Chereads / Cara Untuk Bahagia / Chapter 4 - Kau, Patung

Chapter 4 - Kau, Patung

Lalu kemudian kau dan akupun pergi meninggalkan stasiun itu menggunakan motor matic berwarna birumu itu. Aku dan kaupun pergi menggunakan sebuah motor matic yang terlihat begitu kotor seperti tidak pernah dicuci, dengan kaca spion sebelah kiri yang sudah agak sedikit retak dan juga beberapa bautnya yang sudah lepas dari tempatnya. Meskipun begitu motormu itu masih bisa berjalan dengan baik.

Disaat perjalanan tidak banyak percakapan yang terjadi antara aku denganmu. Hampir sepanjang perjalanan aku hanya terdiam. Terdiam melihat pemandangan sekitar, sembari tersenyum membayangkan diriku berada di sana.

Aku melihat banyak sawah-sawah, anak-anak yang bermain di aliran kali. Entah kenapa aku merasa kagum sekaligus bahagia melihat itu semua. Akupun tersenyum di belakangmu. Dan kaupun tak sengaja melihatku tersenyum dari balik kaca spionmu itu, lalu kaupun tersenyum menatapku melalui kaca spion itu sembari menanyakan alasan kenapa aku tersenyum. " Lo kenapa senyum-senyum sendiri ? " Tanyamu keheranan.

Melihat dirimu yang tersenyum melalui kaca spion motormu, lalu Akupun membalas senyummu kepadaku. " Aku bahagia, baru pertama kali aku melihat pemandangan seperti ini.... " Jawabku dengan penuh semangat. Lalu Kaupun tersenyum kembali kepadaku, dan tidak membalas satu katapun dan hanya tersenyum.

Setelah percakapan itu suasana kembali hening. Sampai pada akhirnya ditengah perjalanan melalui jalan setapak yang mana dikelilingi oleh sawah-sawah, disaat itu akupun sedang mengagumi pemandangan sawah-sawah yang menurutku itu sangat indah dan menyejukan hatiku.

Tiba-tiba saja pandangaku teralihkan. Pandangaku teralihkan oleh seseorang bapak-bapak difabelitas, yang tidak bisa berjalan. Sedang berjalan dengan menggunakan tanganya serta menyeret badannya yang sedang menopang keranjang yang cukup besar, yang mana keranjang tersebut berisi banyak sekali buah-buahan.

Akupun sangat terkejut ketika melihatnya, akupun langsung menanyakan hal itu kepadamu. " Bapak itu sedang apa ? ". Lalu Kaupun langsung melirik kearah kaca spion motormu dan menjawab pertanyaanku. " Oh itu, dia sedang berjalan buah. "

Lagi-lagi akupun terkejut. Dan kali ini aku benar-benar keheranan, yang mana sebuah pertanyaan muncul seketika di dalam benakku 'Kenapa seseorang yang bahkan tidak bisa berjalan, seorang bapak-bapak yang bahkan sudah tua, berjualan sendirian disiang hari bolong, ditengah panasnya terik matahari tanpa seorangpun membantunya. Kenapa?! Kenapa dia melakukan itu' pikirku tanpa henti.

Itulah yang ada dipikiranku ketika pertamakali kau bilang padaku bahwa bapak tua itu sedang berjualan buah ditengah teriknya matahari yang sangat menyengat meski dengan kondisi fisiknya yang kekurangan seperti itu.

Lalu karna aku merasa heran dan tidak mengerti tentang mengapa bapak tua itu bersedia melakukan hal itu dan bukanya beristirahat dirumah. Maka dari itu akupun menanyakan hal tersebut kepadanya. " Kenapa dia melakukan itu, orang seperti dia seharunya berdiam diri dirumah. " Sahutku dengan keheranan.

Lalu kaupun tersenyum seraya berkata. " Tapi dia butuh makan, jika dia tidak melakukan itu dia tidak bisa makan, makanya kita harus selalu bersyukur akan apa yang kitapunya.... " Jawabmu sembari terus fokus menatap kedepan mengemudikan sepeda motormu.

Dan kau tau ?, Ucapanmu itupun langsung menusuk tepat ke dalam hatiku. Karna selama ini aku selalu berpikir bahwa aku adalah manusia yang paling menderita tanpa pernah berpikir bahwa ada orang lain yang lebih menderita daripada diriku. Selama ini aku juga begitu membenci orang-orang yang selalu mengeluh tentang hidupnya, yang padahal masih banyak orang lain yang lebih menderita dari pada dirinya.

Dan pada saat itu berkat dirimu, akupun akhirnya tersadar. Bahwa selama ini tanpa aku sadari aku telah menjadi seseorang yang selama ini aku benci. Bahwa selama ini aku hanya bisa selalu mengeluh atas hidupku, menyalahkan orang lain atas apa yang aku dapatkan. Tanpa pernah satu kalipun berpikir tentang kehidupan orang-orang diluar sana, yang mungkin saja lebih buruk dariku.

Dengan melihat Bapak itu berjualan buah dengan kondisi seperti itu saja sudah membuatku sadar bahwa selama ini aku sudah menjadi orang yang tidak pernah berterimakasih. Karna meski aku ini seseorang yang penyakitan, namun aku hidup dalam kemewahan, aku bisa mendapatkan segala sesuatu yang aku butuhkan tanpa harus memikirkan bagaimana caraku untuk mendapatkannya. Namun sayangnya aku tak pernah bersyukur akan hal itu.

Sedangkan bapak-bapak tersebut, meski dia memiliki kekurangan, meski ia tidak bisa berjalan. Ia tetap berusaha ditengah segala kekuranganya, hanya demi mencari sesuap nasi. Hanya untuk bisa menyabung hidup dikeesokan hari. Sembari berharap bahwa hari yang cerah akan tiba suatu hari nanti didalam kehidupanya.

Akupun seketika itu juga menangis..., air mataku tak bisa terhentikan. Dan pada akhirnya Akupun tersadar bahwa selama ini aku telah menjadi seseorang yang selalu aku benci.

Kaupun melirik kearah kaca spionmu untuk memperhatikan keadaanku. Kaupun melihatku mengeluarkan air mataku. Lalu Melihatku yang tiba-tiba menangis, Kaupun kemudian dengan cepat dan sigap langsung meminggirkan motormu kepinggir jalan, dan lalu mematikan mesin motormu sejenak. " Lo kenapa ? kok tiba-tiba nangis, apa gua ada salah ngomong ? " Tanyamu yang sangat panik melihat keadaanku yang tiba-tiba saja menangis saat itu,mungkin aku tau bahwa mungkin saja kamu takut jika kamu melakukan kesalahan kepadaku tanpa kau sadari.

Akupun dengan airmata yang masih mengalir hanya bisa mengelengkan kepalaku seraya berkata. " Tidak apa-apa. " Jawabku sembari menghapus air mataku yang masih terus mengalir tanpa henti.

Lalu aku masih ingat betul saat itu, ketika kau tiba-tiba saja mengeluarkan sesuatu dari saku celana denimmu itu, yang mana itu merupakan sebuah Pack tisu, lalu kaupun mengeluarkan empat buah helai tisu yang kemudian kamu berikan kepadaku sembari menyanyikan sebuah lagu. " Saat air mataku mengalir aku membutuhkan tisu, empat lembar, empat lembar saat air mataku mengalir, " lalu kaupun kemudian tersenyum kepadaku sembari memberikan empat helai tisu itu kepadaku. " Nih Tisu, pake buat ngelap air mata lo. " Sahutmu sembari tersenyum.

Akupun dengan sigap langsung mengambil tisu tersebut, empat helai tisu yang telah kau berikan kepadaku. Lalu kemudian akupun mengelap air mataku menggunakan keempat helai tisu tersebut sesuai dengan lagu yang kau nyanyikan ketika mengeluarkan tisu tersebut.

Disaat aku sedang sibuk menghapus air mataku, kaupun tiba-tiba saja mengajukan tanganmu tepat didepan wajahku, lalu dengan senyum tipismu kaupun berkata. " Aneh ya..., Gua gak pernah kenal sama lo tapi gua udah ngebawa lo sampe kesini meski sampai sekarang bahkan gua gak tau siapa nama lo, " Sahutmu bercanda.

Lalu setelahnya kaupun langsung memperkenalkan dirimu kepadaku. " Ilham, Ilham Prayoga, tapi teman-teman gua memanggil gua Patung, karna dulu sewaktu gua kecil pas main bola gua selalu diem kaya patung hahaha, " ucapmu sembari tertawa. " Tapi jika kau mau, kau boleh memanggilku Patung. " Sahutmu dengan senyuman yang kau tunjukan kepadaku langsung.

Akupun terpanah saat itu juga. Aku terdiam seketika, entah aku yang salah menyangka atau memang kamu bermaksud menganggapku sebagai temanmu saat itu. Tapi terlepas dari itu semua. Saat itu aku benar-benar beranggapan bahwa kau yang baru saja mengenalku, sudah menganggapku sebagai temanmu.

Aku benar-benar sangat terharu, karna selama ini aku tidak pernah sama sekali memiliki yang namanya teman, hanya boneka pinguin Elizabethku saja lah yang menemaniku semasa kecil hingga sekarang. Hanya boneka Elizabeth saja lah yang mau menjadi temanku. Itupun mungkin karna ia tidak bisa berbicara.

Maka dari itu aku benar-benar bahagia saat itu saat kau bilang kepadaku, boleh memanggilmu dengan nama panggilanmu yaitu patung. Nama panggilanmu diantara teman-temanmu. Dan tanpa kusadari akupun langsung memeluk dirimu saat itu. " Terimakasih Patung.... " Ucapku memeluk erat badanmu yang besar itu sehingga membuat badanku benar-benar merasakan kehangatan saat itu.

Dan aku masih ingat betul saat itu seketika wajahmupun memerah ketika aku memeluk erat dirimu. Dan karna hal itupun kaupun akhirnya langsung melepaskanku dari pelukan itu. " Iya, iya udah, udah, lo kenapa sih. " Akupun hanya tersnyum bahagia menatap dalam kedalam bola matamu. Lalu dengan penuh semangat akupun menjulurkan tanganku dan mengenalkan dirku kepadamu. " Pricilia Adinda Elizabeth, kamu bisa memanggilku Lia, sama seperti orang tuaku memanggilku. " Sahutku tersenyum lepas.

Kamupun kemudian berdesit tertawa, lalukaupun kemudian menyambut tanganku lalu sembari tersenyum kaupun berkata. " Kalo gitu salam kenal Lia.... " Dan kau tau, aku akan selalu mengingat Senyummu itu Patung, Selalu.

Habis gelap terbitlah terang, itulah makna yang bisakuambil dari kejadian itu. Setelah aku menyadari betapa menyedihkannya diriku,yang selama ini hanya bisa mengeluh akan ketidak adilan, yang mana selama iniaku telah menjadi seseorang yang kubenci seumur hidupku. Kemduian munculahkamu, sebuah cahaya kebahagian dalam gelapnya kehidupanku, kamu Ilham Prayoga.Kamu yang selalu hanya terdiam ketika bermain bola bersama teman-temanmu. KamuPatung.