Rinai berlari menghampiri Langit, dengan sekuat tenaga, dengan air mata yang tak hentinya keluar dari pelupuk mata gadis itu terus berlari menghampiri Langit, yang sudah terbujur kaku dijalanan dengan darah yang mulai mengalir dari pelipis dan hidungnya.
Netra coklat itu merekam setiap kejadian yang telah terjadi, dimana Langit yang terpental begitu jauh dan darah segar yang mulai mengalir tak hentinya. Telinga yang menjadi saksi betapa kerasnya benturan yang terjadi.
Langkah kakinya terus membawanya jauh dari kerumunan, begitu juga Aldo yang setia mengejar langkah Rinai, gadis itu sampai jatuh diatas aspal beberapa kali, hingga kembali bangkit meski lututnya berdarah akibat jatuh begitu keras diatas aspal yang juga begitu keras.
"Langit..." Rinai tak kuasa menahan tangisannya, hingga saat perempuan itu berhasil sampai dihadapan laki-laki yang sudah terbujur kaku, Rinai mulai menumpahkan segala tangisannya, segala rasa takut akan kehilangan laki-laki itu.