Haikal menempelkan plester kompres demam di dahi Adri lepas memberinya bubur nasi dan paracetamol. Diajak ke dokter, Adri enggan, lebih memilih berbaring di sofa ruang tengah seperti tadi, meletakan kepala pada paha Haikal. Entahlah, rasanya Adri tidak nyaman lama-lama berada di kamar Haikal, apalagi sampai tidur disana. Alhasil Haikal membawa serta bed cover dan bantal untuknya. Demamnya itu belum turun, membuat Haikal turut merasakan panas tubuhnya.
"Kenapa Kamu hujan-hujanan kemarin?" tanya Haikal kemudian setelah selesai dengan plesternya.
Adri meneguk salivanya sendiri yang terasa mulai pahit itu. "Saya udah gak tau mau ngapain pas baca hasil check-up itu sebelum tidur, cuma berpikir Kakak dan Kakak ..." jawabnya lemas sekali.
Haikal mengelus kepala Adri sayang, "Makasih, karena Kamu jujur dengan apa yang terjadi, gak memendam ini sendirian."