Adri menyimak saja cerita cerita Kama selanjutnya, seiring aroma seduhan kopi itu menguar bercampur aroma petrichor yang masuk dari taman belakang. Kombinasi yang pas. Sepertinya hidup Kama selalu estetik seperti ini, menyenangkan sekali.
"Jani itu anak almarhum Kakak Saya. Jadi jatohnya dia keponakan Saya," lanjut Kama. Pria itu kini duduk berhadapan dengan Adri, hanya terpisahkan oleh dripper kopi yang menetes perlahan. Kama membuat seduhan metode chemex untuk kopi yang dibuatkannya untuk Adri.
"Turut berduka atas meninggalnya almarhum Kakak Dokter. Berarti ... Ayahnya Jani yang sudah meninggal?"
Kama menggeleng, "Ibunya juga. Mereka meninggal dalam kecelakaan. Hanya Jani yang selamat waktu itu. Saya hanya ... merasa bertanggung jawab sebagai pamannya," ujarnya agak sedih.