Chereads / Cara Untuk Bahagia / Chapter 3 - Bertemu Dirimu

Chapter 3 - Bertemu Dirimu

Setelah sampai di Stasiun tanggerang, akupun kehilangan arah. Aku bingung aku harus pergi kemana, aku tak mempunyai tujuan yang jelas. Akhirnya akupun hanya duduk tepat di depan mini market yang berada di dekat stasiun tersebut.

Lagi-lagi aku hanya memperhatikan gerak-gerik orang yang lalu-lalang keluar masuk stasiun tersebut. Melihat tukang ojek yang sudah menunggu didepan..., melihat para pedangan asongan yang sedang menjajakan daganganya, dan melihat beberapa pengemis yang sudah siap menadahkan tanganya didepan pintu masuk stasiun seketika para penumpang kereta turun. Aku melihat semuanya dari sana, disiang hari terik yang panasnya bukan main.

Disaat fokusku saat itu sedang melihat orang-orang yang lalu-lalang di Stasiun tersebut, tiba-tiba saja Tasku yang berisikab uang yang cukup banyak, tanpa aku sadari raib dari pandanganku. Aku benar-benar tak menyadarinya, tiba-tiba saja tasku hilang begitu saja dariku. Padahal aku yakin tas itu selalu berada disampingku.

Seketika akupun panik. Karna itu merupakan sumber dayaku untuk aku bertahan hidup. Hanya itulah yang aku punya untuk bertahan hidup diluar, dikarnakan aku tidak bisa bekerja untuk mencari uang dan aku juga tidak mungkin meminta uang keorang tuaku.

Jika uang itu hilang, aku tidak tau bagaimana kehidupanku akan berjalan setelahnya. Apakah aku akan pulang kerumah atau terus lanjut hidup tanpa arah dan tanpa uang sama sekali yang mana akupun tidak sanggup membayangkanya untuk yang satu itu.

Dengan keadaan panik akupun pergi mencari tas tersebut kesana-kemari seperti orang linglung. Orang-orang di Stasiun tersebut hanya melihatku keheranan, tak ada satupun dari mereka yang berinisiatif untuk mendekatiku dan bertanya kepadaku.

Lama kelamaan, wajahku mulai pucat, air mataku keluar, dadaku sesak, dan bahkan nafasku mulai melemah, itu semua karna aku benar-benar sudah kelelahan mencari kesana kemari tasku namun hasilnya nihil. Aku tidak dapat menemukanya sama sekali, dan hal yang bisa kulakukan saat itu hanyalah duduk di pojokan dekat tiang di Stasiun. Aku merunduk termenung. Air matakupun mengalir tanpaku sadari, aku menangisi keadaanku saat itu.

Saat itu lagi-lagi aku merasakan sebuah penyesalan telah kabur dari rumahku. " Ma... Pa... maafin Lia, Lia Nyesel.... " Gumamku terbatah-batah sembari menangis.

Orang-orang disekitar hanya melihatku seperti tontonan, mereka hanya melihatku dan lalu pergi meninggalkanku begitu saja. Meskipun ada beberapa dari mereka yang menanyakan. " Maaf ka, kakak kenapa ya... ? " Namun aku tak bisa bicara dengan mereka begitu saja, rasanya aku mulai tidak mempercayai orang asing, setelah sebelumnya aku melihat orang-orang yang tidak memiliki rasa kepedulian dan tidak mempunyai hati.

Dan karna tak ada respon samasekali dariku merekapun pergi begitu saja, tanpa berusaha membujukku. Sampai pada akhirnya Kaupun datang. Kau yang saat itu berbadan cukup berisi, berambut agak gondrong dan berkulit putih datang kepadaku dengan keadaan ngos-ngosan. " Huft... Huft... Gua udah nyari lo kemana-mana tapi ternyata lo disini. " Sahutmu dengan kata-kata yang terbatah-batah karna lelah setelah berlari.

Itulah saat dimana kita pertama kali bertemu, di stasiun kereta tanggerang. Disaat aku sedang dalam titik terendahku, kau datang bak pahlawan bagiku.

Sontak Akupun terkejut karna saat itu kau bilang kepadaku, bahwa kau telah mencariku kemana-mana. Dan pada akhirnya akupun mengangkat kepalaku yang sedari tadi merunduk karna merasa begitu sedih.

Awalnya kupikir bahwa kau adalah seseorang yang mungkin aku kenal, atau setidaknya pernah kulihat sebelumnya, namun ternyata kau bukanlah orang tersebut. Kau bukanlah orang yang aku kenal ataupun pernah kulihat sebelumnya. Oleh karna itu saat itu akupun hanya bisa menatapmu keheranan dengan wajahku yang begitu menyedihkan, yang terlihat jelas sedang menangis. Air mataku mengalir ke pipiku, hidungku yang mulai mengeluarkan cairan, dan pipiku yang merah terlihat begitu jelas dimatamu.

Ketika milhat wajahku sedang menangis, Kaupun tanpa ragu langsung berusaha menghiburku, Kau kemudian jongkok tepat di hadapanku seraya berkata. " Lo kenapa nangis, udah lo gak usah nangis lagi..., " ucapmu seraya melepaskan tas yang kau gendong tersebut.

" Nih Tas lo, Gua udah ambil dari orang yang nyolong tas lo tadi pas lagi bengong. " Ucapmu dengan lembut kepadaku sembari memberikan tas tersebut kepadaku.

Setelah Aku lihat-lihat tas terbut, ternyata itu benar tasku. Dan karna itu benar-benar tasku, akupun segera mengambil tas tersebut, dan taklupa aku mengucapkan terimakasih kepadamu. " Terimakasih ya. " Ucapku sembari tersenyum kepadamu seraya menghapus air mataku yang telah membuat basah pipiku.

Lalu kaupun tiba-tiba saja menanyakan sesuatu kepadaku, sesuatu yang kau rasa aneh dariku. " Mohon maaf nih sebelumnya, dari tadi gua merhatiin lo, lo keliatan ling lung gitu, ada masalah ? "

Lalu akupun terdiam memperhatikannya, seraya bertanya-tanya kepada diriku sendiri. " Sejak kapan dia memperhatikan ku. " Lalu kau menatap mataku seraya melambai-lambaikan tanganmu yang besar itu tepat didepan mataku. " Hallo..., tuhkan lo bengong, lo ling lung lagi. " Sahutmu heran.

Akupun langsung menanyakan apa yang ada di pikiranku saat itu kepadamu. " Kamu, sejak kapan kamu memperhatikanku. " Tanyaku dengan nada rendah.

" Sejak lo ada didalam kereta tadi, " jawabmu tegas. " Ya... awalnya gua merhatiin lo itu jujur aja karna gua kagum sama kecantikan lo, yang terpancar dari wajah lo yang begitu polos. " Ucapmu memujiku. Asal kau tau, pujian itu, pujian yang kau berikan kepadaku, adalah pujian pertama yang pernah kuterima dari seseorang laki-laki selain dari Ayahku. Aku akan selalu mengingat pujian itu, meski itu tak begitu berarti bagimu, tapi bagiku itu sangat berarti.

Pada awalnya akupun tidak tahu harus bersikap seperti apa pada saat itu. Disaat ada seseorang yang memujiku tepat dihadapanku yang hanya berjarak beberapa inci saja dari wajahku untuk pertama kalinya.

Seketika jantungku berdegup cepat, wajahku memerah, mulutku membisu tak bisa berkata-kata. Aku benar-benar membeku saat itu. Ini adalah perasaan yang tak pernah aku alami sebelumnya. Bahkan aku sendiripun tak tau kenapa aku bisa bereaksi seperti itu.

Meskipun wajahku memerah, Kau masih saja mengabaikan hal itu, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Lalu kau kembali bercerita disaat kau memandangiku didalam kereta tadi, " Tapi pas gua lagi mandangin lo, tiba-tiba gua ngeliat seseorang yang sama kayak gua, orang yang mandangin lo, tapi gua yakin pandanganya itu beda ke lo, gua ngerasa kayak ada yang salah dari orang itu, makanya gua ikutin ketika lo keluar dari kereta, "

" Dan bener aja, ketika gua ngikutin lo, orang yang tadi memperhatikan lo juga ngikutin lo, dan gak lama setelah lo duduk di depan minimarket, orang tersebut langsung ngambil kesempatan disaat lo lengah, dia ngambil tas lo, " lanjut mu bercerita dengan begitu serius. Akupun masih terus memperhatikanmu, memperhatikan segala ucapanmu, memperhatikan segala gerak bibirmu, memperhatikan semua ceritamu, aku tak tau kenapa aku melakukan itu, itu semua terjadi begitu saja.

" Gua yang ngeliat hal itu langsung ngejar dia, dan akhirnya berhasil ngambil balik tas lo, tapi pas gua balik ketempat lo, lo udah gak ada, makanya gua nyari muter-muter kasana kemari, dan akhirnya ketemu lo disini, dalam keadaan merunduk dan menangis kayak gini. "

Akupun sempat merasa sedikit terkejut, ketika tau ternyata tasku bisa berada ditanganmu bukan karna sebuah kebetulan, tapi karna kau telah memperhatikanku. Bahkan kaupun tau kalau gerak-gerikku layaknya seperti orang ling lung.

Lalu kemudian setelah kau selesai bercerita kepadaku, Akupun mengucapkan terimakasih kepadmu yang mana memang itulah yang seharusnya ku lakukan sejak awal kau memberikan tasku kepadaku. " Terimakasih. " Sahutku tersenyum kepadamu.

Dan kaupun membalas senyumku yang membuat pipiku semakin memerah seraya berkata, " Sama-sama, " kemudian kaupun mulai berdiri dan bersiap untuk pergi meninggalkanku. " Kalau begitu, lo hati-hati ya, dah.... " Ucapmu yang kemudian pergi meninggalkanku.

Lalu entah kenapa disaat kau melangkah, aku seperti merasa kehilangan, bahkan tubuhku gemetaran seketika kau pergi meninggalkan diriku saat itu. Jujur aku sendiripun juga tidak mengerti kenapa, tapi rasanya kepergianmu itu adalah hal yang salah bagiku.

Sesaat sebelum kau pergi meninggalkanku, entah kenapa tanganku bergerak sendiri menahannya. Tanganku menggengam erat pergelangan tanggan sebelah kirimu. Sembari memegangi tanganmu dengan erat, akupun memandangimu dengan wajah murung dan gelisah. " Tunggu dulu. " Ucapku pelan.

Lalu kaupun berhenti seketika itu juga, lalu kau berbalik badan kearahku, memandangiku dan berkata. " Ya... kenapa ? "

Karna saat itu entah kenapa aku merasa sangat percaya kepadmu, karna setelah apa yang telah kau lakukan kepadaku. Saat itu aku seperti merasa kau adalah orang baik-baik, dan aku merasa tidak ada salahnya mempercayaimu.

Dan karna aku tidak tau harus kemana, dan juga aku tidak punya arah tujuan hidup yang pasti untuk selanjutnya, akupun memberitahukan kepadamu bahwa aku ingin pergi bersammu. Sembari memegang erat tanganmu akupun bilang. " Bawa aku bersamamu. " Ucapku dengan wajah merahku dan pipiku yang masih basah karna air mataku, akupun memandangimu dengan mataku yang berbinar-binar menatap wajahmu sembari memelas kepadamu.

Kala itu kaupun sedikit terkejut mendengar hal itu. Yang mana itu adalah suatu hal yang wajar, siapa yang tidak akan terkejut ketika mendengarkan kata-kata itu dari orang yang tak pernah ia kenal sebelumnya, yang bahkan baru pertama kali ia lihat. Lalu kau menghelaskan nafasmu sejenak, lalu tertawa tepat dihadapanku karna saat itu kau malah mengangap itu adalah sebuah lelucon. " Haduh... Gua sempet kaget loh..., bercandanya keteraluan nih! " Sahutmu bercanda.

Namun tatapanku kepadamu masih tak berubah, aku masih menatap wajahmu, dengan tatapan wajah memelas memohon kepadamu. Saat itu aku sangat bersungguh-sungguh berharap kau mau membawaku saat itu bersamamu, kemanapun kau pergi. " Kumohon... bawa aku... " Tambahku yang mana membuatmu semakin bingung.

Dan aku masih ingat betul saat itu kau sempat memperlihatkan mimik wajah kebingunganmu sembari menggaruk-garukan kepalamu itu. Kau bahkan juga melirik-lirik ke sekelilingmu, untuk memperhatikan kondisi sekitar.

Lalu saat itu karna kau merasa kondisi saat itu begitu aneh dan juga bingung, kaupun melepaskan genggaman tanganku secara paksa. " Dahlah... " Sahutmu datar sembari meninggalkanku.

Akupun saat itu tak menyerah, karna aku merasa hanya kamulah satu-satunya harapanku. Hanya kamulah satu-satunya orang yang kupercaya untuk saat itu. Kemudian akupun berlari mengejarmu, lalu akupun menggengam kembali lengan kirimu. " Aku mohon... aku tidak tau lagi harus kemana. " Gumamku memohon. Bahkan saat itu aku sampai-sampai mengeluarkan air mataku, agar meyakinkan dirimu, bahwa hal itu bukanlah lelucon. Bahwa aku sangat bersungguh-sungguh ingin pergi bersamamu.

Melihat aku yang memohon-mohon dan bahkan sampai menangis seperti itu, akhirnya kaupun luluh. Kaupun pada akhirnya membolehkan aku ikut denganmu, pulang kerumamu. " Iya... iya lo boleh ikut, tapi tolong jangan nangis lagi, diliatin banyak orang! Gua takut orang-orang salah paham, gua taku orang-orang ngira gua ngehamilin lo. " Ucapmu dengan wajah panik.

Sesuai permintaanya, Akupun melepaskan genggamanku dari lengan kirinya, dan akupun berhenti menangis. Akupun mengusap air mataku menggunakan tangan kanan ku, lalu akupun tersenyum kepadamu seraya mengucapkan terimakasih kepadamu. " Terimakasih..., sekali lagi terimakasih. " Gumamku terus menerus dengan mata yang berbinar-binar.

Setelah itu, Akupun pergi bersamamu, mengikutimu pergi ke parkiran motor. Karna kau memakirka motormu di sana. " Maaf ya, Gua bawa helm Cuma satu. " Sahutmu seraya memakai helm yang kau bawa saat itu. Akupun mengangukan kepalaku sembari tersenyum kepadamu dan mengucapkan. " Iya.... "