"Abang tadi nangisin Dara ya? Kenpaa? takut Dara mati ya?" oceh Dara menggoda suaminya itu.
Refan memberengut, yang semula tadi dia sudah mau senyum dan memeluk istrinya karena khawatir, dia sendiri menjadi sebal dengan pertanyaan Dara. Bahkan, banyak kabar duka yang ia dengar selama menunggu gadis itu tersadar.
Ia berdiri di tepi ranjang, tidak ada respon apapun meskipun Dara mengulurkan tangan dan meraih juga menggoyangkan tangannya, Refan mematung dengan semua pertanyaan itu, jangankan Dara yang meninggal, dia saja tidak sanggup kalau anaknya saja yang pergi, harusnya dia saja karena dia yang bersalah. Tapi, bila itu sampai terjadi, yang ada dia akan menjadi arwah penasaran karena Dara pastinya dilirik lelaki lain, belum lagi mempunyai anak yang dari keturunan mereka pastilah tampan rupawan dan cantik jelita, ia tidak rela.