Kinan masih terperangkap dalam lingkaran tangan Gilang, pria itu seakan tidak mau melepaskannya kalau Kinan terus-terusan membahas masalah perpisahan.
Tidak cukupkah apa yang sudah Gilang tunjukkan sehingga Kinan paham kalau perpisahan itu tidak akan pernah terjadi? Kinan terus saja bertanya dengan bodohnya dan membuat Gilang geram.
Kedua kalinya bibir itu Gilang sambar dan lumat, kali ini sampai Gilang memainkan lidahnya, membuat Kinan kuwalahan mengimbangi karena hanya Gilang yang berani menyentuh bibirnya, tidak ada pria lain.
Gilang paham itu, dari gerakan dan nafas tersengal Kinan saja sudah ia pastikan apa yang nanti ia lakukan pada Kinan semuanya serba pertama.
"Geser sana duduknya!" sergah Kinan malas di dekati Gilang lagi, bibirnya sudah kebas dab tidak jelas.
"Awas lo bahas pisah-pisah lagi!"
"Kan emang bener gitu, kenapa mas yang sewot?"