"Ngapain kok diem aja, sakit?" tanya Fahri was-was, seingatnya tadi semua serba lembut, terlalu lembutnya sampai ia sendiri tersiksa akan rasa itu.
Menikmati siksaan yang ada, itu lebih tepat dinyatakan oleh Fahri, pasalnya ia tidak mengeluh sama sekali, melainkan asik terus melakukannya.
"Eng-enggak, Ica cuman capek-capek aja." Haisha pijat lutut dan pinggangnya.
Fahri sontak berfikir, kedua bagian itu pasti ia sentuh dan mendapat dampak dari gerakannya, tapi sekali lagi tadi ia sangat lembut, jadi tidak mungkin kalau samlai terasa sakit hingga Haisha kelelahan.
"Maaf ya," ucap Fahri sesal, ia merasa tidak enak karena telah membuat istrinya kesakitan lagi.
Haisha bergeleng cepat, ia lantas menoleh dan memiringkan tubuhnya.
"Nggak salahnya Mas kok, ini kayaknya Ica mau datang bulan aja," jelas Haisha, ia tidak mau Fahri merasa bersalah pada hal yang tidak sepantasnya.
Fahri menoleh singkat, berkedip cepat seolah bingung dengan apa yang Haisha katakan.