Aku jatuh bersimpuh. Hatiku mendadak merasa hampa dan kosong. Tangisan Puri semakin menyayat hati. Nika meraung penuh kemarahan, ayah asuhnya sudah pergi untuk selamanya.
Razz dan Rensi mengurus pengiriman jenazah Om Bas kembali ke Indonesia.
Sepanjang perjalanan aku menemani Puri, yang tidak hentinya meratap.
Pemakaman langsung dilaksanakan. Kembali, untuk ketiga kalinya dalam hidupku, harus merasakan kehilangan orang yang kusayangi.
Aku terduduk di pendopo rumah Puri. Keluarga keraton Yogyakarta terus berdatangan, bahkan Sri Sultan sendiri. Sejak ibunya meninggal sepuluh tahun lalu, Puri hanya hidup berdua dengan ayahnya saja.
Tante Laras, adik kandung Om Bas dan juga ibu Panji, tersedu di ujung ruangan mewakili keluarga menerima bela sungkawa. Aku masih tidak berani mendekat. Saat jenazah dikafani hingga memasuki liang lahat, aku hanya mampu melihat dari jauh. Ini jauh lebih berat dari kehilangan Maya.
