Chereads / Hayati / Chapter 15 - Pria Asing

Chapter 15 - Pria Asing

"Marwah, Sofia, Bangun!" kata Hayati saat mereka sampai di tempat parkir. Sofia dan Marwah mulai membuka kedua matanya dan bersiap-siap untuk turun, mereka bertiga menunggu giliran satu persatu teman-temannya untuk turun dari mini Bus.

"Tidak terasa sampai juga, ya," ucap Marwah.

"Iya, ternyata tidur di dalam mini Bus nyenyak juga," imbuh Sofia.

"Iya, kalian. Aku tidak tidur," kata Hayati.

"Iya nanti tidur di Bromo saja," ujar Marwah.

Satu persatu siswa-siswi sudah keluar dari mini Bus, sekarang giliran mereka untuk keluar.

Hayati, Sofia dan Marwah melihat ke sekitar, sungguh menakjubkan pemandangan rumah penduduk desa tengger. Orang-orang juga terlihat ramah dan menyambut mereka. Mereka menyewa mobil Jeep untuk sampai ke tujuan, tepatnya di Camping Ground Lava View. Para siswa-siswi menaiki mobil Jeep yang hanya muat ditumpangi oleh lima orang. Kebetulan Hayati semobil dengan Sofia, Marwah, Akbar dan Reva. Raut wajah Sofia terlihat jengkel melihat Akbar dan Reva mesra, lain halnya Hayati yang sedari tadi sibuk memperhatikan handphonenya. Beberapa menit kemudian, mereka sampai ditujuan. Mereka berlima turun dan menunggu teman-teman yang lain dari belakang, setelah semuanya berkumpul, mereka lanjut mendirikan tenda. Hayati dan ke dua sahabatnya memilih untuk tetap bersama, sedangkan Reva bersama teman sekelas lainnya. Mereka semua saling bahu membahu untuk mendirikan tenda, di samping tenda Hayati terlihat pria asing yang sedari tadi memperhatikannya. Hayati dan ke dua sahabatnya kerepotan untuk membuat tenda itu berdiri.

"Aku menyerah," kata Sofia.

"Aku juga," imbuh Marwah.

"Ayo, dong! Semangat!" ucap Hayati.

"Capek, Hayati. Aku pasrahkan saja kepadamu," ucap Sofia.

"Kalian tidak kasihan aku sendiri rempong, ayolah! Bantu aku." ucap Hayati dengan wajah memelas.

"Ayo! Aku bantu," kata Marwah. Akhirnya mereka berdua saling berjuang mendirikan tenda, sedangkan Sofia duduk bersila memakan camilan yang dibawanya. Tanpa Hayati sadari, pria asing yang di samping tendanya tadi masih terus memperhatikannya. Tubuhnya yang kekar, wajah tampan dan tinggi. Pria asing itu diam-diam melihat ke arah Hayati, pria asing yang juga akan bermalam di Bromo.

"Lihat! Reva saja dibantu Akbar, lah kita bertiga malah gak ada yang peduli!" celetuk Sofia.

"Kamu dari tadi kelihatan kesal, kenapa sih!?" tanya Hayati.

"Siapa yang gak kesal, lihat mereka berdua!" ucap Sofia.

"Harap dimaklumi, Sofia cemburu," ucap Marwah.

"Oh! Jadi itu alasannya," kata Hayati.

"Kalau aku sendiri sih! Mending cari cowok lain saja yang lebih peduli," ucap Marwah.

"Daripada memikirkan orang yang jelas-jelas mengabaikan," imbuhnya.

"Benar juga sih! Tapi mau gimana lagi! Lagian aku heran sama Akbar, kenapa gak kita-kita saja yang ditawari bantuan," kata Sofia.

"Dari pada menghayal, mending tolongin kita!" ucap Hayati. Sofia hanya terdiam saja tanpa menjawab, dia semakin cepat mengunyah camilannya. Dua puluh menit sudah berlalu, namun tenda mereka belum juga selesai, sedangkan yang lain sudah siap digunakan. Akbar memperhatikan mereka bertiga, namun dia acuh tak acuh. Setelah menit ke dua puluh satu, pria asing mendekati tenda mereka.

"Apa perlu bantuan?" tanya pria asing yang tidak diketahui namanya itu.

"Boleh, dengan senang hati," jawab Marwah. Hayati yang berdiri di samping kanan Marwah mencubit lengan Marwah.

"Auuu.. Kenapa mencubit sih!" Teriak Marwah. Hayati memberi kode agar Marwah diam, pria itu hanya tersenyum tanpa berkata-kata.

"Memang gak merepotkan?" tanya Hayati.

"Tidak, justru aku senang jika bisa membantu kalian," ucap pria yang berkulit putih itu.

"Boleh, kalau begitu." kata Hayati, kemudian dia duduk berdekatan dengan Sofia. Sedangkan Marwah juga ikut duduk sembari menatap pria itu.

"Coba saja, setiap pria seperti dia," kata Marwah.

"Memang, dia siapa?" tanya Sofia.

"Tidak tahu, yang jelas orang baik. Tidak seperti cowok idaman mu Akbar yang cuek dan sombong," jawab Hayati.

"Benar, jadi cowok itu harus seperti pria itu. Punya rasa toleransi yang tinggi meski tidak saling kenal," ucap Marwah.

"Belum kenal saja, kalian sudah terbawa perasaan. Paling juga dianya modus," ucap Sofia.

"Jangan su'udzon, siapa tahu memang dia orang baik," kata Hayati. Ketika mereka asik mengobrol dengan suara pelan, pria itu sudah selesai mendirikan tenda mereka.

"Sudah selesai." Kata pria itu menghampiri mereka.

"Terimakasih, Kak." Ucap Marwah tersenyum.

"Iya, nanti semisal ada yang bisa dibantu. Tinggal panggil aku saja, namaku Brian." Pria itu memperkenalkan diri.

"Aku Marwah," kata Marwah.

"Kalau kamu?" tanya Brian melihat ke arah Hayati.

"Aku Hayati, Kak. Aku sahabat Marwah dan Sofia, ini Sofia," kata Hayati menunjuk Sofia.

"Salam kenal," kata Brian.

"Iya, Kak. Oh ya! Kaka dari sekolah mana?" tanya Marwah penasaran.

"Aku sudah lulus tahun kemarin," jawab Brian.

"Jadi ke sini bukan acara dari sekolah?" tanya Marwah dengan polosnya.

"Bukan, hanya liburan saja bersama teman-teman," jawab Brian.

"Kalau begitu, aku pamit ke tenda dulu, ya." Imbuhnya.

"Iya, Kak. Sekali lagi, terimakasih." kata Marwah.

Brian pun berlalu menuju ke tenda yang berjarak satu meter di tempat mereka. Mereka pun segera beres-beres tempat mereka dan segera membawa masuk ke dalam tenda barang bawaannya.

"Untung ada kak Brian, jadi cepat selesai," kata Marwah.

"Kamu ini tidak berubah, malu-maluin saja," kata Sofia.

"Memang aku malu-maluin? Dari segi mana?"

"Dari segitiga biru," kata Sofia. Mendengar percakapan sahabatnya, Hayati tertawa. Marwah yang polos memang terkadang malu-maluin, apalagi ketika bertemu dengan cowok yang wajahnya tampan. Namun dengan adanya mereka, Hayati sedikit terhibur dan bisa tertawa lepas. Hayati dan sahabat-sahabatnya mulai merebahkan badannya, mereka semua capek dan butuh istirahat. Waktu sudah siang, namun hawa di Bromo tidak terlalu panas. Angin sepoi-sepoi hadir saat matahari sedang tidak bersahabat.

"Aku kebelet nih!" kata Sofia.

"Ke kamar mandi sana!" kata Marwah ketus.

"Iya, tapi di mana?" tanya Sofia.

"Tidak tahu, tanya Akbar mu sana!" jawab Marwah.

"Kamu ya! Lama-lama bikin jengkel saja," kata Sofia.

"Sudah, tidak usah bertengkar. Biar aku antar," kata Hayati.

"Terus aku di sini sama siapa?" tanya Marwah.

"Kalau kamu takut sendiri di sini. Ayok! Ikutan!" kata Sofia.

Mendengar perkataan Sofia, akhirnya Marwah juga ikut. Mereka berjalan mencari kamar mandi yang jaraknya lumayan jauh, meski tempat tenda mereka dekat dengan hotel. Mereka tidak bisa masuk ke toilet hotel, meskipun bisa, mereka pasti malu. Terpaksa mereka berjalan sembari berkeliling, untuk buang air kecil di semak-semak juga tidak mungkin. Dengan langkah cepat mereka menuju ke toilet umum, di jalan mereka berbincang-bincang sambil mengobrol. Mereka juga sering berhenti istirahat, untuk menghilangkan lelah di kaki.

"Mau ke mana, Dik?" tanya Brian mengendarai sepeda motor pinjaman.

"Mau ke toilet, Kak." jawab Marwah.

"Aneh! Perasaan tadi dia masih di tenda, apa jangan-jangan dia mengikuti kita?" Bisik Sofia di telinga Hayati.

"Sudah, jangan berprasangka buruk dulu. Siapa tahu dia juga ingin keliling-keliling," jawab Hayati.

"Kalau tidak keberatan, ayok aku bonceng," kata Brian.

Mereka bertiga berpikir sejenak sebelum akhirnya Sofia berbisik kembali,

"Memang muat ya? Bonceng kita bertiga?"

"Sepertinya tidak," jawab Hayati.

"Gini saja, biar Sofia di bonceng. Yang ingin ke toilet Sofia," jawab Marwah.

"Iya, Benar." kata Hayati.

"Enak saja! Enggak ah!" kata Sofia.

"Gini saja deh! Aku sama Marwah pinjam sepedanya, Hayati sama kamu biar di sini, sebagai jaminan," imbuh Sofia.

"Kamu kok kejam!" kata Hayati berbisik ke Sofia.

"Tidak apalah, dia kan katamu orang baik. Jadi demi aku ya, please!" kata Sofia memohon. Hayati melihat sahabatnya tidak tega, akhirnya Hayati mengiyakan. Dengan cepat Sofia menaiki sepeda motor itu dan Marwah juga duduk manis di jok belakang.

"Terimakasih, sudah membantu sahabatku," kata Hayati.

"Iya, sama-sama."

Brian dan Hayati kembali terdiam, karena suasana semakin sepi dan pasir juga sudah mulai berhembus oleh angin. Hayati basa basi dengannya.

"Kakak dapat sepeda motor dari mana?"

"Pinjam ke penduduk desa tadi," jawab Brian.

"Memang boleh, Kak?"

"Boleh, asal aku yang pinjam," kata Brian.

"Kok bisa begitu?" tanya Hayati lagi.

"Iya, kebetulan aku punya saudara daerah sini. Jadi penduduk desa mengenalku."

"Oh! Jadi kakak liburannya sambil ke rumah saudara, ya! Kalau kata pepatah sambil menyelam minum air," kata Hayati.

"Kamu bisa saja," kata Brian.

"Kamu ke sini untuk liburan?" tanya Brian.

"Iya, Kak. Liburan karena baru selesai ujian," jawab Hayati.

"Jadi semua tenda yang berjejer rapi dengan tenda mu itu punya teman-teman kelas mu?"

"Iya, Kak. Ada guru-guru juga," jawab Hayati.

"Kalau kakak, sama siapa saja?"

"Aku cuma berlima sama teman-teman, tidak niat ke sini nya. Cuma teman-temanku itu penasaran, padahal Bromo ya begini saja," jawab Brian.

"Kalau menurutku Bromo itu bagus, Kak. Mungkin karena kakak sudah sering ke sini, jadi terlihat biasa," ucap Hayati.

"Bisa jadi seperti itu," jawab Brian.

"Memang kamu tidak pernah ke sini?" tanya Brian.

"Baru pertama kali, Kak." Jawab Hayati.

Setelah jawaban terakhir Hayati, mereka saling berdiam diri. Tidak ada yang melanjutkan obrolan, dipikiran Hayati gelisah, menunggu sahabat-sahabatnya belum juga datang.

'Sepertinya mereka sengaja meninggalkan aku di sini.' gumam Hayati.

"Kamu kenapa?" tanya Brian.

"Tidak apa-apa, Kak. Memang kenapa?" tanya Hayati.

"Sepertinya kamu risau? Apa kamu juga ingin ke toilet?" tanya Brian.

"Tidak, Kak." Jawab Hayati singkat. Hayati memang tidak bisa menyembunyikan perasaannya ketika dia marah, kecewa, gelisah bahkan di saat dirinya terluka. Hayati hanya bisa memainkan handphonenya kembali agar kegelisahannya hilang, dia bermain game kesukaannya. Tidak lama kemudian, akhirnya Marwah dan Sofia datang.

"Terimakasih," kata Sofia.

"Iya, sama-sama."

"Maaf ya, Kak. Lama," ujar Marwah.

"Tidak masalah, asal jangan dibawa kabur saja," kata Brian. Lantas Marwah tersenyum tersipu. Brian akhirnya meninggalkan mereka bertiga, sedangkan mereka bertiga melanjutkan berjalan kaki menuju tenda.

"Lama sekali?" tanya Hayati.

"Maaf," jawab Sofia dan Marwah bersamaan.

"Antri?" tanya Hayati.

"Lumayan," jawab Sofia.

"Kalau begitu kita lanjutkan perjalanan, aku sudah capek ingin istirahat." kata Hayati.

Akhirnya mereka bertiga melanjutkan langkah kakinya ke tenda, sebelum sore datang.