ami menuju rumah sakit tersebut, tempat wanita itu dirawat. Alan masuk dengan tergesa-gesa, tapi ia tak lupa menarik tanganku untuk terus ikut bersamanya. Dia sangat khawatir rupanya, itulah yang kurasa.
Sesampainya di sebuah ruangan, ia pun segera masuk dan masih tetap menggenggam jemariku. Wanita itu terbaring lemah di atas tempat tidur, ada Zydan di sebelahnya. Kurasa si Ulat Bulu ini tadi sempat menangis. Masih tampak jelas sisa air mata di wajahnya yang pucat.
"Alan." Ia berusaha bangkit, tampak bahagia dengan kedatangan Alan. Sayangnya, ketika hendak berusaha memeluk, Alan menjauh kembali. Sungguh sangat tidak tahu malu sekali wanita ini. Apa yang ada di dalam pikirannya? Tidakkah dia bisa menghargaiku sebagai pasangan Alan yang sah?
Aku sampai menghela napas berkali-kali, mencoba menahan gejolak amarah di dalam dada.