"Yaudah, kalo gitu Saya mau ikutan seneng."
"Kenapa harus ikutan seneng?"
Haikal mengubah ekspresinya lebih serius, "Apapun yang bikin Kamu seneng, akan Saya senangi. Kamu senang, Saya juga ikut senang."
Adri terdiam. Kenapa ini? Kenapa rasanya sedari tadi Ia sangat terlarut dengan pembawaan Haikal.
Hening, keduanya mendadak kehilangan topik pembicaraan.
"Mau berangkat sekarang? Atau masih kepagian?"
Adri melirik jam tangannya, "Masih kepagian."
Haikal mengangguk, "Karena kita udah ngomong random gini, Saya jadi penasaran sesuatu."
"Oh ya? Apa itu?"
Haikal menghela nafasnya dalam, "Sebelas tahun lalu ..."
Adri terkesiap. Ia sudah menduga sebenarnya kalau Haikal pasti akan membahas sesuatu dari masa lalu.
"Waktu Saya pergi tanpa pamit ke Kamu ..."
Haikal menatap Adri serius.
"Pernah gak ... terlintas di pikiran Kamu untuk ... nunggu Saya?"
Adri terdiam beberapa detik, "Pernah. Sering. Lalu entah kenapa harapan Saya ... hilang gitu aja, atau mungkin sengaja Saya lupakan."