Sembari mengerjakan tugasnya di laptop, Januar masih menunggui Adri di ruangannya. Setelah makan sedikit dan minum obat, Adri tertidur. Tampak sekali Ia tidak nyaman karena ruangan kelas dua rumah sakit itu agak panas dan diisi oleh enam orang.
Ditengah keheningan, Januar mendengar langkah kaki seseorang mendekat. Semenit kemudian, Theo menampakkan diri.
"Eh ... Yo, Gue kira Lo gak tau Adri masuk rumah sakit," ujar Januar, menaruh laptopnya diatas nakas.
"Iya, tadi Gue sempet liat, kelar urusan langsung kesini. Eh gak deng, nyariin trombosit buat dia," ujar Theo, kini menaruh beberapa makanan, minuman, serta alat kebersihan untuk Adri.
"Nah itu. Gue juga nyari, karena kata dokter kalo bisa sebelum besok tuh udah ada, soalnya mulai mengkhawatirkan, takutnya pendarahan. Rumah sakit bilangnya diusahakan gitu."
Theo berdecak jengkel, "Emang gak bisa diandelin. Kalo tiba tiba ngedrop gimana coba? Nyawa loh ini taruhannya," ujar Theo meninggi.