Reya pandangi adiknya yang tengah duduk memakai kebaya brukat putih dengan rangkaian melati yang melingkar di sanggul kecilnya, belum lagi menjuntai ke bawah sampai tepat di kedua tangan Dara.
Dulu, ia sempat membayangkan hal itu terjadi kepadanya bersama Yuda, sebelum peristiwa itu terjadi dan nyawa Yuda dipastikan tiada. Ada air mata yang ia tahan, walau dia kuat, tapi tetap saja tidak menutup kemungkinan hati seorang kakak perempuan hancur ketika ditinggal adik perempuannya menikah, harapannya terlampaui lebih dulu meskipun diawal dia terlihat ikhlas dan baik-baik saja.
Reya sandingi adiknya itu, ada tangan gemetar dan basah di sana, Dara tengah gugup. Sebentar lagi tanggung jawab besar akan ia sandang di keluarga kecilnya bersama seorang pemuda yang baru saja duduk di depan ayahnya dan penghulu itu. Dia bukan lagi seorang adik kecil dan gadis muda yang patut digilai banyak mahasiswa atau teman sebaya di luar sana, dia seorang istri.