Reya terima kalungan bunga di lehernya, entah sambutan ini terasa asing untuk dirinya yang sudah lama tidak berkelana menjadi anak muda yang gila akan pesona alam, juga masyarakat luas dengan semua tradisinya.
Sudah sangat lama dan kaki itu hanya melangkah di tempat yang berhubungan dengan pekerjaan keluarganya saja, tempat di mana dia bisa mengenal masyarakat luas sudah tidak ia pijak lagi sejak kepergian Yuda, kini sepertinya ia tertantang untuk mengulanginya, hanya saja tidak mungkin meninggalkan Galang di negeri jiran seorang diri kalau mereka akan menikah seperti ini, tentunya di sana Galang akan sangat ingin sering bertemu dan merundingkan semuanya bersama-sama.
"Rey," panggil Galang.
Reya menoleh, ia sudah seperti pohon dengan bunga yang siap untuk berbuah saja, dari rambut sampai kakinya penuh dengan taburan kelopak bunga, senyumnya manis sekali sampai Galang tidak berkedip.
"Apa?" balas Reya menunggu calon suaminya itu yang justru terdiam.