Saat mendapat telepon dari sang istri yang tengah menangis membuatnya jadi tak tahu hendak menempuh jalan apa lagi. Yang terpikir hanya satu, ia harus segera menyusul dan menemukan Nada.
"Id, kamu mau ke mana?" Zydan menghadang saat ia tengah tergesa-gesa, sampai lupa menitipkan pesan pada Risa agar menghubungi saja, jika ada hal yang penting.
"Saya ada urusan sebentar, Da. Tolong menyingkarlah!" Alan bahkan melempar tubuh Zydan dengan sebelah tangan, membuat sahabatnya itu tersandar ke dinding.
Di perjalanan, ia juga sering membunyikan klakson, benar-benar grasak-grusuk. Alan tak sabar.
Sesampainya di kantor Nada, ia memarkir mobil sembarang dan langsung berlari menuju mushola. Ia menemukan Nada dengan mata yang bengkak. Baru saja hendak membawa perempuan itu ke dalam pelukan, sadar ini tempat ibadah, terlebih Cici pun muncul di belakang istrinya.
"Nada, kamu nggak apa-apa?" Ia hanya mendekat lalu menyentuh wajah sang istri.
