Hayati masih tetap menunggu mang Asep di depan gerbang, Hayati menunggu sambil menonton youtube.
"Mang Asep tidak akan datang, lebih baik kamu bersamaku," ucap Akbar.
"Kenapa kamu begitu ngotot?" tanya Hayati.
"Aku tadi dapat telpon dari tante Hana, dia meminta tolong agar kamu pulangnya sama aku." tanpa berpikir panjang, Akbar menarik Hayati.
Mereka berjalan berdua.
"Kamu tunggu di sini ya, aku mau mengambil sepeda motor ku dulu." Akbar berlalu pergi ke parkiran, sebelum Hayati menjawab ucapannya.
'Egois banget, aku belum jawab sudah nyelonong duluan.' gumam Hayati.
Dari arah parkiran, Akbar mengendarai sepeda motor merk Ninja.
"Ayok, Naik," ajak Akbar.
"Kalau bukan karena Mang Asep tidak datang, tidak mungkin aku mau boncengan sama kamu," ucap Hayati.
"Iya, yang terpenting aku sudah memenuhi janjiku kepada mama mu." Akbar menghidupkan mesin sepeda motornya.
Di sepanjang perjalanan, Hayati dan Akbar terdiam. Mereka berdua begitu canggung untuk memulai percakapan, Akbar yang juga tidak punya topik untuk mengajak Hayati berbicara.
Awan begitu cerah, namun terik matahari juga mampu membuat kerongkongan kering. Ingin sekali Hayati meminta Akbar untuk berhenti, hanya sekedar untuk minum jus di warung pinggiran kota. Namun, Hayati masih malas untuk berbicara.
"Berhenti di sini dulu, gak apa-apa?" tanya Akbar.
Mendengar akan hal itu, Hayati justru senang.
"Boleh," jawab Hayati singkat, namun batinnya berkata.
'Dari tadi enak, aku tidak perlu capek-capek bertengkar dengan diri sendiri.'
Akhirnya, Akbar memarkirkan sepeda motornya di pinggir jalan. Tepatnya di samping warung yang ingin Akbar singgahi.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Akbar.
"Aku jus avocado."
Minuman itu adalah kesukaan Hayati.
Setelah Akbar memesan, akhirnya Akbar duduk di samping Hayati.
"Maafkan atas perlakuan ku tadi, Hayati." Akbar meminta maaf.
'Ada angin apa dia meminta maaf, apa aku tidak salah dengar?' gumam Hayati.
"Bagaimana, Hayati. Kamu mau kan? Maafin aku." Akbar kembali bertanya.
"Aku maafin, aku juga minta maaf ya," jawab Hayati.
Suasana kembali hening, kemudian Hayati kembali bertanya.
"Oh iya, Mama bilang bagaimana? Kenapa kamu mau mengantarku?"
"Mama Hana bilang, kalau Mang Asep tiba-tiba sakit. Jadi Mama Hana menelpon ku." Akbar menjawab sembari meminum jus jeruk yang di pesannya.
"Oh... Jadi begitu."
Akbar dan Hayati justru bercanda bersama, begitu banyak hal yang di ceritakan oleh mereka.
"Akbar, Kamu yakin? tidak ada apa-apa sama Reva?" tanya Hayati, ketika dia mulai penasaran dengan yang sebenarnya.
"Aku tidak ada apa-apa, ada sih sedikit rasa untuknya." curhat Akbar.
"Kenapa gak di lanjutkan saja? Perihal perjodohan kita kan bisa ditolak dengan alasan itu." Hayati menyarankan.
"Tapi, aku masih ingin tahu tentang Reva sepenuhnya." Akbar tipikal cowok yang tidak menembak sembarangan kepada cewek.
"Oh... Sekalian di tes?" tanya Hayati.
"Iya, dia pantas apa tidak untukku."
Dengan jawaban tersebut, Hayati bisa mengumpulkan. Akbar adalah seorang cowok yang tidak mudah jatuh hati, meski begitu banyak cewek mengantri.
"Sudah selesai minumnya?" tanya Akbar.
Hayati sengaja memperlambat meminum jusnya, dia masih ingin bersama Akbar. Entah kenapa, Hayati sudah merasakan nyaman bersamanya.
"Belum," Hayati masih tetap meminum jusnya.
Panas sudah tidak begitu terik, sore sebentar lagi akan menjelma.
"Sudah sore loh.." kata Akbar.
"Iya, memang kenapa?" Hayati bertanya.
"Nanti, kalau Mama Hana nyariin gimana?"
"Mama sudah tahu kalau aku lagi bersama menantu idamannya, Hahaha." Hayati tertawa.
"Yee... Ngeledek nih.. yang ada kamu, menantu kesayangan Mama dan Papaku." Akbar juga meledek.
"Gimana, kalau kita jalan-jalan dulu sebelum pulang," ajak Hayati.
"Boleh... Lagian aku juga suntuk di rumah."
Mereka berdua pun menghabiskan minumannya dan pergi ke suatu tempat.
Hayati begitu bahagia, sebab dia dan Akbar tidak lagi bertengkar.
"Tumben kamu gak ngajak aku bertengkar?" tanya Akbar.
'Baru saja di pikirkan, sudah tanya aja nih.' gumam Hayati.
"Seharusnya aku yang tanya? Kenapa kamu gak ngajakin aku bertengkar?" tanya Hayati memutar balikkan pertanyaan Akbar.
Akbar tertawa dan berkata.
"Lelah sudah bertengkar, mana gak dapat solusi dari masalah kita."
"Iya, ya. Benar sekali apa yang kamu bilang." Hayati justru baper dengan candaan Akbar ketika dia kembali bilang.
"Apa yang aku rasakan pasti sama dengan yang kamu rasakan."
Hayati tertegun, apakah Akbar sudah merasakan sedikit menyerah dengan perjodohan itu. Hingga Akbar mau menerima dan ingin bersama Hayati.
Hayati langsung menepis apa yang berada di angannya. Hayati tidak ingin hatinya semakin larut dalam suasana, hingga dia harus menyayangi nya.
Hayati juga tidak terbayang jika semuanya tidak terbalaskan, Hayati takut untuk jatuh hati kepada Akbar.
"Kita mau ke mana? Jauh gak?" tanya Hayati.
"Gak jauh kok, kamu tenang saja," Akbar menjawab dengan melajukan sepeda motornya semakin cepat.
"Hati-hati, Akbar." Hayati memegang jok di belakang.
"Kamu gak usah takut, aku sudah biasa ngebut seperti ini." Akbar kembali mengurangi kecepatan sepeda motornya.
"Tempat yang akan kita kunjungi begitu indah, pemandangannya yang asri membuat kita merasakan ketentraman dan kedamaian jiwa," ucap Akbar.
Hayati hanya mendengarkan saja apapun yang dikatakan oleh Akbar, Hayati tidak bertanya kembali. Hayati hanya menurut saja.
"Kamu pasti ketagihan nanti, pasti akan berulang kali ke tempat itu," kata Akbar lagi.
Hayati hanya diam, dia tidak menjawab apa-apa.
"Oh.. Iya. Kamu sudah punya pacar?" tanya Akbar.
"Belum sempat mikirin," jawab Hayati.
"Oh.." Akbar kembali fokus mengendarai sepeda motornya.
Angin sore mampu membuat rambut Akbar yang keriting melambai-lambai, serta jilbab Hayati yang ikut terurai. Mereka begitu menikmati suasana di sore ini, sore yang begitu indah sekali.
Hayati sudah tidak sabar untuk segera sampai, Hayati penasaran akan tempat yang akan di tunjukkan oleh Akbar. Akbar yang tidak diharapkannya, justru membuat Hayati semakin ingin lama bersamanya.
"Masih jauh gak sih?" tanya Hayati lagi.
"Kamu terburu-buru mau pulang? Kalau iya biar kapan-kapan saja." Akbar menawarkan.
"Tidak, bukan begitu. Soalnya sudah penasaran, hehe." Hayati menjawab dengan malu-malu.
"Tenang saja, pasti sebentar lagi sampai." Akbar kembali meyakinkan.
"Siap deh."
Untuk menghilangkan rasa penasarannya, Hayati mulai memasang headset ke telinganya. Hayati mulai menyetel lagu kesukaannya. Berbeda dengan Akbar yang terus saja fokus untuk melajukan sepeda motornya.
Pemandangan di pinggir jalan begitu indah, Hayati begitu menikmati suasana itu. Hayati bahagia, bisa dekat dengan Akbar yang tadinya nyebelin, Akbar yang tidak disangka bahwa hatinya baik juga.
Hayati mendengarkan musik sambil melamun, dengan melihat punggung Akbar di depannya. Hati Hayati mulai tergugah, entah apa yang di rasakan nya itu. Hayati yang awalnya tidak ingin bersamanya, kini justru ingin lebih dekat lagi.
Awan di sore hari juga telah mendukung untuk mereka berdua, berjalan bersama ke tempat yang begitu indah.