Fahri melongo melihat apa yang baru saja terjadi di depan matanya, sekertaris baru itu tengah jatuh dalam jebakan Gilang yang seperti pelangi setelah hujan.
"Kinan sama gue cuman-"
"Masuk ruangan gue!" titah Fahri menunjuk batang hidung Gilang, meninggalkan Kinan seorang diri dengan pewarna bibir yang sudah dibuat memudar oleh Gilang.
Fahri mengesah pelan dan membuang nafas berat berulang kali, dia tidak masalah bila teman-temannya berkecimpung dalam dunia malam yang penuh akan minuman dan wanita.
Tapi, bukan berarti mereka menjalin hubungan atau saling menjebak dengan karyawan yang ada di kantor ini.
Bila itu sampai terjadi, artinya mereka harus siap untuk Fahri satukan dan tidak akan ada lagi dunia malam, bukan karena kejam atau membatasi, pasalnya bila ada yang sakit hati, dampaknya akan ke semua sudut kantor ini.
"Lo serius sama tuh bocah?" tanya Fahri penuh penekanan pada kata 'bocah' yang menegaskan siapa Kinan di sana.