Adri melirik tajam Abi setelah mendengar kalimat yang barusan diucapkannya. Dalam hati membenarkan, tapi tidak dengan logikanya. Mungkin Abi hanya memberikan sekedar contoh, tapi kenapa itu terdengar seperti sebuah sindiran.
Adri sejenak membuang wajah dari Abi, menghirup udara malam.
"Emang Lo pernah gitu? Let's say ... jealous, insecure sama sahabat someone significant Lo sendiri?" tanyanya kemudian.
Abi mengangguk tanpa ragu, "Sure. itu gak normal, gak wajar menurut Gue, sampe akhirnya Gue sama dia berantem, dan break up," ujarnya, sedikit mengorek luka lama dengan seseorang yang belum bisa sepenuhnya Ia lupakan.
"Oh gitu?"
"Berapa kali Gue harus bilang iya? Dikit dikit Gue bisa baca ekspresi lah. Kenapa coba tadi dia balik? Gara-gara lemon tea, salah satunya," ujarnya.
Adri mengerutkan dahinya pusing, omongan Abi semakin tidak masuk akal rasanya, "Gak makes sense banget di Gue," ujarnya.