Haikal duduk berselonjor nyaris berbaring di sofa lantai dua rumah Adri, di dalam ruangan yang disebut sebagai studio lukis oleh si pemilik. Bed cover berwarna biru navy menyelimutinya, membungkus diri bahkan sampai kepala. Itu ulah Adri, karena tau Haikal kembali dengan demamnya namun tak mau dibawa ke rumah sakit. Alasannya karena sudah diperiksa dan diberi obat oleh dokter. Padahal lihat sekarang, sudah seperti orang teler; wajah memerah, mata berair, demam tinggi.
Sementara di tiga meter seberangnya, Adri berdiri membelakanginya. Gadis itu kembali melanjutkan agenda melukis yang tertunda akibat kedatangan Haikal. Lalu kini, setengah jam sudah Ia hanya fokus pada cat dan kanvas alih alih si tamu tak diundang.
"Kakak tuh ya ... pusing pusing, demam demam, bela belain nyetir kesini, mana macet tadi di depan pintu tol, tapi malah dianggurin gini," oceh Haikal menyindir si pelukis.