Berbeda dengan Reya dan Galang dalam menghabiskan akhir pekan itu bersama, Dara dan Refan juga menghabiskan malam itu tanpa ada celah untuk saling menghindar lagi.
Dara tahu apa yang suaminya mau sampai mata itu terus dibiarkan terbuka tepat disaat Refan menyelesaikan panggilannya, pekerjaan yang jelas tidak bisa Refan tunda meskipun sudah ia pasrahkan pada Devan dan Juna, tetap saja menjadi tanggung jawabnya yang utama.
Dara singkap selimutnya, melebarkan kedua tangan untuk mendekap tubuh yang endak memeluk pasrah padanya itu, Refan terjatuh di sana, tapi jangan bermimpi untuk tidur malam ini di mana mata Refan masih terhaga dengan deburan nafas yang memburu di ceruk leher Dara.
"Dedek boleh dijenguk nggak?" tanya Refan berbisik.
Dara terkekeh, "Papanya nggak sabar pengen ketemu dedek?"