"Ca," panggil Fahri sembari menggosok matanya.
Ia bisa terlelap nyenyak malam ini karena ada Haisha dalam pelukannya, nafas gadis itu seolah menjadi oksigen yang teramat ia butuhkan.
Fahri tepuk-tepuk sisi ranjang kosong di sampingnya yang semalam jelas penuh akan tubuh sang istri, tapi kekosongan membuat matanya terbuka juga.
"Ica, di mana?" serunya, mengedarkan mata ke semua sudut kamar.
Yang ada hanya jendela besar yang telah terbuka hingga menampilkan langit setengah gelap dan angin sepoi-sepoi yang membuat anak rambutnya naik-turun.
Klek,
Haisha masuk sembari membawa dua cangkir minuman hangat, matanya tampak terkejut melihat Fahri sedang melototinya di sebrang sana.
Pria itu melihatnya tajam dengan mata merah khas bangun tidur, belum lagi kedipan perih untuk menyesuaikan kadar air di mata yang dipaksa terbuka karena dirinya tidak ada itu.
"Mas nyari aku?" tanyanya polos, berjalan pelan menuju ranjang.