Reya menekuk senyum itu, jawaban yanga Refan berikan tak seperti apa yang ia harapkan, begitu juga pada arti yang Refan maksudkan. Ia biarkan pria itu berjalan menjauh menyusul sang adik yang sudah berbangga dengan minuman coklat buatannya, Dara pamerkan pada Refan.
Tangan berkulit cerah itu Refan raih, entah sengaja atau tidak, Refan berhasil membuat pipi Dara merona atas tingkah spontannya itu. Refan yang terkenal dingin akhir-akhir ini setelah proses perjodohan berlansung bisa berlaku lembut dan mengerti kepadanya, di depan banyak anggota keluarga yang berkumpul.
"Abang mau lagi? Enak banget ya?" tanya Dara.
Refan mengangguk, mimiknya mulai berubah karena Reya terdengar sedang berbicara serius lewat sambungan telephone itu, sampai ia dengarkan dengan cermat belum bisa menerka siapa yang sedang Reya ajak bicara, yang jelas gadis itu tertawa berulang kali dan merasa senang dimengerti oleh lawan bicaranya.