Mendengar pertanyaan Adri, Kama jadi berpikir untuk menghajar Bisma detik ini juga karena telah membocorkan salah satu rahasia terbesarnya. Oh, tidak hanya satu, tapi mantan adik tingkatnya tiga belas tahun lalu di Universitas Brawijaya itu sudah membocorkan informasi kedua yang Kama jaga sangat ketat. Apalagi dari Adri, si pusat rahasia itu sendiri.
TAKK!!
Adri gantian menjentikkan jarinya didepan Kama, karena sedari tadi pria itu tak menjawabnya, "Gimana Dok? Bener kan apa kata Bisma?"
Kama mengangguk, "Ya."
"Apa yang bisa Saya bantu kalau gitu?"
"Kamu gak perlu bantu Saya."
Adri menggeleng, "Dokter sudah membantu Saya selama bertahun-tahun, menemani Saya di masa-masa sulit. Sekarang gantian, meskipun ... Saya juga belum sepenuhnya baik-baik saja."
Kama tersenyum lebih lebar, itu mode 'palsu' nya untuk mempersuasi orang lain, "Gak perlu, Dri. Bentuk bantuan yang Saya butuhkan juga tidak jelas."
"Gak jelas gimana?"