Setelah Aku dan kau berkenalan dipinggir jalan setapak, kaupun kemudian mulai menyalakan kembali motor maticmu itu, dan lalu memulai kembali perjalanan yang panjang kerumahmu itu.
Aku hanya tersenyum sepanjang jalan, tersenyum menikmati masa-masa ini, tersenyum memikirkan hari esok yang cerah, tersenyum menantikan rumahmu dalam beberapa menit kedepan, dan tersenyum karna melihat wajahmu dari balik kaca spion motor maticmu.
Sementara disaat itu kaupun tak mempedulikan senyumanku itu, kaupun hanya terus fokus mengendarai motormu tersebut.
Tak lama kemudian akhirnya akupun sampai dirumahmu, rumah yang kedepannya akan aku tinggali bersamamu. Rumah itu berukuran lumayan besar untuk ukuran rumah disebuah desa, meski aku tidak mengetahuinya secara pasti berapa ukuran rumahmu. Namun tetap saja aku sangat yakin bahwa rumahmu itu merupakan rumah yang cukup besar.
Lalu kemudian sesaat setelah aku sampai dirumahmu, Kaupun langsung mengajakku untuk berkeliling rumahmu. Akupun melihat sebuah pohon jambu yang berukuran cukup besar tepat berada didepan rumahmu, yang bahkan ketika pertama kali aku datang, aku sudah bisa melihatnya dari kejauhan.
Lalu kau mengajaku kebelakang rumah melihat sebuah kolam lele yang bahkan tidak ada lelenya, yang mana disaat itu yang ada hanyalah sebuah kolam berisikan air yang dipenuhi dengan lumut. Lalu kaupun taklupa juga mengajaku untuk melihat ke 5 ayam-ayam peliharaanmu itu, yang kau taruh dikandang ayam, disebelah kiri rumahmu.
Dan terakhir kau mengajaku kewarungmu untuk beristirahat di kursi, di kursi yang ada disamping warungmu itu. Kemudian kaupun membuatkanku sebuah minuman, minuman dingin berwarna coklat yang mana kau yakini itu adalah sebagai kopi.
Kaupun dengan ramah memberikan kopi itu kepadaku. " Nih Lia buat lo, kalo gua lagi cape biasanya gua minum ini, seger.... " Sahutmu sembari memberikan gelasnya kepadaku. Akupun menerimanya tanpa ragu, namun aku terus memandangi minuman itu, karna itu adalah kali pertama aku melihat minuman tersebut. Karna biasanya Ayah dan Ibuku hanya membolehkan aku meminum Air putih, teh atau susu saja.
Aku memandanginya karna seumur hidupku aku tidak pernah meminum-minuman seperti itu. warnanya coklat namun tidak seperti warna dari susu coklat, airnyapun dingin, yang mana aku dulu sering dilarang meminum air dingin oleh ibuku, meski terkadang aku meminum air dingin tersebut diam-diam dengan dukungan Ayahku, karna kata ayahku sesekali aku boleh meminumnya. Ibuku memang overprotektif kepadaku, meski aku tau itu semua adalah demi kebaikanku.
Aku benar-benar penasaran dengan minuman yang kau berikan itu, awalnya aku merasa ragu untuk meminum-minuman itu, namun kau meminum itu dengan begitu cepatnya tanpa keraguan sedikitpun, kaupun menyedot minuman itu layaknya sebuah mesin air menyedot air dari kedalaman.
Lalu setelah melihatmu minum secepat itu, rasa raguku menghilang seketika. Justru akupun malah menjadi penasaran dan bertanya-tanya seenak apa minuman yang sedang aku pegang saat itu. Lalu tanpa ragu akupun langsung meminum-minuman tersebut.
Seketika akupun terkejut dengan rasanya. Pantas kamu begitu cepat meminumnya, minuman itu benar-benar begitu menyegarkan ditenggorakanku, dan begitu enak terasa dilidahku. Dan akhirnya akupun meminum-minuman itu secepat dirimu, bahkan mungkin lebih cepat.
Lalu kaupun tertawa melihatku, melihat tingkahku, melihat caraku berekspresi penasaran dengan sebuah minuman yang kau berikan. Tertawa melihatku minum dengan begitu cepat, tertawa melihat ekspresi kesenanganku ketika aku selesai meminum-minuman itu.
Lalu sembari tertawa, kaupun bertanya kepadaku. " Seenak itukah kopinya Lia ? Cepet amat abisnya. " Tanyamu tertawa.
Akupun membalasnya dengan senyumku. " Ya! Aku belum pernah mencicipi minuman seenak ini. " Ucapku dengan wajah berseri-seri dengan tatapan mata berbinar-binar kepada dirumu Patung.