-Moirai Valentine-
--Seolah takhir hidup sudah ditentukan sejak awal. Begitu pula dengan takdir punya teman aka orang terdekat yang lekuannya mirip wartawan kesambat, mulut embar, tambah lagi dengan saudara super hero berhati hallo kitty. Lengkap sudah penderitaannya--
Maura tidak tau apa yang membuat Gio, sudara sepupunya itu berlari bak orang kesetanan dan menghampirinya dengan tetesan keringat yang belum diseka.
Tubuh tingginya terlihat menggoda para siswa perempuan yang sedang menikmati makan siangnya di Kafeteria. Bukan bau badannya yang menjadi perhatian mereka, melainkan tetesan keringat yang membasahi rambut hitamnya.
Gio Abraham, sepupunya dari asrama Pegaseus. Tampang ok, pecinta olahraga, tubuh atletis, sayangya kelakuan banyak minusnya.
Bahkan Maura sungkan membebarkannya. Terlalu banyak yang menyedihkan dan memalukan ketimbang prestasinya.
'Harusnya dia membujuk tantenya untuk mengeluarkan si Gio kampret dari kartu keluarga.'
Jika kebanyakan pria normal akan selalu tebar pesona jika memiliki kelebihan seperti sepupunya itu, maka beda lagi dengan Gio Abraham.
Alih-alih sok tebar pesona. Cowo yang satu ini justru menghindar dan marah-marah tidak jelas. Paling suka membully tapi jika dibully balik maka dia akan ngambak tiga hari tiga malam.
Ketua klub futsal. Berteman akrab dengan Bara dikarnakan mereka se-asrama dan juga satu tim dalam futsal.
Baik kadang-kadang, tapi yang paling menyesakkan dan membuat Maura enggan mengakuinya sebagai saudara sepupunya adalah ke-emberannya yang melebihi Luna. Belum lagi tingkahnya yang sering jadi pengadu dari pada penengah, kampret!!
Jika teman satu timnya adu mulut maka sudah dipastikan si Gio ada di garda paling depan, sebagai tukang adu.
Brakkk..
Tanpa permisi Gio duduk menggeser Luna dari tempatnya sampai ampunya terjungkal ke lantai.
"Kamret lo Gio!!" ketus Luna seraya mengelus pantatnya yang terasa sakit tercium lantai.
Gio mendengus, dia mengangkat bahunya tidak peduli, kemudian kembali menatap Muara dengan pandangan menghakimi.
"Jawab dengan jujur. Lo serius mau kencan sama berung kutub itu? Si ketua geng galaksi? Jawab Maura!!"
Maura menaikan alisnya tinggi-tinggi. Nih boneka jelmaan kenapa bisa tau? Apa kabar tentang dirinya sudah menyebar?
Damn it!!
Inilah mimpi buruk Magen di tahun terakhirnya.. katakan selamat tinggal pada kebebasan dan ketentraman. Setelah ini kehidupan sekolahmu pasti bak selebritis dadakan, sialan!
Maura mengumpat pelan, tapi masih bisa di dengarkan oleh Gio dan Luna. Gadis itu juga sudah mengambil tempat duduk baru dengan bibir memayun.
"Tau dari mana?" tanya Maura.
"Jadi benar? Seriusan lo!!"
Gio melotot, bola matanya seperti akan keluar saat itu juga. Berbagai kemungkinan langsung terbentuk di dalam benaknya. Dia mengakui jika selama ini dia bukan saudara yang baik setidaknya dalam artian lain.
Dia dan Maura sering kali bertengkar dan meributkan hal-hal kecil seperti siapa yang boleh memberikan makan pada tupai peliharaan kakek mereka. Atau siapa yang kena giliran menjadi tumbal dadakan serta mendengarkan ceramah panjang kali lebar Nenek mereka tentang idealis kenegaraan.
Di situ kadang ia dan Muara bingung, siapa di antara mereka yang akan masuk abdi negara?
Tapi di balik itu semua masih ada rasa persaudaraan dalam dirinya. Diam-diam dia juga mengamati siapa saja yang berniat menyakiti saudara itu. Atau siapa saja yang membully-nya, karna Gio tidak akan tinggal diam.
Saat pertama kali dia mendengar tentang kencannya Maura dengan si Erlang. Gio langusng bangkit dan berlari mencari kebenaran. Hanya dua hal yang dia pikirkan saat berlari tadi.
Pertama, jika itu bukan surat sungguhan maka dipastikan dia akan mencari orang yang berniat mempermalukan saudara itu, menguburnya hidup-hidup sampai arwahnya pun enggan untuk muncul kembali.
Kedua, jika surat itu sungguhan dan si berung kutub menyebalkan itu benar-benar mengajak Maura berkencan maka ia akan berubah jadi bodygruad dadakan.
Si Erlang tidak bisa dipercaya sana sekali!!
Percaya dengan trio galaksi sama saja menceburkan diri ke kolam yang penuh dengan ikan hiu, damn it!! Mana dia musuh bubuyutan lagi dengan anak-anak Phoenix.
Double shitt!!
Gio menghela berat saat tepukan kasar Luna membawanya kembali ke peradaban.
"Lo syok bukan? Apalagi gua kemarin bertemu langsung sama pangeran Phoenix si Lamborghini berjalan itu."
Maura memutar matanya bosan, "Bisa sih gak usah bawa-bawa merk mobil!!" kata sensitif menyebalkan bagi seorang Maura Magen.
"Aku gak peduli yang mau itu Lamborghini atau bunga terompet sekalipun. Yang paling penting disini adalah, apa ini sungguhan? Maksudku apa kalian yakin jika si berung kutu itu memberimu surat? Bukan hoaks atau sekedar iseng-iseng gang galaksi doang?" seru Gio.
Di sinilah dia harus menjadi lebih bijak dari sekedar tukang adu. Nasib saudara sedang dalam pertaruhan ini, Gio sangat yakin jika ada udang di balik bakwan, ada sesuatu di balik ajakan kencannya seorang Erlangga Orion Lorenzo.
Maura menghela berat. Tatapannya kembali pada makanan yang masih menyisakan separuhnya. Demi apapun itu dia jadi tidak bernafsu lagi untuk meneruskannya.
"Kenapa kalian rebut sih!! Ini Cuma ajakan kencan biasa, gak lebih."
Siapa bilang hubungan tak kesat mata dan tidak jelasnya bersama pangeran Phoenix akan berlanjut? Mereka akan pergi kencan satu kali dan selesai.
Jadi kenapa dua makhluk setengah waras di depannya itu melebih-lebihkan.
"Dari tadi lo bilang geng galaksi mulu, memangnya mereka menamakan perkumpulan mereka dengan nama aneh itu?" Luna sedari tadi memperhatikan kata-kata yang tidak penting, keluar dari bibir Gio. Kalo berung kutub dia sudah sering mendengarkannya. Itu panggilan khas dari anak-anak libra dan entah kenapa langsung menyebar ke seluruh asrama lainnya.
"Bukan! Itu nama yang kami sematkan untuk trio pangeran itu." Seru Gio.
"Kenapa bisa begitu?"
"Nama lengkap mereka semuanya kan benda luar angkasa. Bintang Pradipta, itu bintang. Gilang Jupiter, planet Jupiter dan si kampret Erlangga Orion Lorenzo itu nama rasi bintang barat." Gio menjelaskan.
Luna bertepuk tangan, "Hebat.. kau pengamat yang hebat.."
"Biasa aja, aku mah gitu orangnya, pintar dan cekatan," ucap Gio.
Maura mendenggus pelan, ini lagi muncul sifat kampret yang merusak prestasi keluarganya.
'Fix, liburan minggu depan dia bujuk tante Anit, ibunya Gio untuk mengelurakan Gio Abraham dari kartu keluarga.'
"Tapi Maura, apa lo gak mikir kalo si Erlang itu Cuma mau manfaatin lo doang?" tanya Gio lagi. Rupaya pria itu sama sekali tidak puas dengan jawabannya tadi.
"Gak ada juga yang dimanfaatin dari aku."
Gio mengangguk setuju. Jika dilihat-lihat lagi memang saudaranya itu jauh dari kata anggun, bahkan lebih terkesan cuek aka bar-bar tinggat medium. Tubuhnya juga tidak sebagus model, bahkan cenderung rendah.
Rambutnya juga gak ada bagus-bagusnya. Sangat hitam dan terurai, mungkin saudaranya itu akan mirip kuntilanak saat mengenakan pakaian putih.
Gio menyipitkan matanya menatap curiga, "Kayanya ada, lo kan masih perawan!!"
Gerr…
"TRUS APA MASALAHNYA!!!"
Bersambung…