Sebuah cahaya terang menyinari langit. Warnanya kemerahan meinggalkan ekor dari tempat keberangkatannya. Tujuannya agar titik asalnya dapat dilihat oleh pengamat beberapa kilometer jauhnya.
Cahayanya mungkin terlihat sampai Bandung. Dilihat oleh warga, elemen militer, bahkan oleh Melodi. Ia sekarang mungkin langsung bergegas dengan pasukan berkudanya, seperti gelombang berusaha menyapu bersih apa saja dihadapannya.
Seluruh pasukan di kejauhan melirikku. Namun peperangan menghalangi mereka untuk sampai padaku. Tangan Tamkin bergetar, jarinya masih menempel pada pelatuk. Namun pada akhirnya pistol ia kenakan lagi.
Ia tertawa keras. "Aku suka tampangmu itu, serius, kukira kau hanya orang yang terbawa arus dari keadaan yang menghajarmu bertubi-tubi. Tapi sekarang, kau seperti sudah tahu apa yang harus kau lakukan untuk melewati semua ini."