Sudah lewat dua jam dari jadwal seharusnya, Gilang baru membersihkan diri dan Kinan yang masih berusaha berdiri, rasanya kedua kaki itu enggan ia satukan.
Baru saja bergerak, ada yang robek di dalam sana, terus memekik kesakitan dan tiada henti meringis perih.
"Aku udah siapin air hangat di bath up, Nan. Kamu bisa enakan di sana nanti, aku bantu sini!" ujar Gilang, ia gendong istrinya itu ke kamar mandi.
Tidak terbayangkan kalau rasa sakitnya akan seperti ini, dia kira masih bisa berjalan normal hingga nanti tidak menahan sakit dan bisa membantu kedua orang tuanya.
Tapi, bila seperti ini rasanya, Kinan tidak akan bisa menahan lama dan membantu dengan ringan, pasti sakit, untuk berdiri saja dirinya tidak kuat berlama-lama.
"Sakit, Mas!" keluhnya berteriak.
Gilang pengangi istrinya itu, Gilang sendiri tidak pernah berhadapan dengan gadis perawan, ia bantu sebisa mungkin hingga Kinan merasa nyaman dan lebih baik.