"M-maaasss ... Sakit," keluh Haisha lirih, menahan tangan Fahri yang terus saja ia genggam, tidak mengizinkan Fahri duduk dan terus berdiri juga mendekat untuk ia rengkuh ketika dorongan di perutnya semakin kuat.
"Iya, sayang. Sabar ya," sahut Fahri menenangkan.
Baju yang ia pakai sudah tidak berupa, sedari tadi Haisha tarik kuat dan koyak sesuka hati, bahkan ada yang sudah basah karena Haisha gigit.
Fahri ikuti setiap tarikan istrinya sampai di mana dokter datang dan melakukan pemeriksaan terakhir.
Setelah semua peralatan siap, dokter itu mulai menuntun Haisha dengan sangat sabar.
Haisha mulai mendorong seperti apa yang dokter itu arahkan, perlahan dan pasti, ia merasa sesak seketika.
Dorongan kuat berulang kali Haisha hantarkan, tubuhnya sampai melengkung ke depan dan bertumpuh pada Fahri yang tertarik melingkar di atas perpotongan dada dan perut besar itu.
"Emmmmmmppppt, haaaaaah .... Emmmmmmpptttttt, haaaaahhh ...."