangnya. Seingatnya Ia berada di posisi keempat dari depan. Alias nyaris paling belakang.
Jiwa penakutnya menguar, sepanjang jalan yang telah Ia lewati selama satu jam itu tak henti-hentinya Adri melafalkan kalimat doa dan ayat suci. Bayangkan, tidak ada yang menjamin keselamatan mereka di tengah hutan Taman Nasional Cibodas itu. Hanya sebuah tali yang kadang kendur, dan satu senter yang dipegang oleh satu orang yang berjalan paling depan.
"Aishhh!" seru Adri, hampir mengumpa begitu kakinya kembali terperosok ke dalam tanah berlumpur.
"Kenapa Kak?" tanya Bian, adik kelasnya di posisi paling belakang.
"Ini hati-hati, ada lubang lumpur," ujarnya sembari berusaha mengeringkan kakinya.
SREKK!