"Sayang, Ca ...." Fahri yang masih menakai bathdrobe melangkah ke luar ruang ganti.
Pagi ini istrinya bangun lebih awal karena sang anak sudah menangis minta ganti popok.
Entah ke mana Haisha sampai baju kerjanya belum tersedia, tidak ada suara tangisan bayi juga ocehan istrinya itu.
Kamar tampak kosong dan pintu itu terbuka setengah.
"Ca ...." sekali lagi Fahri memanggil, ia menyembulkan kepala ke celah pintu, berharap Haisha bisa mendengar seruannya.
Tanpa menjawab seruan suaminya, Haisha berlari kecil menaiki anak tangga, ia cengar-cengir karena terlalu asik berbincang dengan kedua ibunya di teras rumah.
Mengajak Aksara untuk menikmati udara pagi yang masih sejuk dan bercampur aroma dedaunan yang basah.
Sebelum matahari mulai meninggi dan bayi itu akan menjadi bayi panggang seperti biasanya.
"Sayang," Fahri mengesah pelan, ia menjejakkan kaki polos yang hanya terbalut sebagian itu.
"Iya, heheheheh, lupa Icanya," ujar Haisha menyahuti.
