Chereads / My Senior is My Husband / Chapter 29 - Kisah Tersial

Chapter 29 - Kisah Tersial

"Kalian mau jodohin Mikael sama Aleena?" tanya Mikael saat pandangannya mengedar menatap sebuah rumah yang tak asing di depannya. Sebuah tempat yang sungguh membuatnya muak saat kembali menjejakkan kaki di sana. Segala amarah masih terasa. Sungguh dendam itu masih ada.

"Kalian berdua udah saling kenal?" tanya Bagas seraya membulatkan matanya. Pria itu tampak sedikit terkejut dengan pertanyaan sang putra. Namun itu hanya bertahan sesaat, karena tak lama kemudian raut wajah keterkejutan itu terganti oleh tawa. Tawa yang terdengar begitu bahagia.

Karina yang duduk di samping suaminya pun bersikap tak jauh berbeda. Wanita itu juga tersenyum begitu lebarnya. Arah pandangnya kini kembali tertuju kepada sang putra. "Syukurlah kalau kamu udah kenal sama dia, jadi kalian udah nggak perlu waktu lama untuk saling mengenal satu sama lainnya!"

Bisa dibayangkan ekspresi Mikael semarah apa. Gadis yang menjadi segala sumber masalahnya  kini berhasil menerobos masuk untuk mengusik kehidupannya. Gadis pembuat onar yang selalu mencari masalah dengan dirinya.

Sama halnya dengan pria tua bangka yang berstatus sebagai ayah Aleena. Dia pula yang telah berani menghinanya. Pria sombong yang langsung bungkam saat tahu kekayaannya bukan apa-apa. Dan setelah pria itu tahu semuanya, ia malah menjodohkan putrinya dengan Mikael? Cih, seakan habis dibuang diambil bangkainya.

Mikael tahu jelas bahwa pria tua itu hanya mengincar mesin pencari uang untuk anak tak tahu dirinya. Sungguh memuakkan.

"Cih!" Suara decihan dari bibir Mikael sontak mengundang perhatian Bagas dan juga Karina. Keduanya sama-sama mengernyit mendengar sebuah kata yang tak pernah mereka dengar keluar dari bibir sang putra.

"Mikael nggak mau. Sampai kapan pun Mikael nggak akan pernah mau nikah sama dia!" ucap Mikael langsung keluar dari mobil milik ayahnya.

Lelaki itu berjalan keluar gerbang rumah Aleena dengan perasaan berkecamuk. Marah? Tentu saja. Mikael tahu jelas bahwa keluarga Aleena memanfaatkan keluarga besarnya. Itu terlalu kentara. Dan Mikael tak ingin jika kehidupannya ternodai oleh orang-orang tak tahu diri seperti mereka.

Brakk!

"Mikael! Mikael!" Suara terbantingnya pintu mobil disusul oleh panggilan itu pun tak dihiraukan oleh Mikael. Lelaki itu terlalu marah untuk sekedar meladeni kedua orang tua konyolnya.

Mikael hanya terus berjalan tanpa sedikit pun niatan untuk menoleh ke belakang. Lelaki itu menulikan pendengarannya. Ia sama sekali tak ingin mendengar segala alasan yang akan menjadi awal mula kisah tersial di dalam hidupnya.

Grepp!

"Mikael!"

Bagas- sang ayah- berhasil menghentikan pergerakan Mikael dengan mencengkeram pergelangannya. Tatapan pria itu terlihat begitu kebingungan dengan sikap Mikael yang seketika berubah saat tahu bahwa Aleena- lah calon istrinya.

"Kamu kenapa? Kenapa kamu pergi gitu aja?" tanya Bagas masih berusaha bersabar di depan anaknya. Pria itu tak boleh gegabah saat menangani anak liar- nya. Sedikit kesalahan saja, akan berbeda hasilnya.

"Mikael udah bilang Yah, Mikael nggak mau dijodohin sama dia! Dia cuma mau manfaatin keluarga kita, Yah! Dia itu anak dari pria matre yang cuma bisa mandang harta!" ucap Mikael menjelaskan semuanya. Lelaki itu mengatakan semua yang ia ketahui tentang mereka. Dengan bersungguh-sungguh Mikael mengatakannya. Napasnya pun sampai terengah-engah saking marahnya.

"Kamu tau dari mana?" tanya Bagas seketika mengernyit mendengar penuturan anaknya. Bagaimana bisa Mikael dengan begitu lancar mengatakan itu semua? Apa yang terjadi sebenarnya.

"Bokap- nya Aleena pernah hina-hina aku karena aku nganterin Aleena pulang, Yah! Dan dengan sombongnya dia ngomong kalau dia punya perusahaan besar yang bisa ngehancurin aku gitu aja! Tapi waktu dia udah tau aku anak Ayah, dia langsung sujud gitu aja! Cih, munafik banget kan, Yah!" jawab Mikael menceritakan semuanya. Lelaki itu berbicara sejujur-jujurnya berharap sang ayah akan percaya.

Namun reaksi yang Mikael harapkan tak juga tampak dari wajah Bagas, ayahnya. Pria itu hanya diam seribu bahasa. Tatapannya pun terlihat menelisik seolah mencari kebohongan di netra sang putra. "Kamu nggak bohong, kan?"

"Nggak Yah, Mikael jujur, sejujur-jujurnya!" jawab Mikael masih berusaha untuk meyakinkan sang ayah tentang keputusannya. Lelaki itu tak ingin ayahnya gegabah dalam mengambil keputusan yang akan menghancurkan segalanya.

Tak ada sedikit pun komentar yang terdengar dari bibir Bagas di sana. Hanya suara helaan napas panjang yang dapat Mikael dengar dari sang ayah. Pria itu pun sempat menjambak rambutnya seolah frustasi dengan segala keadaannya.

Melihat itu, senyum seringai Mikael pun perlahan muncul. Lelaki itu merasa jika sang ayah sudah mulai gundah untuk mengambil keputusan tentang perjodohan mereka. Dan jika kegundahan itu terus berjalan, maka batal sudah pernikahannya.

"Ekhem!" Mikael seketika berdehem sembari mendekat ke arah sang ayah. Raut wajahnya ia buat seserius mungkin untuk menyakinkan sang ayah bahwa ia sedang tidak bercanda. "Mikael nggak mau kalau keluarga Aleena cuma mau manfaatin kita, Yah! Mikael nggak mau! Jadi Mikael harap, Ayah mau mikir ulang tentang perjodohan ini, ya!"

Untuk beberapa kali kepala Mikael sempat mengangguk-angguk ke arah sang ayah. Bibirnya pun terkatup rapat seolah itu adalan saran paling bijak yang ia berikan pada Bagas dalam hidupnya.

Bagas yang sebelumnya tengah memasang raut wajah gundah pun kini termenung sembari menatap lurus ke arah Mikael, sang putra. Tatapannya seolah mengisyaratkan bahwa ia percaya sepenuhnya dengan ucapan anaknya. Dan tak berapa lama kemudian, sebuah kalimat yang Mikael tunggu-tunggu pun akhirnya keluar.

"Kamu bener, El! Nggak seharusnya Ayah jodohin kamu sama anak dari keluarga yang matre!" ucap Bagas sambil menepuk-nepuk bahu anaknya. Kepalanya pun menunduk seolah baru tersadar dari sebuah kesalahan besar dalam hidupnya.

'Yes! Akhirnya!' batin Mikael bersorak dalam keheningan. Sungguh menyenangkan saat mengetahui apa yang ia inginkan telah terkabul dengan begitu mudah tanpa mengeluarkan terlalu banyak usaha.

Senyum Mikael terbit begitu tinggi di bibirnya. Sungguh rasanya begitu bahagia.

"Kamu pikir Ayah bakal ngomong kayak gitu?" Kelanjutan dari ucapan Bagas berhasil membungkam bibir Mikael yang baru saja terbuka hendak berbicara. "Ayah nggak akan pernah batalin perjodohan kalian sekalipun keluarga mereka seburuk apa yang ada di pandangan kamu!"

Oh shit! Sialan! Hanya kata-kata umpatan yang mampu Mikael pikirkan. Bayangan akan persetujuan sang ayah rupanya hanya menjadi sebuah angan-angan.

Cerita yang Mikael lontarkan nyatanya tak mampu untuk mengubah keputusan seorang Bagas Baskara. Sosok pria tegas yang terkenal akan tanggung jawab dalam mengambil setiap keputusan dalam hidupnya.

"Ayah! Kenapa ayah masih kekeh jodohin Mikael sama Aleena, sih? Jelas-jelas mereka sengaja buat atur perjodohan ini karena tau aku anak pengusaha, Yah! Cuma karena itu!" protes Mikael tak terima. Lelaki itu terlihat begitu kesal dengan sang ayah karena mempermainkan dirinya.

"Husstt! Dengar ini, El! Aleena, nggak seburuk apa yang kamu bayangkan! Keluarga mereka, juga nggak serendah apa yang kamu pikirkan! Jadi jaga baik-baik ucapan kamu!" ucap Bagas sambil mengacungkan jari telunjuk ke arah Mikael memperingatkan. Tatapannya pun begitu tajam menatap ke arah sang anak semata wayang.

"Satu hal lagi, bukan mereka yang mengajukan perjodohan, tapi Ayah! Ayah yang mau Aleena buat jadi mantu ayah!" ucapan Bagas kali ini berhasil membuat Mikael terdiam. Kebenaran apa lagi ini?

"Ya lagian kalau mereka bener-bener matre, apa salahnya? Kita terlalu serakah kalau mau menghabiskan semua kekayaan itu sendirian! Dan yah, bukannya seharusnya kamu senang? Tadi kamu sempat bilang kalau kamu pernah nganterin Aleena pulang?"