Chapter 16 - Chapter 15 - Kebenaran

Aku masih bisa mengingatnya, hal yang membawa ku ke tempat ini. Di dalam ruangan gelap yang hanya ada suara musik dari luar dengan diiringi suara sorak gembira semua murid SMA Hashigai yang bersenang-senang saat ini.

Ya… Aku masih bisa mengingatnya, kesalahan yang telah membawaku ke tempat ini.

Pada malam hari itu, Rena mengetahui bahwa Arata-senpai tahu kalau kami berdua adalah saudara kembar.

Pada saat itu Rena benar-benar marah besar kepadaku karena membocorkan rahasia terbesar kami berdua kepadanya.

Aku yang tahu bahwa aku melakukan kesalahan besar ini hanya bisa menerima kemarahan darinya.

Toh, aku juga yang salah karena mudah terpedayai oleh sutradara itu.

Jika saja aku tidak sebodoh yang waktu itu mungkin rahasia kami masih terjaga dan tertutup rapat darinya.

Mungkin mengatakan kalau aku merupakan saudara kembar Rena kepada Arata-senpai adalah kesalahan besar.

Tapi jika aku tidak berterima kasih dengan mengatakannya itu sama saja mencoreng nama baik keluarga Kashiwagi.

Dan aku tidak mau sampai hal itu terjadi.

Lagipula, dari kejadian itu aku dan Arata-senpai bisa menjadi sedekat ini merupakan hal yang sama sekali tidak pernah kupikirkan akan terjadi.

Sungguh luar biasa.

" Oi-apa kau mendengarkanku!? Kenapa kau itu selalu menyebabkan masalah untukku?. "

" Ma-maafkan aku Rena, tapi aku tidak bisa berkata 'tidak' pada waktu itu. "

" Tsk, lupakan saja. Toh dia sudah berjanji kepada mu kalau dia tidak akan membocorkan rahasia kita berdua. "

" Apa benar-benar tidak akan jadi masalah?. "

" Tidak akan, lagi pula kita membicarakan Katsuragi-senpai, dia tidak akan pernah mengingkari janjinya itu. "

Rupanya, Rena juga sangat percaya kepada Arata-senpai. Aku jadi sedikit lega setelah mengetahui hal itu.

Namun tetap saja- Kita saat ini membicarakan Arata-senpai loh. Seorang kakak kelas pendiam sepertinya itu mengetahui rahasia besar kami berdua, bukankah patut untuk diwaspadai?.

Saat aku memikirkan apa yang akan terjadi untuk kedepannya nanti, Rena pun mulai bicara kembali.

" Kau bilang… kau sedikit dekat dengan Katsuragi-senpai bukan?. "

" I-iya… "

" Begitu ya… maa… tidak ada salahnya memanfaatkan hal itu. "

" Apa maksud mu Rena?. "

" Karena ini kesalahan yang kau buat, kau harus melakukan apapun yang aku minta di kamp musim panas ini, apa boleh?. "

Aku menatap mata Rena, meskipun suaranya seperti orang yang sedang meminta dengan cara yang baik, tapi aku sama sekali tidak melihat hal itu darinya.

Permintaan nya itu seperti paksaan bagiku. Jika aku menjawab tidak mungkin suatu hal yang buruk akan terjadi dan membuat kami berdua berada dalam masalah.

Dan aku tidak ingin sampai hal itu terjadi.

Kalau begitu… apa boleh buat, aku tidak punya pilihan lain lagi.

" Tentu… kau boleh meminta apapun itu Rena, asalkan aku sanggup melakukannya. "

" Bagus! Aku sangat senang mendengarnya. "

Seketika itu aku langsung terkejut setelah melihat raut wajahnya yang berubah menjadi bahagia itu.

Baru pertama kali ini aku melihat wajah Rena yang tersenyum lebar itu dengan rona merah di pipinya.

Melihat hal itu aku jadi ikut bahagia juga, karena ini kali pertamanya... disaat Rena meminta bantuan kepadaku dia tersenyum bahagia seperti sekarang ini.

" Rena- apa kau menyukai Ara- maksudku Katsuragi-senpai?. " Tanyaku yang secara tiba-tiba memotong rasa kebahagiaan nya saat ini.

" Iya! Tentu! Aku benar-benar menyukai Katsuragi-senpai!. "

" Begitu ya… "

Tanpa ada keraguan serta rasa malu sedikitpun, Rena... dia mampu mengatakan hal itu langsung kepadaku.

Aku hanya bisa melepas senyumanku ke arahnya setelah mendengar jawaban dari Rena.

Jadi- selama ini tebakanku tentang Rena benar-benar tepat ya, dia juga menyukai orang yang sama dengan ku.

Katsuragi-senpai, mau berapa banyak perempuan yang ingin kau ambil hatinya dengan kebaikan mu itu.

Kesampingkan Kuruna-senpai yang telah menjadi kekasihnya, Arata-senpai itu seperti orang yang seolah-olah dia tidak memiliki seorang kekasih.

Dia seperti laki-laki pujaan hati kami, tipe laki-laki yang kami mau. Bagaimana ya bilang nya… dia itu adalah laki-laki yang sempurna.

Tapi… jika aku mengatakan hal itu kepada Arata-senpai, dia pasti tidak akan suka. Terlebih lagi Arata-senpai seperti tidak ingin terlalu disorot oleh banyak orang.

" Bagaimana… kalau kau mendekati Katsuragi-senpai besok pagi. " Ucapku yang tiba-tiba.

" Eh?. "

Rena langsung diam dan memandang ku dengan wajah yang penuh tanda tanya serta terkejut nya itu.

Menyadari hal itu, aku langsung menjelaskannya maksud dari perkataan ku tadi.

Mungkin lebih baik aku yang mundur sekarang, meskipun aku maju sekarang aku tidak akan pernah menang karena Arata-senpai sudah mempunyai Kuruna-senpai.

Rena tidak tahu kalau Arata-senpai sudah mempunyai seorang kekasih, jika aku memberitahunya mungkin perasaannya akan hancur sekarang.

Lebih baik aku diam soal yang satu ini dan membiarkan Rena sendiri yang mengetahui kebenarannya.

Sama seperti diriku.

Lalu, keesokan harinya, kami pun menjalankan rencana yang telah kami buat semalaman. Tidak adanya Natsumi-senpai membuat pembicaraan kami berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan sedikitpun.

Aku tahu ini adalah perbuatan yang salah, tapi jika itu untuk adikku, maka aku akan melakukan apapun agar dia bisa tersenyum seperti kemarin malam.

Sesuai yang dikatakan Rena semalam, agenda kamp musim panas kami pada pagi hari ini adalah olahraga bersama di halaman depan penginapan.

Semua murid berkumpul dan mengikuti gerakan dari guru olahraga kami yang tampak lihai itu. Mungkin karena terlalu bersemangat, irama dari ritme gerakannya jadi berantakan.

Ngomong-ngomong soal berolahraga di halaman depan penginapan, saat ini aku telah menyamar menjadi adikku Rena. Menjadi orang lain pada hari kedua di kamp musim panas ini sangat membuatku tidak nyaman.

Aku jadi takut menggagalkan rencana yang telah kami buat kemarin.

Tidak Rina, kau harus tetap tenang. Pertama-tama mari kita ikuti arusnya terlebih dahulu dan selanjutnya amati sekitar lalu membaur di dalamnya.

Selama ini aku sudah menjadi Rena dalam waktu yang cukup lama, jadi aku tahu bagaimana Rena menunjukkan dirinya di depan teman-temannya.

Disaat aku sedang memikirkan hal itu dengan mengikuti gerakan senam sensei, tiba-tiba dari arah belakang aku dikejutkan oleh suara panggilan seorang perempuan.

Melihat kebelakang, aku mendapati dua murid perempuan yang tangannya bergerak seperti sedang memanggilku untuk pergi mendekati mereka.

Aku pun bergegas menuju ke kedua murid itu, tanpa takut akan dimarahi oleh sensei yang mana saat ini aku meninggalkan tempat ku.

" Rena… syukurlah kami menemukan mu, kau bilang kemarin kita akan berangkat bersama kemari, tapi disaat kami di tempat yang dijanjikan kau malah tidak ada. Dan lihat? Apa yang dikatakan Miyu itu memang benar bahwa kau sekarang ada disini. "

" Lihat bukan? Apa aku pernah salah?. " Ucap perempuan yang bernama Miyu yang berdiri disampingnya.

" Cih~ baik-baik, aku ingat taruhan kita tadi. "

" Hm? Kalian sampai bertaruh? Bukankah itu terlalu berlebihan?. " Ucapku yang sedikit terkejut mendengar itu.

" Tidak-tidak, ini tidak berlebihan… lagi pula, aku punya masalah pribadi dengan Miyu. "

" Heh~ baru sekarang kau mengatakannya ya, Usui-san… "

Entah kenapa aku merasakan sebuah hawa persaingan yang cukup hebat dari kedua teman Rena ini. Aku harap itu bukanlah hal yang akan menjerumuskan mereka ke dalam masalah yang serius nantinya.

Aku hanya bisa tertawa pelan saat melihat persaingan mereka itu, dan untuk mencairkan suasana lebih baik aku mengubah topik pembicaraan saat ini.

" Jadi, setelah ini apa yang akan kalian lakukan?. " Tanyaku untuk memecah suasana yang cukup berat dari kedua teman Rena ini.

Mereka berdua yang mendengar pertanyaan ku ini langsung memandang ke arahku dengan memiringkan kepalanya sedikit. Dan akhirnya Usui-san pun yang menjawabnya terlebih dahulu.

" Hmm… mungkin aku akan menata rambutku lagi, lihat? Bukankah mereka nampak buruk?. " Ucap Usui-san yang merapikan rambut coklatnya yang panjang sebahu itu.

" Heh~ begitu ya, mungkin kau juga harus mencoba sampo terbaru yang baru kubeli itu. " Ucap Miyu-san yang memberi tawaran saat melihat tangan Usui-san sedang merapikan rambutnya.

" Apa benar samponya bagus?. "

" Tentu, aku yakin kau pasti akan langsung membelinya. "

Nampaknya aku berhasil membuat mereka berdua melupakan pertengkaran kecil tadi. Syukurlah kalau begitu.

" Ngomong-ngomong soal rambut, Sepertinya penampilanmu hari ini nampak berbeda Rena. " Ucap Miyu-san yang melihat ke arah ku.

" Eh? Apa benar?. "

" Ya, rasanya… kau nampak seperti orang yang berbeda, begitulah… "

" Hmm… Miyu benar, apa kau memakai alat kecantikan yang berbeda hari ini?." Kali ini Usui-san yang bertanya.

" Ahaha… etto… mungkin karena aku sedikit kecapean, jadinya aku sedikit tidak enak badan hari ini. "

" Kesehatan memang mempengaruhi kecantikan tubuh ya, aku akan mengingat hal ini. " Usui-san mengatakannya dengan menganggukkan kepala seperti ucapannya itu adalah hal yang benar.

" Usui… yang dipikiran mu itu hanya ada itu saja? apa tidak ada hal lain lagi di otak mu selain hal itu?. " Ucap Miyu-san kesal.

Mereka berdua… cukup unik mungkin. Meskipun mereka tidak sepemikiran tapi mereka tetap menjadi teman baik, apa mungkin karena mereka sudah kenal lama ya.

Yang ku ketahui tentang mereka berdua dalam sudut pandangku adalah… pertama.

Usui Isuzu, dia sangat kenal dengan dunia artis, Rena bilang bahwa dia adalah adiknya seniornya yang ada di industri perfilman yang sama dengannya pada waktu Rena masih berperan aktif di sinema pagi.

Tapi sayangnya aku tidak kenal dengan senpai yang dibicarakan oleh Rena ini.

Lalu Miyu Makabe, dia adalah murid yang mencolok di kelas ku, dan dia sangat pandai mencairkan suasana. Pada waktu itu kalau tidak salah saat terjadi sebuah masalah dikelas, dia sendiri yang memecahkan masalah tersebut dan pada akhirnya yang bersangkutan saling meminta maaf atas segala sesuatu yang telah terjadi.

Dia memang orang yang memiliki aura kepemimpinan yang sangat besar, bahkan ketua kelas sering meminta saran kepada Miyu-san.

Aku mungkin harus belajar dari Miyu-san, tapi masalahnya aku tidak pernah mengajaknya mengobrol.

Jika aku melakukan hal yang aneh seperti menanyakan bagaimana cara agar bisa menjadi seperti dirinya kepadanya disaat aku menjadi Rena, mungkin Rena akan marah kepadaku.

Setidaknya untuk saat ini aku urungkan niatan untuk menanyakannya.

Setelah acara senam selesai, sebelum pergi dari halaman penginapan, aku melirik ke arah Arata-senpai untuk memastikan keadaan nya.

Tapi sayangnya aku tidak melihat Rena berada didekatnya.

Mungkin dia sudah kembali ke kamar, aku juga harus kembali, untuk bersiap ke rencana selanjutnya

Meskipun aku berkata seperti itu, sayangnya aku masih belum tahu apa yang ingin Rena lakukan setelah ini.

Menemui Rena adalah rencana terbaik yang kupunya saat ini.

Untuk berjaga-jaga aku juga harus mempersiapkan diriku jika ada peran lagi untukku nanti.

" Rena… kami mau sarapan bersama, apa kau mau ikut?. " Tanya Miyu.

" Maaf teman - teman, mungkin lain kali ya aku ikut. "

" Eh~ kenapa tidak bisa? Kali ini ada Ikki-kun loh~. " Rengek Usui.

" Lagi? Apa di otak mu itu hanya ada laki - laki dan peralatan kosmetik saja? Jika sampai Ikki-kun itu datang aku akan mengusirnya jika dia berani duduk dengan kita, ayo kita pergi sarapan, dah Rena.. " Kata Miyu dengan menggeret Usui.

Meskipun jarak kami bertiga sedikit jauh, aku masih bisa mendengar rengekannya Usui dari sini.

*kenapa kau selalu seperti ini Miyu* begitulah.

Mereka berdua memang teman Rena yang tidak hanya memandang status sosialnya saja, tetapi juga mereka memiliki niatan tulus untuk berteman dengannya.

Sebagai kakaknya, aku hanya bisa berucap terima kasih kepada kalian.

Baiklah saat ini aku harus menemui Rena, mungkin dia sedang menunggu ku di kamar, sebelum Natsumi-senpai datang, aku harus menemui Rena.

Saat aku berjalan menyusuri koridor penginapan, aku pun melihat Rena sedang menungguku di depan pintu masuk kamar kami.

Dan saat dia menyadari keberadaan ku dia pun masuk dengan tangannya yang seperti sedang memanggilku. Aku pun bergegas untuk masuk ke kamar dan ingin tahu bagaimana langkah selanjutnya untuk menaklukkan Arata-senpai.

" Malam ini akan ada uji nyali, pihak OSIS lah yang akan menyelenggarakan kegiatan tersebut. "

" Eh? Bagaimana kau tahu Rena? Bukankah di dalam daftar kegiatan kamp musim panas tidak ada. " Kataku terkejut.

" Inilah untungnya memiliki orang dalam, baiklah akan aku beritahu bagaimana rencana kita malam ini, nanti pada saat uji nyali kita akan berpasangan, lalu aku akan berpura - pura hilang di acara tersebut. "

Hah? Tunggu, apa maksud Rena? Berpura-pura hilang? Tapi bagaimana kalau Rena benar-benar hilang? Ini tidak boleh sampai terjadi, resikonya terlalu tinggi.

" Tunggu Rena... Aku ingin memastikan rencana mu itu dulu, pertama bagaimana cara agar kita berpasangan? Bukankah pemilihan pasangan selalu dilakukan dengan acak? Lalu kedua bagaimana cara agar meyakinkan mereka kalau kau menghilang di tengah acara?. " Tanyaku dengan memiliki rasa khawatir yang begitu besar kepadanya.

" Itu mudah, aku akan meminta pihak OSIS agar kita bisa berpasangan. "

Be-begitu ya, yah... Apapun bisa dilakukan Rena saat ini.

Dan aku harap dia tidak akan terlalu merepotkan anggota OSIS lainnya.

" Dan untuk memastikan aku benar-benar hilang, aku ingin kau melakukan sesuatu, dan lagi pula ini memang tugasmu untuk meyakinkan mereka. "

" Tugasku?. "

" Ya... Soalnya aku akan menjadi kau, yang berarti, orang yang hilang adalah aku sebagai Rina. "

Aku tidak terlalu terkejut saat dia menyatakan dirinya kalau dia akan berpura-pura menjadi diriku pada saat hilang nanti.

Bila dipikir lagi, jika Rena yang menghilang di acara uji nyali nanti malam.

Mungkin akan terjadi kekacauan yang cukup besar.

Mengingat kalau Rena merupakan publik figur, tentunya itu akan menurunkan citra sekolah SMA Hashigai terutama anggota OSIS-nya.

Tetapi tetap saja, meskipun aku sudah mendengar pernyataannya itu aku khawatir dengan rencana yang dibuat oleh Rena ini.

Bagaimana kalau tidak berjalan dengan baik? Bukankah itu terlalu berbahaya untuknya?.

Aku tidak mau sampai hal itu terjadi, aku harus melakukan sesuatu.

" Rena, ini terlalu berbahaya untuk dilakukan. Mungkin Kita bisa memikirkan rencana yang lain daripada rencana yang tidak Kita ketahui berhasil atau tidaknya ini "

" Apa? Apa kau ingin bilang kalau rencana yang kubuat ini tidak akan berjalan sesuai yang kuharapkan begitu?. "

Ah... Aku lupa, kalau dia sangat keras kepala.

Dari dulu, apa yang diinginkannya itu harus terwujud. Tidak peduli apapun itu, dia harus mendapatkan apa yang dia inginkan itu.

" Aku tidak butuh saran dari mu atau apalah itu, disini aku adalah bosnya, kau hanya harus mengikuti apa yang kukatakan. "

" Baik. " Jawabku pasrah.

" Dan dengar ini... jika sampai rencana ini gagal maka kau yang akan aku salahkan, bukankah sebagai pelayan harusnya seperti itu?. "

Dan juga, Aku lupa… disini, bagi Rena aku hanyalah pelayannya saja, tidak lebih dari itu.

Seharusnya aku mengerti dimana saat ini posisiku berada, aku hanya harus melakukan apa yang dia suruh kan?.

Kalau begitu aku akan melakukannya demi Rena, aku tidak butuh apa - apa saat ini, yang paling terpenting bagiku adalah kebahagiaannya.

" Baiklah, kalau begitu… " Dia pun mengubah penampilan rambutnya, yang tadinya lurus terurai menjadi kuncir dua.

" Nanti jam 5 sore kita akan bertukar peran, jangan sampai ketahuan siapapun, ingat itu. "

" Baik. " Jawabku dengan menundukkan kepala.

Lalu, disaat Rena keluar dari kamar dengan suara pintu yang tertutup terdengar di kedua telinga ku.

Entah kenapa pikiran ku mengatakan bahwa ini adalah langkah yang salah bagi Rena. Tapi apa yang akan menjadi penyebab Rena gagal? Aku… tidak tahu.

Malam pun tiba, akhirnya rencana Rena akan dimulai, namun sebelum itu terjadi, sepertinya Arata-senpai sedang tidak ada disini. Buktinya saat ini Takagawa-senpai sedang mencarinya. Dia pun bertanya tentang Arata-senpai kepada kami semua dan hasilnya tidak ada yang tahu keberadaan Arata-senpai. Dan sepertinya Takagawa-senpai sangat mengkhawatirkan Arata-senpai.

Selang beberapa menit kemudian seorang guru perempuan menghampiri kami berempat, dia adalah guru BK yang waktu itu. Kalau tidak salah namanya adalah Mito-sensei.

Dia tidak pernah memberitahu ku soal nama belakangnya, tapi ya itu bukan masalah besar kan? Asalkan aku dapat memanggil nya dengan benar itu sudah cukup bagiku.

Kemudian, dia memberitahu kami bahwa Arata-senpai saat ini sedang membantu nya membersihkan ruang perpustakaan penginapan, dia bilang dia butuh banyak orang untuk membersihkan perpustakaan tersebut.

Mendengar hal itu kami akhirnya bisa mengambil napas lega. Awalnya Kami kira terjadi sesuatu kepada Arata-senpai karena dari tadi kami tidak melihat dia dimana pun.

" Dia memang seperti itu, lebih memilih hal yang mudah untuk dilakukan dari pada mengikuti acara yang merepotkan seperti ini bukan?. " Ucap Natsumi-senpai.

" Ya, itu benar... Aku tadi sempat mencemaskannya tapi setelah mengetahui itu aku jadi sedikit lega. " Sahut Takagawa-senpai.

Aku hanya bisa mengangguk saja, sedangkan Rena memasang muka kesalnya.

Mungkin karena tidak ada keberadaan dari Arata-senpai membuat dia sedikit ragu untuk menjalankan rencananya ini.

Jika memang dia menyerah untuk melakukan nya maka aku akan sangat senang Bila mendengarnya, namun jika membicarakan adik ku Rena... Maka...

Dia tetap akan melakukan nya karena dia merupakan adikku yang keras kepala.

Setelah hasil pemilihan kelompok selesai sesuai dengan perkataan Rena kemarin, kami berdua satu kelompok.

Dan hal itu tidak ada yang mencurigainya bagaimana kami berdua bisa satu kelompok. Bahkan tidak ada yang menentangnya sekaligus.

Mungkin pilihan Rena untuk menjadikan ku sebagai teman satu kelompok dalam uji nyali adalah keputusan yang tepat.

Karena kutahu, jika ada laki-laki yang menjadi satu kelompok dengannya, aku tidak tahu apa yang akan terjadi kepadanya setelah acara ini usai.

Rena mempunyai klub penggemar disini, jadi tidak mungkin laki-laki itu selamat dari mereka semua.

Setelah menunggu lama, akhirnya giliran kami pun tiba.

Aku saat ini masih belum cukup setuju dengan rencana hilangnya Rena, tapi yang jelas aku hanya bisa percaya kepadanya saat ini bahwa dia pasti bisa berhasil.

Dan untuk itu, aku mohon Arata-senpai…

Aku mohon kepadamu untuk datang pada saat kejadian itu tiba.

Kami pun memasuki hutan tempat uji nyali berlangsung.

Meskipun kami sedang mengikuti acara uji nyali ini, entah kenapa terasa... Sedikit berbeda dari apa yang aku pikirkan.

Bukannya kami yang menjerit histeris karena ketakutan, malah mereka yang sedang berperan menjadi hantulah yang terkejut histeris saat melihat adikku Rena yang sedang melintas di jalan uji nyali ini.

Tidak terlihat sedikitpun Rena terganggu dengan keberadaan mereka yang saat ini sedang menatapnya.

Adikku ini jika dia memang sedang serius ingin mendapatkan sesuatu dia benar-benar melakukan nya dengan sunggu-sungguh.

Dibandingkan aku, dia jauh lebih baik dari ku.

Aku yakin, Rena pasti mempunyai kesempatan untuk mendapatkan Arata-senpai.

Meskipun aku tahu, kalau dia melakukan suatu hal yang buruk seperti merebut kekasih orang, tapi entah kenapa aku sangat mendukungnya.

Ya, mungkin ini adalah sifat kakak yang mengalah pada adiknya.

Atau hanya keinginanku agar bisa lebih mudah mendapatkan apa yang kuinginkan.

Entahlah, aku juga tidak mengerti perasaan apa yang kupunya saat ini.

Setelah kami berdua berjalan sesuai rute yang ada, akhirnya Rena pun berhenti melangkah disaat pertengahan jalan.

Aku yang mengerti apa maksudnya itu langsung melepas kacamataku dan memberikannya kepada Rena.

Begitu juga dengan Rena, dia melepas tali ikatan rambutnya dan memberikannya kepadaku.

Karena di awal aku menguraikan rambutku, jadi pasti orang-orang yakin bahwa yang hilang itu adalah aku.

" Aku harap kau bisa dipercaya... " Ucap Rena dengan memakai kacamataku pemberianku.

" Tenang saja, aku pasti bisa melakukan nya. " Ucapku dengan memakai tali rambut pemberiannya.

Dan dengan ini, rencana hilangnya Yohiko Rina, telah dimulai.

Aku pun berpura-pura lari dengan wajah yang penuh dengan ketakutan untuk menambah kesan hilangnya Rena yang saat ini menjadi diriku.

Sedangkan Rena adikku, dia sudah berjalan ke jalan entah kemana arahnya.

Aku melakukan ini karena aku percaya bahwa Arata-senpai akan mencari Rena dan menyukseskan rencana kami berdua.

Disaat aku berlari, aku pun melihat pos yang berjaga.

Disana terlihat ada beberapa murid yang berdiri dengan membawa kertas berisikan tantangan uji nyali.

Namun disaat mereka melihatku sedang berlari tanpa pasanganku, mereka pun terkejut dan menyambutku dengan wajah yang dipenuhi kekhawatirannya.

Berhasil, itulah yang kukatakan dalam hati saat berhasil mengelabui mereka.

" Ada apa Kashiwagi-san, kenapa kau terlihat ketakutan begitu?. "

" To-tolong! Rina... Pelayanku... Dia... "

Mereka pun terkejut disaat aku menceritakan semua yang terjadi kepada mereka.

Tentunya aku menceritakan kebohongan agar bisa meyakinkan kalau Rina... Adikku benar-benar hilang saat ini.

Wajah mereka juga berubah menjadi panik, karena aku tahu jika Dewan guru tahu kalau terjadi masalah, maka OSIS lah yang harus bertanggung jawab.

Dan tentunya orang yang menyetujui penggelaran acara uji nyali ini akan terkena imbasnya terlebih dahulu.

Oleh karena itu, wajah panik mereka itu tidaklah dibuat-buat.

" Ini gawat, Kita harus memberitahu wakil ketua. "

" Ya, itu benar. "

Bagus, aku benar-benar menjalankan nya tanpa ada kesalahan sedikitpun.

Rena, aku harap rencana mu berhasil. Ya... Aku benar-benar berharap apa yang kau inginkan itu... Bisa kau dapatkan.

***

Setelah mereka membawaku ke pos terakhir.

Mereka pun menghujani ku dengan beberapa pertanyaan, salah satunya adalah dimana terakhir kali aku dan Rena yang berpura-pura menjadi diriku terpisah.

Aku pun menjawab pertanyaan nya dengan apa yang kubisa saja.

Dan tentunya, mereka semua percaya kepadaku.

Aku sangat bersyukur bisa membohongi mereka dan tidak membuat mereka curiga kepadaku.

Salah dari mereka yang menghujani ku beberapa pertanyaan itu langsung bertanya kembali.

" Jadi, apakah kau benar-benar yakin kalau salah satu pemeran hantu itu menakuti mu?. "

" Ya, aku tidak berbohong, sebelum pos keempat, bukannya disana ada yang berjaga untuk menakut-nakuti?. " Ucapku dengan mantap, karena aku sudah tahu dimana saja pos yang ada di tempat uji nyali ini diselenggarakan.

" Ya, itu benar. Kalau memang begitu maka ini benar-benar menjadi masalah. "

Perwakilan OSIs ini adalah seorang laki-laki dengan rambut pendeknya berwarna biru tua dengan memakai kacamata itu sedang melihat beberapa lembar kertas yang dipegangnya.

Dan disaat dia sudah mengeceknya, dia pun langsung melihat ke teman laki-laki nya yang berada di sampingnya.

" Kita tidak bisa membantu. " Ucap murid berkacamata itu.

" Eh?. "

" Tu-tunggu dulu Taichi, kenapa kau berkata seperti itu?. " Tanya temannya yang ada disebelahnya.

Murid berkacamata itu yang bernama Taichi langsung menatapku kembali dan berkata.

" Bukannya aku tidak mau membantu, tapi jika kami terlibat maka OSIS akan terkena masalah. "

" Apa maksudnya?. " Tanyaku yang tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulutnya itu.

" Oi Taichi! Kenapa kau lebih mementingkan hal itu dari pada keselamatan orang lain!. "

" Ya! Apa ini yang namanya wakil ketua itu!? Jika ketua sampai mendengar hal ini dia pasti akan kecewa denganmu!. "

Satu persatu mereka yang berada di sekitar kami mengatakan ketidaksetujuan terhadap apa yang dikatakan oleh Taichi-san yang ternyata menjabat sebagai wakil ketua OSIS itu.

" Tolong dengarkan aku terlebih dahulu sebelum kalian salah paham kepadaku. "

" Jadi apa? Apa yang harus Kita semua lakukan untuk mencari Rina?. " Ucapku.

" Jika kami para anggota OSIS mencari kedalam hutan maka itu akan menarik perhatian murid yang lainnya, satu-satunya cara adalah melibatkan seora murid yang dapat dipercaya untuk menjaga rahasia ini agar tidak bocor dalam kamp musim panas tahun ini. "

" Lalu? Siapa? Jangan bilang kau akan memilihnya secara acak Taichi. "

" Tidak, aku tidak memilihnya secara acak. Karena orang-orang yang bisa dipercaya saat ini hanyalah kelompok Kashiwagi-san. "

" Eh? Apa maksudnya Taichi?. "

" Jika itu murid biasa, mereka tidak akan menimbulkan kecurigaan jika mereka berkeliaran didalam hutan. Orang-orang yang melihatnya mungkin akan berpikir bahwa mereka adalah pemeran hantu yang sedang melintas. "

" Oh, ide bagus Taichi. "

" Kalau begitu… Kashiwagi-san, dimana kelompok mu berada? Kouji-kun akan memberitahu mereka kalau Rina telah menghilang. "

" Ya, Mari Kita lakukan rencana itu Taichi-senpai. "

Tanpa perlu aku arahkan, mereka dengan sendirinya melibatkan kelompok ku dengan insiden yang dibuat-buat ini oleh kami berdua.

Ya, aku sebenarnya sangat lega mendengar hal ini.

Tapi... Tak kusangka wakil ketua OSIS mampu menyelesaikan masalah ini dengan baik.

Aku sungguh lega karena berhasil melakukan peranku ini.

Rena, selanjutnya adalah giliran mu.

Aku harap kau tidak melakukan tindakan yang ceroboh hanya karena kau mencintai Arata-senpai.

Beberapa menit telah berlalu, seseorang yang kami tunggu tiba dengan seorang laki-laki yang ku kenal dengan baik.

Ya, Rena saat ini kembali bersama Arata-senpai.

Aku bersyukur bahwa rencana kami berhasil.

Jika bukan Arata-senpai yang menemukan Rena, entah apa yang akan Rena coba lakukan setelah rencana nya gagal.

Tapi, itu mungkin tidak akan pernah terjadi.

Soalnya, Kita sedang membicarakan Arata-senpai.

Dia pasti akan menemukan seseorang yang ia pedulikan.

Tu-tunggu...

Wajahku tiba-tiba memerah saat memikirkan ucapanku barusan.

Jika seperti itu, maka Arata-senpai benar-benar peduli padaku bukan?.

Tidak-tidak, mu-mungkin hanya Kebetulan saja Arata-senpai menemukan Rena, ya itu benar.

Setelah Rena datang ke kerumunan para anggota OSIS, kulihat Arata-senpai langsung pergi menjauh tanpa mengatakan sepatah kata kepada para anggota OSIS.

Dia tidak melapor kan apa yang terjadi disaat dia sedang mencari Rena.

Mungkin Arata-senpai sedang kelelahan jadi dia langsung pergi setelah mengantar Rena kembali.

Aku pun mengucapkan terima kasih kepada Arata-senpai meskipun hanya terucap didalam hati ku saja.

Karena dia telah mau mengikuti permainan yang sengaja kami buat ini dan juga mau untuk direpotkan.

Aku pun ikut mengerubungi Rena dan lainnya untuk menambah kesan bahwa kejadian ini benar-benar terjadi tanpa rekayasa.

Benar-benar tidak bisa dimaafkan, kami berdua.

" Fuuuh… rencananya berhasil seperti yang kuharapkan. "

" Ya, aku sangat senang melihatnya, Rena. "

Saat ini kami berdua berada di dalam kamar penginapan.

Setelah selesai dengan insiden rekayasa uji nyali yang kami berdua buat, wakil ketua OSIS Taichi-senpai dan beserta anggota OSIS lainnya meminta maaf kepada kami karena telah memberikan kenangan yang tidak mengenakkan selama di kamp musim panas ini.

" Maafkan kami karena kecerobohan kami telah membuat pelayan mu Rina dalam bahaya, aku mewakili nama ketua OSIS dan beserta anggota lainnya mengucapkan minta maaf sedalam-dalamnya. "

Taichi-senpai beserta anggota lainnya menundukkan kepala meminta maaf kepada kami berdua.

Perasaanku saat melihat mereka dengan tulusnya meminta maaf kepada kami berdua membuat dadaku terasa sakit.

Kami yang memanfaatkan mereka semua untuk menjalankan rencana egois kami berdua, membuat diriku terasa seperti dilahap oleh rasa bersalah yang begitu dalam.

Tapi semua ini kulakukan demi Rena, dia yang merencanakan semua ini. Dan aku sebagai seorang kakak akan menanggung semuanya jika Rena berada dalam masalah karena hal ini.

Ya, apapun akan kulakukan demi Rena meskipun itu dapat menyakiti perasaanku sendiri.

Pada awalnya aku tidak tahu, perkataanku untuk membunuh perasaan ku sendiri itu benar-benar terjadi kepadaku.

Tidak perlu menunggu seminggu, sebulan ataupun setahun.

Karena pada hari itu juga, ucapanku itu menjadi kenyataan.

" Rina, mulai besok, kau tidak boleh bertemu dengan semua orang, ini perintah majikan kepada seorang pelayannya. Apa kau mendengarkan?. "

" Ya, apapun akan aku lakukan… meskipun itu... "

Ya, itu benar…

Selama ini aku hanya bisa mencuri apa yang selamanya menjadi milik Rena.

Entah semenjak kapan pemikiran seperti itu muncul, mungkin sejak saat Rena koma dirumah sakit, aku perlahan demi perlahan merebut semua yang dia punya.

Oleh karena itu, ini mungkin akan jadi salah satu penebusan dosaku kepada Rena.

Di dalam ruangan gelap ini, aku hanya bisa mendengarkan sorak sorai dari seluruh murid yang ada di luar bangunan ini.

Suara kegembiraan serta keceriaan mereka terdengar jelas di telingaku.

Dan saat ini aku hanya bisa diam dan menunggu sampai semua selesai.

Ya, ini semua kulakukan untuk adikku tercinta.

Ini semua... Kulakukan demi...

" Hiks... Ayah, ibu... Rena... Tolong... Hiks... Maafkan aku. "

Aku tidak ingin berada disini sendirian, tolong... Ayah... Aku berjanji akan menjadi anak yang lebih baik lagi.

Jadi tolong... Ayah.

" Yah... Semuanya jadi kacau, apa kau tahu itu?. "

Aku pun membelalakkan mataku disaat aku mendengar suara seseorang yang kukenal dengan baik itu.

Dan disaat aku mendongakkan kepalaku untuk melihat orang yang saat ini berada didepanku.

Dia pun mengulurkan tangan nya kepadaku dan berkata.

" Tempat ini tidak cocok untuk mu, seorang kakak yang baik seperti mu, seharusnya berada di samping adiknya yang bodoh dan menyadarkannya bahwa tindakan yang selama ini dia lakukan itu salah. Benarkan Rina?. "

Aku hanya bisa menatap laki-laki itu dengan tatapan tak percaya.

Apa yang kulihat saat ini benar-benar orang itu, orang yang ku cintai meskipun kutahu tidak akan bisa mendapatkan hatinya.

Tapi saat ini aku benar-benar merasa bahagia saat melihatnya. Perasaan yang meluap-luap ini tidak bisa kukendalikan.

Aku pun berdiri dari dudukku dan perlahan mendekati sosok laki-laki tersebut.

Tanpa meraih tangan nya aku pun memeluknta langsung dan berkata.

" Aku!! Mencintai-mu Arata-senpai!. "

Dalam seumur hidupku, aku belum pernah melakukan hal ini.

Menyatakan cinta kepada seseorang disaat seperti serta, laki-laki yang kucintai ini telah memiliki kekasih.

Aku benar-benar yang terburuk.

" Aku tahu Rina... "

" Eh?. "

" Oleh karena itu aku datang kemari, bukan untuk menerima pernyataan cintamu, melainkan untuk menyelamatkan kalian berdua. "

Disaat itulah aku tak tahu, bahwa ucapannya yang tanpa ragu itu akan membawa sebuah perubahan besar di dalam kehidupan ku, Rena dan juga ibuku.